Current Cravings: Our Hayao Miyazaki Night

No Face, salah satu karakter dalam Spirited Away (gambar pinjam dari sini)
Saya lupa kapan tepatnya mulai jatuh hati dan menyukai semua film animasi karya Hayao Miyazaki ini. Kalau tidak salah, sekitar akhir tahun 2009, saya mulai memutarkan My Neighbor Totoro untuk Ezra. Waktu itu usianya tiga tahunan. Responnya lumayan, meskipun ternyata dia lebih suka nonton Thomas atau Pingu.


Mei dan Totoro

Kutipan Favorit Hayao Miyazaki 
Even gerimis pun jadi kelihatan cantik di tangannya Hayao Miyazaki 
Our Wish List (2014)
Sketching No Face, Makurro Kurosuke, and Totoro.


My Neighbor Totoro kembali ditonton Ezra tahun ini. Awalnya karena saya memberlakukan diet nonton film kartun, yang kalau dicermati kebanyakan isinya bullying secara terselubung. Salah satunya, coba deh, cermati Oggy and Crockoaches (Ini salah satu film kartun yang paling sering ditonton Ezra). Daripada menuai imbas negatif di kemudian hari, saya memutuskan untuk membatasi pilihan dan jam tontonannya. Memang sudah agak terlambat, tapi daripada tidak sama sekali. Dan saya pikir, sekarang dia sudah lebih besar, jadi lebih paham alasan dari sebuah peraturan atau larangan.



Akhirnya, saya memberi Ezra jadwal menonton dengan film pilihannya. Sementara ini, yang lolos baru film Turbo, Planes, serial Cars, dan beberapa fim kartun anak. Nah, sisanya adalah film-film animasi dari Miyazaki. Itu pun masih saya pilah-pilah lagi. My Neighbor Totoro dan Ponyo adalah yang boleh disetel berulang-ulang dan ditonton sendiri. Sementara judul lainnya, seperti Spirited Away, Howl’s Moving Castle, Arietty, dsb harus ditonton bareng saya atau ayahnya.

Ternyata ketika Ezra mulai menonton kembali Totoro di usianya sekarang, ia kelihatan lebih menikmati ceritanya, mungkin karena sudah semakin memahami jalan cerita. Waktu menonton Spirited Away, dia juga tampak sangat menikmati dan penasaran dengan tokoh-tokohnya. Sampai saya diminta menggambar tokoh-tokohnya untuk diwarnai.

Kemudian, entah bagaimana kami sekeluarga mulai terobsesi dengan tokoh-tokoh animasi yang dibuat Miyazaki. Obsesinya masih dalam taraf menonton film-filmnya secara berulang-ulang dan mulai hunting semua filmnya, dari yang sudah familiar sampai yang sebenarnya bagus tapi overrated.

Kalau belum pernah nonton salah satu filmnya. Coba deh, nonton satu aja, pasti kepingin cari filmnya yang lain.

Kami pun jadi punya semacam rutinitas menonton dan membicarakan si Hayao Miyazaki ini. Dari mulai soal karakter-karakter dari film-filmnya, sampai membicarakan si Hayao sendiri. Pernah suatu malam, entah kesambet apa, mungkin kesambet No Face, saya ngomong gini sama suami. Waktu itu, kami habis nonton Ponyo untuk kesekian kalinya.

M : "Kok aku jadi mellow, ya."
S  : "Kenapa? Gara-gara filmnya?"
M : "Uhmm. Filmnya dikit, tapi bukan itu."
S  : "Terus kenapa?"
M : "Ada ya, orang yang dikasih gift luar biasa kayak si Miyazaki ini. Bisa gambar bagus banget, bisa bikin cerita yang bagus, unik, dan bikin orang jatuh hati. Kadang kalau pas lagi suntuk beneran pingin masuk ke dunianya si Miyazaki ini, deh. Apa jangan-jangan kesukaanku sama Miyazaki ini salah satu bentuk lari dari kenyataan, ya. Abis nyandu liat dunia-dunia yang digambar sama dia."

Obrolan mellow nggak penting sebenernya. Kemudian saya baca quotes favoritnya si Hayao Miyazaki ini…dan iya…bener. Banyak banget detail di kehidupan nyata yang sering kita anggap biasa. Kita gampang banget silau sama teknologi, dan mulai jauh sama alam. Jauh dari akar kita.

Nah, postingnya mulai nggak jelas arahnya mau kemana, bhihihik. Intinya, saya seneng punya rutinitas baru di rumah dan Ezra juga ikutan excited setiap kali kita berhasil nemu film animasinya Miyazaki, terus kita nonton bareng, dan amazed sama cerita dan gambar-gambarnya. Saya nggak keberatan kok, kalau Our Hayao Miyazaki Night dipertahankan jadi momen kebersamaan. Biar kami punya kenangan dari sesuatu yang kami sukai bersama.


No comments

Powered by Blogger.