Feeding The Hungry Ghost


Setiap orang, menurut saya, punya sisi kelam yang tidak diketahui orang lain. Bahkan mungkin sumur tergelap di dalam jiwanya itu belum pernah dimasuki oleh dirinya sendiri. 


Sepengalaman saya, ada beberapa perilaku individu yang energi penggeraknya berasal dari dalam sumur tergelap itu. 

Coba tanya sama diri sendiri pernahkah beberapa skenario di bawah ini kita alami?



  1. Skenario A. Ingin hidup lebih sehat dan mengganti pola makan; setelah berhasil menjalani pola makan sehat selama beberapa waktu tiba-tiba saja jadi mudah menghakimi orang lain. "Dih, Si Itu kok makannya berantakan gitu sih, nggak banget deh, pantes badannya melar dan sering ngga masuk kantor karena sakit." 
  2. Skenario B. Umur sudah semakin bertambah masa ilmu agama nggak nambah-nambah, ya? Mulai sekarang mau rutin ikut kajian, ah. Pakaian juga harusnya lebih syari kan. Kemudian setelah beberapa bulan rajin memperdalam ilmu agama dan berubah penampilan, tiba-tiba jadi gampang banget nyinyir sama orang lain yang ngga sepengajian. Kadang merasa gemes kalau lihat orang lain penampilannya ngga bener, penginnya nyinyirin deh. "Harusnya kayak aku gini lhoo, berubah tuh ngga setengah-setengah, harus kaffah." Anehnya, kenapa saat sedang memperbaiki diri bukannya lebih banyak "Aslama", (berserah diri, pasrah, tunduk) dan introspeksi malah semakin mudah menunjuk kesalahan orang lain.
  3. Skenario C. Pengin lebih intensif membersamai anak dalam proses belajar, kemudian memutuskan resign dari kantor dan saat di rumah mulai giat bikin permainan buat anak. Tapi kadang pikiran masih suka galau, apalagi kalau lihat ibu-ibu lain yang bekerja kantoran punya penghasilan sendiri. Saking galaunya, untuk menghibur diri, suka sekali menghakimi bahwa pilihan ibu yang bekerja itu lebih bodoh dibanding pilihan yang sudah diambilnya sekarang. "Ibu tuh, tempatnya di rumah bukan di kantor. Kamu ibu apa karyawati?"
Masih banyak skenario lain yang serupa. Terkadang saat sedang semangat-semangatnya memperbaiki diri, kita sering lupa untuk meluruskan niat, sering lupa orang lain juga mungkin sedang berproses dan punya pilihan berdasarkan prioritas dalam hidupnya. Kalau beberapa skenario di atas sedang terjadi pada kita, periksa lagi niat kita. Ini pengingat juga buat saya sendiri. 

Sebuah perilaku kuncinya pada niat, kalau kuncinya bengkok kita nggak akan bisa membuka pintu perubahan yang sesungguhnya. 


Ada sedikit cerita, seorang teman mati-matian berusaha menjaga pola makan; dia menjalani pola makan raw food, menghindari protein hewani, kopi, gula rafinasi, dan tidak pernah melakukan cheating barang sehari pun. Saya sering bertukar cerita dengannya, bertanya apa motivasinya.

Singkat cerita dia mengatakan bahwa ini adalah sebuah bentuk balas dendam akan perasaan tersingkir yang pernah dialaminya beberapa tahun silam. Ia ingin menjadi orang yang benar-benar baru dengan melepaskan semua kebiasaan yang menurutnya buruk. Ia sangat keras pada dirinya sendiri sampai kadang nggak mengizinkan dirinya menikmati bahkan sebatang coklat sebulan sekali. Saya menghargai usahanya meskipun kadang ia suka mengkritik kalau sesekali saya ngemil makanan yang masih bergluten. Saya sempat berpikir kalau ia ingin tubuhnya sehat, tetapi lupa bahwa jiwa butuh keseimbangan.

Waktu saya berkata ia terlalu keras pada dirinya sendiri dia marah dan mulai menjauh, jarang curhat dan ngobrol lagi. Padahal saya hanya merasa sayang padanya. Saya pengin bilang padanya kalau sebuah perubahan perilaku yang positif harus digerakkan oleh niat yang bersih. Dendam itu seperti api, akan membakar semua usahanya untuk berubah menjadi lebih baik menjadi sebatas abu saja. Lagipula prioritas setiap orang tentu tidak sama dengan dirinya, bukan? Memaksakan perubahan yang sedang kita jalani pada orang lain yang ngga membutuhkan rasanya kan aneh. 

Tujuh bulan kemudian dia sakit parah, asam lambung kronis. Dia menghubungi saya dan bilang bahwa sebelum melakukan perubahan pola makan ia seharusnya belajar memaafkan terlebih dahulu. Melepaskan dan meluruskan niatnya. 

Sering pada lingkaran pertemanan saya juga mendapati beberapa teman menjadi lebih rajin ikut liqo atau halaqah, dan saya ikut berbahagia untuk itu. Semakin banyak tempat dan kawan untuk sharing ilmu. Namun, seringkali berujung rasa sedih ketika salah satu kawan tiba-tiba menjadi terlalu rentan terhadap perbedaan dan mudah menghakimi orang lain yang berbeda atau sedang berproses. 

Berubah menjadi lebih baik tidak selalu mudah, tetapi beberapa orang terkadang memilih cara termudah untuk terlihat berubah. Ini sebenarnya dilakukan bukan untuk perubahan itu sendiri, tetapi untuk memberi makan egonya, tempat si hungry ghost bersarang.

Baca juga: Apa itu The Hungry Ghost di sini

Sejatinya perubahan yang tulus dan diniatkan untuk mengejar ridho dari Sang Pencipta tidak semudah mengutip ayat dan menempelkannya di dinding sosmed atau mengubah tampilan agar tampak lebih relijius dalam pandangan manusia. Bicara perihal kebaikan tetapi dengan cara menjelekkan orang lain tidak akan mengangkat derajat keimanan kita, bukan?

Sekali lagi ini juga untuk pengingat bagi diri sendiri. Saat sedang berusaha untuk menjadi lebih baik, periksa lagi niatnya untuk siapakah perubahan ini dilakukan? Apakah untuk memberi makan si hantu kelaparan di sumur tergelap kita? Ataukah karena ingin menggapai ridhoNya?

Jika dalam proses menjadi lebih baik kita masih merasa sudut pandang dan pendapat kita yang paling benar artinya kita belum meluruskan niat kita yang sesungguhnya. Kelas perubahaan si hungry ghost hanyalah menaikkan status ego; kita lebih baik dan orang lain di bawah kita. Perubahan yang sesungguhnya adalah kerja keras yang diam-diam kita lakukan dan menginspirasi orang lain tanpa kita perlu berkata-kata apalagi nyinyir kepada orang lain. 

Mau pilih yang gampang juga boleh, tapi lulus tidaknya kita di ujian menahan diri membedakan kelas perubahan kita.

A self reminder, 
Semarang April 2017

31 comments:

  1. Aku sih semangat mba untuk pola hidup sehat.. Tapi kok kalau liat bakso dan teman2nya, semua jadi buyar.. Hiks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha, kamu mah....aku juga godaannya berupa mie dkk gabisa nolak klo itu mah 😂

      Delete
  2. Kita harus selalu meluruskan niat ya mbak.. Jangan sampai apa yang kita kerjakan tidak lillahita'ala.. Dan ujung2nya cuma buat nyinyirin orang dan cari2 pujian dr org lain.. Hmm.. Memaafkan diri sendiri sebelum menapak langkah yang baru.. Nice reminder, mbak :)

    ReplyDelete
  3. 100% agree pada poin meluruskan niat, meperbaiki niat dalam setiap kesempatan karena kadang saat berjalan banyak sekali godaan yg melencengkan tujuan.
    Thanks remindernya Mba 😘

    ReplyDelete
  4. Setuju dengan poin terus memperbaiki diri karena intinya hidup adalah terus belajar dan proses menuju lebih baik lagi dan lagi 😊

    ReplyDelete
  5. The hungry ghost.. ah, can't deny dat it happened to me once mbak.
    Meluruskan niat tanpa 'merusak' niat baik org lain dengan prasangka kita sendiri harusnya yaaa
    Thankyou for reminding mbak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama Mbaa, saya juga masih suka ngasih makan si ego ini 😁

      Delete
  6. Yuk semangat memperbaiki diri dan menghormati pilihan hidup orang, no nyinyir hihi..

    ReplyDelete
  7. Kadang emang niat itu yang jadi cikal baakal ya mba, aku ini widihhh niatnya masih angot-angotan. Tapi aku selalu berusaha utk memperbaiki diri jadi lebih baik lagi agar disayang Allah dong. hehehe abaikan yang nyiyir.

    ReplyDelete
  8. Hahahahaha aku suka aku suka.... Ada orang yg mempunyai sekenario B langsung menghakimiku habis2an😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berproses emang ngga keliatan yaa...kdg kita mmg sedang berusaha menjadi lebih baik walaupun org lain blm melihatnya ☺☺ semangat Tina

      Delete
  9. Apapun pilihan yg diambil orang aku sih coba menghormati aja mereka kan lebih tau apa yg terbaik buat dirinya jd ngapain kita jd repot n ikut nyinyir eh tp pengen banget lah mbak punya pola hidup sehat gtu aku mah gampang tergoda sama yg enyak2 soalnya hehhehe....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama Mbaa...biar balance tetep bisa makan yg enak2, aku bikin wiken saatnya buat cheating 😂😂

      Delete
  10. Saya sering juga tiba-tiba berprasangka buruk kpd orang hanya krn dia beda dg saya, tapi cepat-cepat istighfar mbak, langsung sadar krn belum tentu saya lebih baik dr org tsb secara keseluruhan.

    Memang sulit sih ya meluruskan niat, syetan sll berusaha membengkokkan. Tapi harus kuat iman, in shaa Allah bisa, aamiin :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mba, harus selalu minta pertolongan pada Yang Maha Membolak-balikkan hati yaa 😊😊

      Delete
  11. Kalo aku sering ngerasa terlaluuuu semangat dan fokus jadinya malah ambisius dan nggak bagus. Berkali2 kejadian. Jadi lebih byk instrospeksi diri mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama kok, Mba. Aku jg kdg terlalu fokus sama diri sendiri 😊

      Delete
  12. suka tulisan ini! thanks mbak Nia...

    ReplyDelete
  13. Love this post, a self reminder for me too.

    Luruskan niat, perbaiki sikap...semoga bisa menjadi pribadi yang baik, bagi diri sendiri maupun orang lain.

    ReplyDelete
  14. Kalau nyinyirnya dalam hati gimana Mbak? Sama saja ya?
    Oh, tidak! Harus banyak yang harus ku koreksi.
    Makasih sharingnya, ya Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi, kalo itu mah hanya Allah dan kita sendiri yang tau ya hehe

      Delete

Powered by Blogger.