Perkembangan Otak Anak Usia SD


Berada di rentang usia tujuh tahun kedua, cukup banyak hal penting yang terjadi pada si sulung, yang juga harus mendapatkan perhatian lebih dari orangtuanya. 

Si sulung yang sekarang sudah sembilan tahun (image from ig :@nianurdiansyah)

Kemarin, saya membaca beberapa buku bertema neurologi, salah satunya Seven Times Smarter: 50 Activities, Games, and Projects to Develop the Seven Intelligences of Your Child karya Laurel J. Schmidt dan asyik terpaku di bagian perkembangan otak anak usia sekolah dasar. Saya jadi bisa memahami beberapa perilaku yang kerap muncul secara signifikan di usianya sekarang.

Saya akan coba rangkumkan beberapa hal di sini, ya. 



1. Punya Ingatan Yang Lebih Tajam. 

Terbukti dengan si sulung yang bisa mengingat detail-detail kejadian baik di masa lampau maupun sekarang dan menghubungkan keduanya, padahal saya saja sudah lupa. Kadang karena ingatan yang super detail, si sulung sering menganggap saya pelupa atau ngga perhatian akan suatu hal atau janji yang sudah pernah kami buat. 

Ternyata kemampuan mengingat yang meningkat ini berkaitan dengan perkembangan sel syaraf otak bagian depan atau frontal lobe dan otak bagian samping atau temporal lobe yang sangat pesat. 

Seiring dengan hal itu, kemampuan koherensi atau menghubungkan dua hal atau lebih juga meningkat di masa ini. Nggak heran kalau tiba-tiba si sulung jadi suka membicarakan masa lalu dan menghubungkannya ke masa sekarang. Misal saat si sulung bertanya alasan kenapa dia pindah sekolah, atau kenapa dulu saya sering ke luar kota meninggalkan dia. 

Selain itu, di usia ini kesadaran tentang "inner self" juga sudah semakin menguat. Nah, buat memfasilitasi bisa lho, kita mulai membimbing atau mengajarinya untuk membuat jurnal harian. 

2. Kecenderungan Untuk Merasa Khawatir (Hampir Pada Semua Hal)

Kalau diperhatikan, sejak di kelas dua, si sulung mulai takut datang terlambat ke sekolah, kalau mengerjakan sesuatu nggak boleh nggak sesuai petunjuk atau aturan sekolah. Kadang saya sebagai ibu berpikir, ini anak kok, kaku banget ya😂Padahal ternyata secara neurologis memang ada sebuah perubahan yang sedang terjadi di otak dan sel syaraf anak kita. 

Justru kecenderungannya untuk khawatir tersebut merupakan pertanda bahwa otaknya berkembang sesuai kelompok usianya. 

Usia tujuh tahun anak sudah semakin menguasai konsep ruang, arah, jarak, dan makin sadar kalau waktu bergerak terus ke depan. Di usia ini jadwal, perkiraan waktu, dan durasi menjadi sangat penting bagi mereka. Dengan begitu, pas juga kalau kita mulai mengajarkan pembagian waktu di usia ini.

3. Butuh Afirmasi Positif Untuk Merasa Aman. 

Di usia ini, anak-anak perlu merasa aman secara emosional agar perkembangan otaknya optimal. Stress yang kronis atau traumatis harus dihindari karena kondisi ini dapat menyebabkan terlepasnya sejumlah kortisol yang dapat membunuh sel-sel otak terutama di daerah hippocampus. 

Nah, untuk membantu pembentukan self esteem dan kepercayaan dirinya sebagai orangtua kita perlu memberikan afirmasi positif, menghindari proses disiplin yang terlalu keras atau hukuman fisik atau verbal yang kelewat batas. 

Bagaimana sih, bentuk afirmasi positif itu? Sebenarnya sederhana sekali dan bisa dilakukan dalam percakapan sehari-hari. 

Afirmasi positif bukan sekadar pujian kosong, tetapi sebuah bentuk penghargaan atas sikap positif yang dilakukan anak kita sekecil apa pun, bahkan juga ketika dia sedang tidak berbuat apa-apa sebagai orangtua kita harus pintar-pintar membangun harga dirinya. 

Beberapa contoh yang ada di gambar di bawah mungkin bisa digunakan untuk situasi tertentu. 


15 comments:

  1. Kalimat positif menghasilkan karya positif juga. Moga anak2 kita berkembang dengan baik ya Mbak :)

    ReplyDelete
  2. Sulung saya sedang sering butuh kalimat afirmasi positif semacam:
    "Bunda, aku cantik kan?"
    "Bunda, bagian cantikku karena kulitku putih kan?"

    Dan masih banyak lagi kalimat lainnya..^_^

    Selain pastinya mengiyakan, semoga sama-sama nggak bosan saling mengingatkan bahwa karakter baik serta posthink juga menjadi pelengkap dari sekian banyak tampilan fisik.

    Haish, komen aja koq panjang yaaa.

    TFS maksay, mari sama2 tetap konsisten ber-positif ria..^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waa...menarik yaa komen si sulung ttg penampilannya. Usia brp,Mba. Iyaa siapa lg yg mau memberikan afirmasi positif klo bukan ortunya ya Mba ☺

      Delete
  3. Si Sulung ganteng banget sih mba :-D
    hehehhe

    saya juga kadang memberikan kalimat afirmasi untuk sahabat-sahabat saya, karena belum punya anak soalnya. Menyemangati mereka intinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi, makasiy tante.

      Iya, afirmasi positif bisa buat teman2 kita juga, saling berbagi vibrasi positif pokoknya

      Delete
  4. Iya anak mah harus dari hati ya, kalau pake hati mereka nurut dan manut

    ReplyDelete
  5. afirmasi positif ini akan memberi feed back positif pula :) si kakak ganteng bener mbak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe, makasiy Mbaa. Iyaa timbal baliknya positif juga

      Delete
  6. Aku nih Mbak sering dapat cerita dari wali muridku kelas 1, misal pas ngerjain PR, bilang gini, "kata bu guru itu gini Mah, bukan kayak mamah."

    Aku sering geli sendiri kalo dengar cerita2 mereka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi, kadang lebih percaya sama gurunya yaa...apalagi klo gurunya kayak mba ikaa ngefans pasti murid2nya

      Delete
  7. wah anak2 juga SD semua ...pastinya seneng ya punya bunda seperti mbak nia..aku mau juga mulai afirmasi positif anak2

    ReplyDelete
  8. Aku juga ngerasa katak gitu waktu SD, informasi yang sangat berguna untuk orang tua baru .kunbal ya hehe

    ReplyDelete
  9. Tfs mba nia. Berti normal kalo anak usia SD sudah mulai ada rasa insecure nya yaa. Soalnya keponakanku gt juga. Btw setuju sama mba nyai tuh. Si sulung ganteng banget yaaa =D

    ReplyDelete

Powered by Blogger.