Makan Sehat Itu Mahal? Yuk Intip Pengeluaran Mingguan Belanja Makanan Sehat


Pernah suatu hari saya dijapri seseorang yang mempertanyakan berapa pengeluaran mingguan saya kalau tiap pagi harus sarapan buah? Apa nggak mewah banget, tuh? Begitu katanya. Yup, banyak yang berpikir kalau makan sehat itu mahal, tapi coba intip deh, catatan pengeluaran belanja mingguan untuk kebutuhan makan sehat di bawah ini.



Meski mahal atau murahnya suatu produk, khususnya bahan makanan, bersifat relatif untuk masing-masing orang, namun sebenarnya bagi beberapa orang makanan sehat selalu identik dengan pengeluaran belanja bulanan yang membengkak. Tapi benarkah begitu?

Oke, jawaban yang diplomatis mungkin akan muncul kalimat : tergantung belanjanya di mana. Untuk yang satu ini, boleh dibilang saya cukup setuju.

Makanan sehat yang sudah di-branding organik apalagi dijual di supermarket khusus memang memiliki harga yang relatif lebuh tinggi dibanding rata-rata produk makanan tanpa label 'organik'.

Apa pasal makanan organik jadi mahal?

Sebenarnya kalau ditilik lebih dalam, terutama untuk produk sayuran organik segar adalah karena label organik tidak asal disematkan, namun harus melalui serangkaian proses sertifikasi pertanian organik.

Proses sertifikasi itulah yang memakan biaya sehingga harga sayur organik pun menjadi di atas rata-rata sayur biasa.

Tetapi apakah sayur organik sudah terbukti  lebih bergizi dan lebih sehat? Bagaimana dengan sayuran biasa? Apakah menjadi kurang sehat dan bergizi dibandingkan yang organik?

Saya mencoba mencari beberapa literatur mengenai hal tersebut, namun belum menemukan hasil penelitian yang signifikan tentang perbedaan gizi antara sayur organik dan non organik. Hanya saja, sayur organik memang memiliki kelebihan dalam hal tidak adanya sisa zat pestisida pada daun atau buahnya sehingga lebih terjamin kesehatannya.

Lalu bagaimana jika bujet belanja kita hanya cukup untuk membeli sayuran non organik, tetapi juga tetap ingin makan sayur atau buah yang tidak ada jejak pestisidanya?

Ada tipsnya :
1. Sebelum dikonsumsi cuci buah dan sayur dengan air mengalir.

2. Untuk buah-buahan atau sayuran tertentu bisa juga sebelumnya direndam di dalam air yang telah diberi cuka apel. Atau gunakan cairan pembersih khusus untuk buah dan sayur.

3. Tiriskan buah dan sayur hingga air bekas cuciannya hilang, lap dengan kain, kemudian simpan sesuai dengan jenis buah atau sayurannya.

Kita juga bisa memilah-milah, manakah sayuran yang bisa dimakan mentah dan mana yang harus melalui proses masak sederhana, misalnya kukus atau blansir.

Oke, sekarang kita simak berapa pengeluaran mingguan yang harus dianggarkan apabila kita ingin mengubah pola makan menjadi lebih sehat dengan juklak seperti di bawah ini :

Sarapan buah potong. Jika memiliki pohon penghasil buah di rumah, misalnya mangga atau pepaya itu bisa sangat membantu mengurangi pengeluaran belanja buah.


Sarapan pagi hari : dimulai dengan segelas jeruk nipis hangat, dilanjutkan dengan buah potong yang terdiri dari semangka, pepaya, juga buah-buahan lokal seperti salak pondoh dan manggis. Dilanjutkan dengan sarapan pagi potongan alpukat dengan muesli dan chia seed. 

Pagi : satu gelas jeruk nipis hangat, satu porsi buah potong.

Snack pagi atau sarapan : satu mangkuk serealia dengan susu kedelai.

Menu makan siang : sepiring sayuran segar yang terdiri sari selada, letuce, dan romaine, ditambah brokoli goreng tepung, dan tumisan ayam serta taburan kacang mede. 

Makan siang : nasi putih dengan protein hewani/nabati, satu porsi sayuran segar

Snack siang :  camilan tradisional

Makan malam : seporsi nasi merah, protein hewani/nabati, sayuran berkuah.

Sebelum tidur : jus sayuran.

Dengan juklak di atas, daftar belanjaan untuk satu minggu adalah seperti gambar di bawah ini :


Berapa pengeluaran untuk belanja buah-buahan di atas. Mari kita hitung.


Belanja sayuran dan bahan pangan organik seperti di bawah ini untuk satu minggu


Dengan rincian sebagai berikut :


Ditambah Rp. 20.000 untuk gluten free cookies maka total belanjanya adalah Rp. 118.900,-

Jika ditotal dengan pengeluaran pembelian lauk pauk dan sayuran lainnya, maka total pengeluaran untuk satu minggu rata-rata adalah Rp. 388.115,- atau jika dibulatkan sekitar Rp. 400.000,-

Maka jika kita anggap pengeluaran perminggunya sebesar Rp. 400.000 maka dalam satu bulan pengeluaran untuk belanja makanan sehat adalah Rp. 1.600.000,-

Jumlah tersebut menjadi mahal atau murah tergantung sudut pandang dan kembali pada bajet serta kebutuhan masing-masing. Hanya saja coba kalau dibandingkan dengan pengeluaran jika kita jajan di luar seperti di bawah ini, maka pengeluaran untuk makan sehat buatan rumah masih jauh lebih murah.

Sekali jajan di luaran, satu porsi salad yang mengenyangkan sekitar Rp. 40.000 dan minuman sehat minim gula dan buah asli sekitar Rp. 30.000 total sekali makan Rp. 70.000 an.  

Makan sehatnya jadi terasa berat dan mahal jika yang kita konsumsi adalah makanan yang dijual di gerai-gerai atau kafe, tetapi jika kita menyiapkan atau memasak sendiri maka pengeluarannya jauh lebih murah.

Jika dibandingkan dengan jajan kurang sehat seperti membeli minuman boba seharga Rp. 35.000 satu cupnya dibanding membeli sekilo apel yang bisa dimakan untuk satu minggu jatuhnya lebih murah dan lebih sehat.

Apalagi mengingat manfaat serta kelebihannya : lebih segar, lebih terkontrol apa saja yang masuk ke tubuh kita sehingga lebih sehat.

Jadi gimana, masih ragu buat memulai makan sehat karena takut pengeluaran belanja membengkak? Hitung-hitungan tadi membuktikan bahwa makan sehat nggak harus mahal, bukan.

1 comment:

  1. Aku dr kapan niat sarapan buah aja kok ya susahh kelakonnya, huhuuu. Moga mulai bulan depan bisa dimulai deh.

    ReplyDelete

Powered by Blogger.