Bukan Cuma Pencernaan Yang Sehat, Pikiran Yang Sehat Juga Bisa Menjauhkanmu Dari Kanker

Bukan Cuma Pencernaan Yang Sehat, Pikiran Yang Sehat Juga Bisa Menjauhkanmu Dari Kanker

Jika lambung atau sistem pencernaan menurut banyak penelitian disebut sebagai 'otak kedua' manusia, hingga sehatnya fisik sekaligus psikis juga sangat dipengaruhi oleh kesehatan pencernaan maka jangan pula lupakan kekuatan pikiran. Pikiran yang sehat juga bisa menjauhkan kita dari terkena penyakit kanker. Kok bisa?

Pernah ketemu sama orang yang gaya hidupnya sehat : makan gizi seimbang dengan porsi sayuran dan buah yang dominan, selalu olahraga, tidak merokok tapi kemudian sakit kanker?

Jangan menghakimi dulu; duh, ngapain sih susah payah jaga makan dan hidup sehat kalau akhirnya kena kanker juga. Begitu biasanya penghakiman kita.

Padahal harusnya pemikirannya dibalik; orang yang jaga makan dan hidup sehat saja bisa kena kanker, gimana yang pola makan dan hidupnya amburadul?

Apa pasal ada banyak kasus seperti di atas?

Kecuali kanker serviks yang bisa dicegah dan diketahui penyebabnya, penyakit kanker pada umumnya memang belum ditemukan penyebab pastinya.

Kita bisa diperingatkan dengan berbagai kemungkinan penyebab, misalnya rokok, gaya hidup, radiasi, dan zat karsinogen, tetapi faktor itu saja tidaklah cukup.

Ada faktor lainnya yang juga harus diperhatikan, salah satunya adalah pola pikiran.

Mencintai Diri Sendiri Dan Berpikiran Positif.




Ada hal lain yang sering kita lupakan perannya dalam menjaga kesehatan tubuh, yaitu pikiran dan emosi.

Sebenarnya yang dimaksud dengan tubuh tidaklah tunggal, kita memiliki lapisan tubuh yang memancarkan energi atau vibrasinya masing-masing.

Ada tubuh fisik, tubuh emosi, tubuh mental, tubuh astral, tubuh eterik, dan tubuh spiritual.

Ketidakseimbangan energi pada satu lapisan tubuh dapat mempengaruhi lapisan tubuh yang lain. Jika tubuh fisik, misalnya pencernaan kita bermasalah, coba cermati mood kita, apakah terganggu?

Jika kita mudah marah atau uring-uringan, mungkin BAB kita tidak lancar. Secara kimiawi, tubuh mengirimkan sinyal ke otak agar kita konsumsi serat.

Di dalam sistem pencernaan, serat digunakan sebagai makanan bagi prebiotik yang fungsinya juga membantu meregulasi hormon yang berpengaruh pada emosi. Serat secara fisik juga mengikat kotoran hingga BAB pun mudah. Ketika BAB menjadi mudah, perut nyaman, dan mood kita pun membaik.

Timbal balik.

Jika kita sering sakit kepala, mudah lupa, linglung, vertigo, coba cermati setidaknya bukan hanya pola makan, tetapi juga pikiran-pikiran yang ditekan. Apa dampaknya? Tubuh fisik bisa sakit jika tubuh emosi kita terganggu.

Pasien-pasien kanker payudara juga seringkali ditanya, apakah yang terkena PD kanan atau kiri, karena emosi tertentu juga termanifestasi pada bagian tubuh tertentu.

Menjaga pikiran positif bukan berarti buta terhadap hal negatif, tetapi adanya kemampuan untuk meregulasi hal-hal negatif. Hal tidak menyenangkan juga bukan untuk dihindari, tetapi bagaimana kita mengelola sikap yang tepat.

Untuk melakukan regulasi itu tubuh butuh energi baik.

Dari mana? Lagi-lagi soal konsumsi kita juga berpengaruh. Begitu seterusnya saling timbal balik. Mind and body connection.

Kalau kita sudah memulai resolusi hidup sehat dengan mengubah pola makan, ubah juga pola pikir. Karena keberhasilan mengubah gaya hidup sehat juga berkat pola pikir yang konsisten. Misalnya, dengan mau mengontrol nafsu makan dan disiplin untuk tidak 'cheating'.

Bukan Cuma Pencernaan Yang Sehat, Pikiran Yang Sehat Juga Bisa Menjauhkanmu Dari Kanker.


Bagaimana menjaga pikiran baik? Tidak ada cara lain selain selalu berusaha melihat sisi yang baik.

Mulai dari mencintai diri sendiri dengan jalan memutuskan hubungan dengan sumber toxic. Bisa itu toxic dari makanan, maupun toxic people dan habits.



Makanan sumber toxic contohnya apa saja : makanan kemasan atau kalengan dengan kadar garam atau gula yang tinggi, belum lagi pengawetnya. Ganti camilan ke buah segar atau kacang-kacangan.



Kemudian makanan yang kandungan glutennya kebangetan, selain memberatkan pencernaan juga bikin kita moody-an. Coba stop konsumsi pasta dan roti semiggu, lihat apakah menjelang haid kita PMS? Jika tidak, maka kota akan sadar pengaruh gluten bagi emosi.

Kanker pun begitu. Ada faktor emosi dan kondisi psikis. Penyakit yang menjadi momok karena menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi kanker meningkat dari 1,4 per 1000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada 2018. Dengan kota tertinggi prevalensinya adalah Yogyakarta.

Kenapa Yogya? Apa karena kota kenangan sumber kegalauan, atau karena beraneka kulineran di sana, enak-enak, tapi apa sehat? Galau pikiran lari ke makanan. Galau bisa karena kita kurang bersyukur atau justru karena dikelilingi orang yang toxic.



Meski tidak ada data pasti tentang itu tapi sehat selalu bermula dari pikiran. Ya, kita bergerak berubah pun karena pikiran, dan sinyal yang dikirimkan ke otak terjadi karena reaksi kimiawi tubuh kita apabila ada ketidakseimbangan. Misalnya, saat tubuh kurang istirahat.



Tidak tanpa sebab mengapa tiba-tiba kita ingin makan coklat. Itu karena tubuh kurang magnesium. Mikronutrisi, vitamin dan mineral sangat kecil dibutuhkan tubuh tetapi harus reguler terpenuhi. Agar sehat psikis dan fisik kita.

 


Begitu terus, tubuh dan pikiran berkelindan saling relevan. Otak juga perlu diberi nutrisi, salah satunya dengan membaca hal yang positif dan memotivasi.



Masalah tubuh yang terkompensasi jadi penyakit juga berakar pada masalah psikis dan pikiran. Itulah kenapa si ambisius akan terkena sakit jantung dan si plegmatis ada kecenderungan diabetes.

Cukupkah hanya mengubah diet saja tanpa memperbaiki pikiran? Kalau hanya pola hidup sehat saja maka tak akan ada kasus orang yang bergaya hidup sehat tetapi terkena kanker.

Karenanya selain perbaiki pola makan, perbaiki juga pola pikirnya.

1 comment:

Powered by Blogger.