Jenuh Dengan Teori Parenting

Jenuh Dengan Teori Parenting

Dear parents
, pernah nggak jenuh dengan teori parenting yang ada? Pernah nggak merasa overwhelmed dengan begitu banyaknya teori parenting yang beredar di sosial media? Sampai terkadang bingung sendiri mau mempraktekkan yang mana. 


Kadang sudah plek mengikuti teori A, tapi kok, nggak berhasil ya di anak-anak dan keluargaku? 

Atau jadi berpikir untuk membandingkan, sepertinya gaya pengasuhan keluarga B lebih oke deh, dibandingkan caraku yang recehan gini. 

Tidak jarang juga ada yang jadi merasa antipati, whatever lah pokoknya ini keluargaku ini gayaku. 

Komunitas Rangkul Keluarga Kita


Waktu pertama kali mendengar tentang Komunitas Rangkul Keluarga Kita, jujur saya nggak punya ekspektasi apa-apa dan berpikir bahwa mungkin ini hanya sekadar salah satu dari sekian diskusi parenting yang pernah saya ikuti. 

Bermodal rasa ketertarikan untuk belajar tentang manajemen waktu dalam keluarga, yang memang menjadi fokus saya beberapa bulan belakangan ini. 

Saya pun menghadiri acara Berbagi Cerita Rangkul yang temanya : Hubungan Reflektif Kompak Mengasuh Anak yang diadakan Sabtu 18 Maret kemarin di Qita Yoga Kyai Saleh 13, Semarang. 

Waktu sampai di lokasi, saya terlambat hampir satu jam karena baru beres dari suatu acara dan rasanya jadi agak sungkan dan galau. 

Wah, jangan-jangan sudah ketinggalan materinya nih dan menganggu diskusi. Tetapi begitu duduk dan masuk ke tengah-tengah diskusi langsung merasa bisa klik. 

Saat itu Mba Dhani Yuniarco, fasilitator Keluarga Kita,  sedang memaparkan materi dan meminta salah satu peserta untuk sharing mengenai komunikasi dalam keluarga. 

Ketika satu peserta kemudian disusul peserta yang lain berbagi mengenai pengalamannya dalam hal berkomunikasi, baik dengan anak maupun pasangan, saya langsung pasang mata hati dan telinga. 

Saatnya buat menggeser-geser perspektif, nih!

Jarang sekali saya terlibat dalam diskusi parenting yang interaktif seperti kemarin. 

Diskusi pun berlanjut, nggak sekadar sesi berbagi dari peserta saja, namun fasilitator pun mencoba masuk untuk memberikan arahan supaya peserta bisa menemukan sendiri AHA! moment-nya. 

Nonton Video Dari Psikolog Keluarga Najeela Shihab. 


Tambahan informasi dari video yang ditayangkan juga menjadi semacam guidelines agar diskusi tetap berada di jalurnya. 

Agak sedikit berbeda, video yang merekam sosok Psikolog keluarga, Najeela Shihab ini bukan sekadar teori, tapi mengajak peserta untuk merefleksikan dan menggali apa yang sebenarnya sudah dilakukan dalam peran kita sebagai orangtua; bagaimana cara kita berkomunikasi, menyelesaikan konflik, juga manajemen waktu.

Giliran saya untuk berbagi pun tiba. Rasanya lega waktu bisa mengungkapkan apa masalah saya. 

Keberanian untuk membuka diri, bisa menceritakan pengalaman dan berbagi sudut pandang itu melegakan lho, untuk seorang Ibu. 

Dan momen seperti itu nggak bakal terjadi kalau berada di forum parenting macam talkshow dengan satu figur sentral sedang memaparkan daftar-daftar kesalahan parenting kita. 

Di diskusi kemarin, saya menangkap bahwa : 

1. Salah itu wajar.
2. Orangtua dan sebuah keluarga itu unik serta punya zona waktu sendiri. 
3. Apa yang sudah berhasil di keluarga yang satu mungkin sedang dimulai di keluarga yang lain and it's ok.



4. Tantangan di satu keluarga berbeda dengan tantangan di keluarga lainnya. 

5. Terkadang yang dibutuhkan orangtua bukan sebuah penghakiman bahwa cara pengasuhannya benar atau salah, tetapi sebuah momen dimana ia bisa mengungkapkan dirinya, merasa didengarkan, dapat mendengarkan pengalaman orang lain agar bisa menggeser perspektif diri sendiri dan memahami sudut pandang baru, lalu menemukan sendiri solusinya. 

AHA moment saya kemarin juga berhasil didapatkan setelah selesai mengungkapkan apa masalah manajemen waktu di keluarga saya. 

Kemudian peserta serta fasilitator berusaha menjadi cermin untuk memantulkan kembali permasalahan saya dengan berbagi sudut pandang mereka.

Secara sederhana Mba Dhani mengungkapkan, kadang karena kita sudah jenuh dengan permasalahan sendiri, orang lain bisa memberi masukan yang lebih jernih karena mereka melihat apa yang tidak kita lihat dan tidak kita sadari. 

Kalau boleh diumpamakan, diskusi kemarin seolah bisa memberi energi dorongan perubahan dari dalam, ibarat telur ayam kalau pecahnya dari dalam akan menghasilkan kehidupan baru, yaitu anak ayam. 

Tapi kalau dipecahkan dari luar jadinya telor ceplok.

Saya jadi nggak sabar buat ikut Sesi Berbagi Cerita Rangkul berikutnya. 

Buat kalian yang di Semarang, bisa bergabung dengan komunitasnya juga, lho. Cukup banyak kegiatan rutin tentang parenting yang bisa kita serap ilmunya. Bikin jenuh juga, nggak? 

Komunitas Rangkul Semarang Diundang Ke KB-TK Daqu School

Bicara Rangkul Di Semarang


Nggak tuh, rasanya plong malah kalau sudah berdiskusi. Sampai rumah, jadi kayak punya semangat baru gitu. 

12 comments:

  1. Kalau cuma teori aja memang bikin "penuh".. Apalagi kalau habis ikut seminar parenting yg cuma menguliti kesahan tp ga kasih solusi.. Gemeeessss deh :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa...penuh sama informasi baru bingung nerapinnya yaa

      Delete
  2. Sering mbak overwhelmed gtu..nyoba ini itu kadang ga berhasil. Jd bingung harus gimana :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mba, kadang ngga semua teori juga klik sama kita yaa dlm prakteknya

      Delete
  3. Asik ya semua peserta kebagian untuk menyuarakan isi hatinya. Mudah2an kita bisa jadi orang tua yg baik bagi anak2 dan jadi ortu yang bahagia 😉

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa Mba...enak bgt bisa sharing dan dapet pencerahan dr berbagi dgn peserta lain

      Delete
  4. Kalau saya teori itu memberikan wawasan. Tanpa teori saya nol puthul jadi orang tua. Seminar, workshop, diskusi dengan psikolog sering saya ikuti supaya bisa belajar mengkombinasikan apa saja yang dibutuhkan dan diinginkan anak-anak dari saya sebagai orang tua mereka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Agree Mba di sisi lain teori mmg penting, lebih klop lagi ketika kita bisa mempraktekkan ssi keunikan yg ada di keluarga kita 😊

      Delete
  5. So true mbak
    Sering merasa kayaknua hbs ikut seminar parenting tapi malah jd kayak depressed
    Kok g bisa diterapin, kok sulit buatku hiks....
    Jadi sering kontempelasi sendiri, kadang anaknya saya ajak juga 😁

    Kenapa kita gini dan gitu...
    Alhamdulillah jadi ketemu sepakat sama si anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba, pengalaman untuk mempraktekkan hasil kita ikut seminar sampai akhirnya bisa disepakati brg anak itu salah satu hal yg bikin kita semakin pede jd ortu yaa

      Delete
  6. Ku belum mengikuti ilmu parenting karena belum ada anaknya juga 😀

    ReplyDelete
  7. Hehehe, semoga Allah memudahkan jalan Mba Vita dan suami untuk segera diamanahi seorang anak ya, Mba 😘😘

    ReplyDelete

Powered by Blogger.