Kesehatan anak Indonesia terancam, difteri, penyakit menular akibat kuman Corynebacterium Diptheriae kembali mewabah. Hingga November 2017, 11 provinsi melaporkan kejadian luar biasa difteri dan 32 kasus di antaranya meninggal dunia.
Kalimat tersebut adalah penggalan berita yang saya baca dari beberapa portal berita online. Setelah sebelumnya saya mendapatkan sebuah foto bagian dalam rongga mulut seorang anak yang terkena penyakit difteri beredar di grup whatsapp.
Seperti biasanya, kalau mendapatkan berita seperti itu, ada dua respon yang umumnya muncul; pertama antipati dan berpikir kalau berita tersebut hoaks atau justru jadi paranoid.
Berita yang berkaitan dengan kesehatan memang paling sering beredar dan cepat dilahap oleh masyarakat.
Sayangnya, tidak semua berita kesehatan yang beredar itu benar. Ditambah lagi dengan kesadaran warganet yang masih rendah untuk memfilter berita dan mencari tahu kebenaran dari sumber yang kredible, malahan respon yang terlampau cepat untuk segera membagikan berita yang didapat menyebabkan benang-benang informasi bergulung seperti benang kusut. Sulit untuk mengurai manakah berita yang benar dan mana yang hoaks.
Berkaitan dengan berita mewabahnya difteri, berdasarkan laporan data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan menunjukkan, cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) periode 2008-2011 berada di atas 90 persen. Namun, sejak 2012 hingga 2015 menurun jadi di bawah 90 persen.
Penurunan tersebut bisa jadi ditengarai oleh adanya pro kontra yang beredar di sosial media mengenai pemberian imunisasi. Informasi yang simpang siur dapat mengubah perilaku suatu kelompok. Kelompok yang kontra bisa saja dimanfaatkan oleh kepentingan kelompok tertentu sehingga berita hoaks yang mendukung sikap mereka semakin mudah tersebar. Misalnya, ada anggapan mengenai ketidakhalalan bahan yang digunakan sebagai vaksin, sampai berita yang menyebutkan bahwa vaksin imunisasi bisa menyebabkan anak mengalami autisme.
Apa yang saya tulis di atas merupakan sedikit gambaran bagaimana sebuah isu kesehatan dapat memengaruhi perilaku suatu kelompok. Masih banyak isu-isu kesehatan lainnya yang menjadi perhatian dan cukup penting untuk dicermati. Pengetahuan dari sumber yang kredible menjadi bekal bagi warganet khususnya blogger untuk dapat menjadi titik tengah penyebar informasi yang berimbang.
Berangkat dari wacana tersebut maka pihak pemegang kebijakan atau instansi kesehatan terkait perlu menjalin kerjasama dengan warganet agar sosialisasi terhadap isu kesehatan dapat berjalan sesuai dengan koridornya.
Warganet akan menjadi salah satu agen yang dapat menyampaikan informasi kesehatan yang tepat dan sesuai sasaran.
Temu Blogger Kesehatan & Dinkes Kota Semarang.
Pada bulan November lalu, tepatnya di tanggal 27-28 Dinas Kesehatan Kota Semarang (DKK) mengadakan Temu Blogger Kesehatan dengan agenda kegiatan Diseminasi Informasi. Diseminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan pada target kelompok atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi adalah proses penyebaran informasi yang direncanakan, diarahkan dan dikelola.
Kegiatan ini merupakan suatu bentuk kerjasama, dimana blogger selaku warganet aktif yang memiliki jaringan di sosial media membantu pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk menyosialisasikan program-program kesehatannya, baik yang sudah berjalan dan dikenal masyarakat maupun yang belum familiar.
Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam acara Temu Blogger Kesehatan bersama DKK Semarang ini serta hal apa saja yang didapatkan teman-teman blogger yang bisa dibagi kepada warganet lainnya atau bahkan masyarakat luas :
1. Berobat ke puskesmas itu keren!
Acungkan tangan buat kalian yang masih suka meng-underestimate keberadaan puskesmas? Masih banyak kan yang berpikir kalau pelayanan kesehatan di puskesmas itu standar banget, cenderung ribet birokrasi pendaftarannya, antrinya panjang, jam bukanya juga pendek, dan obatnya generik pula.
Dari 36 Blogger yang hadir, dibagi dua kelompok untuk melakukan kunjungan ke dua puskesmas di Semarang, yaitu Halmahera dan Gayamsari.
Saya sendiri kebagian untuk berkunjung ke Puskesmas Halmahera. Dari kunjungan tersebut, ada beberapa hal yang langsung mengubah pandangan saya tentang pelayanan kesehatan di puskesmas.
Puskesmas Halmahera sudah dilengkapi dengan fasilitas gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, farmasi, laboratorium dan persalinan. Puskesmas ini juga merupakan salah satu yang memiliki Rawat Inap Bersalin PONED. Puskesmas Halmahera merupakan salah satu puskesmas di kota Semarang yang memiliki fasilitas pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
Pelayanan persalinan yang cukup lengkap, membuat PONED menjadi salah satu layanan unggulan yang terkenal di Puskesmas Halmahera.
2. Semarang punya Ambulans Hebat. Masyarakat dapat menghubungi call center 1500-132
Pemerintah Kota Semarang juga menyediakan Ambulans Hebat. Ambulance Hebat adalah layanan ambulans gratis bagi warga yang membutuhkan pelayanan ambulans atau ketika mengalami keadaan, seperti: Kegawatdaruratan Medis Kegawatdaruratan, Kehamilan dan Kecelakaan.
3. Jaminan Berobat Gratis Bagi Seluruh Warga Kota Semarang.
Sudah pernah dengar UHC atau Universal Health Coverage? Program ini merupakan wujud dari visi Pemerintah Kota Semarang, yaitu Semarang sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang HEBAT menuju masyarakat semakin sejahtera.
Dengan UHC maka semua warga dapat memperoleh pelayanan kesehatan dengan gratis melalui BPJS. Syaratnya cukup mudah. Calon peserta UHC yang merupakan warga kota Semarang, berdomisili di Semarang minimal selama 6 bulan, cukup menunjukkan KTP dan KK Kota Semarang sebagai bukti, dan bersedia ditempatkan di kelas 3.
4. Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
Tahukah kalian bahwa fungsi sebenarnya dari puskesmas sebenarnya adalah untuk aktivitas promotif dan preventif?
Fenomena yang terjadi justru masyarakat yang mengalami sakit berat karena penyakit-penyakit degeneratif berobat ke puskesmas, sementara yang sakitnya batpil malah berobah ke rumah sakit.
Fenomena inilah yang ingin diubah oleh dinas kesehatan. Ilustrasinya begini: Di Indonesia ada 70% penduduk Indonesia yang sehat dan 30% yang sakit.
Dari 30% penduduk yang sakit, permasalahannya ditangani oleh dinas kesehatan, puskesmas, rumah sakit maupun pihak swasta. Sedangkan yang 70% hanya diurusi oleh 37 puskesmas. Jumlahnya menjadi tidak sepadan dengan jumlah penduduk sehingga tindaka edukasi untuk usaha preventif dan promotif belum maksimal. Oleh karena itu, dibuatlah gerakan masyarakat sehat di Indonesia.
Germas di tahun 2017 menitikberatkan pada tiga hal, yaitu melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, konsumsi buah dan sayur, serta melakukan check-up kesehatan secara rutin.
5. 70 persen peserta blogger berada dalam kategori kurang bugar.
Blogger sebagai agen penyebar informasi kesehatan diberikan kesempatan oleh DKK untuk mengetahui kondisi kesehatannya sendiri. Jadi ketika kami sudah sampai di The Wujil, Ungaran agenda lain selain mendapatkan berbagai paparan mengenai program kesehatan juga akan mendapatkan tes kesehatan antara lain, test tekanan darah, test kadar gula dan kolesterol.
Keesokan harinya, kami juga mendapatkan test kebugaran dengan metode rockpot. Kalau yang belum familiar, test ini dilakukan untuk mengukur kebugaran jantung-paru. Test ini berfungsi untuk panduan dalam menjaga dan meningkatkan kebugaran jantung-paru.
Test ini dapat dilakukan perorangan atau kelompok. Tidak ada alat khusus, hanya membutuhkan lintasan datar sepanjang 1,6 km, alat pencatat waktu dan sepatu untuk berolahraga. Peserta cukup berjalan cepat atau berlari secara konstan, sebelumnya diukur terlebih dahulu denyut nadi sebelum dan sesudah test.
Hasilnya cukup mengejutkan juga, 70 persen peserta Blogger berada dalam kategori kurang bugar. Mungkin ini karena kebiasaan kami kelamaan mager di depan laptop dan gadget kali, ya.
Dari pengalaman ini, banyak lho teman-teman blogger yang mulai menyadari pentingnya aktivitas fisik harian dan berjanji untuk mulai berolahraga lagi.
Jika kerjasama antara pemegang kebijakan kesehatan dan warganet khususnya blogger terjalin dengan baik, diharapkan penyebarluasan informasi kesehatan pun akan semakin merata dan tertarget. Yuk, kita menjadi bagian dari warganet yang sehat, bugar, dan produktif.
Salam Germas!
Berkaitan dengan berita mewabahnya difteri, berdasarkan laporan data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan menunjukkan, cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) periode 2008-2011 berada di atas 90 persen. Namun, sejak 2012 hingga 2015 menurun jadi di bawah 90 persen.
Penurunan tersebut bisa jadi ditengarai oleh adanya pro kontra yang beredar di sosial media mengenai pemberian imunisasi. Informasi yang simpang siur dapat mengubah perilaku suatu kelompok. Kelompok yang kontra bisa saja dimanfaatkan oleh kepentingan kelompok tertentu sehingga berita hoaks yang mendukung sikap mereka semakin mudah tersebar. Misalnya, ada anggapan mengenai ketidakhalalan bahan yang digunakan sebagai vaksin, sampai berita yang menyebutkan bahwa vaksin imunisasi bisa menyebabkan anak mengalami autisme.
Apa yang saya tulis di atas merupakan sedikit gambaran bagaimana sebuah isu kesehatan dapat memengaruhi perilaku suatu kelompok. Masih banyak isu-isu kesehatan lainnya yang menjadi perhatian dan cukup penting untuk dicermati. Pengetahuan dari sumber yang kredible menjadi bekal bagi warganet khususnya blogger untuk dapat menjadi titik tengah penyebar informasi yang berimbang.
Berangkat dari wacana tersebut maka pihak pemegang kebijakan atau instansi kesehatan terkait perlu menjalin kerjasama dengan warganet agar sosialisasi terhadap isu kesehatan dapat berjalan sesuai dengan koridornya.
Warganet akan menjadi salah satu agen yang dapat menyampaikan informasi kesehatan yang tepat dan sesuai sasaran.
Temu Blogger Kesehatan & Dinkes Kota Semarang.
Pada bulan November lalu, tepatnya di tanggal 27-28 Dinas Kesehatan Kota Semarang (DKK) mengadakan Temu Blogger Kesehatan dengan agenda kegiatan Diseminasi Informasi. Diseminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan pada target kelompok atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi adalah proses penyebaran informasi yang direncanakan, diarahkan dan dikelola.
Kegiatan ini merupakan suatu bentuk kerjasama, dimana blogger selaku warganet aktif yang memiliki jaringan di sosial media membantu pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk menyosialisasikan program-program kesehatannya, baik yang sudah berjalan dan dikenal masyarakat maupun yang belum familiar.
Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam acara Temu Blogger Kesehatan bersama DKK Semarang ini serta hal apa saja yang didapatkan teman-teman blogger yang bisa dibagi kepada warganet lainnya atau bahkan masyarakat luas :
1. Berobat ke puskesmas itu keren!
Acungkan tangan buat kalian yang masih suka meng-underestimate keberadaan puskesmas? Masih banyak kan yang berpikir kalau pelayanan kesehatan di puskesmas itu standar banget, cenderung ribet birokrasi pendaftarannya, antrinya panjang, jam bukanya juga pendek, dan obatnya generik pula.
Dari 36 Blogger yang hadir, dibagi dua kelompok untuk melakukan kunjungan ke dua puskesmas di Semarang, yaitu Halmahera dan Gayamsari.
Saya sendiri kebagian untuk berkunjung ke Puskesmas Halmahera. Dari kunjungan tersebut, ada beberapa hal yang langsung mengubah pandangan saya tentang pelayanan kesehatan di puskesmas.
Puskesmas Halmahera sudah dilengkapi dengan fasilitas gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, farmasi, laboratorium dan persalinan. Puskesmas ini juga merupakan salah satu yang memiliki Rawat Inap Bersalin PONED. Puskesmas Halmahera merupakan salah satu puskesmas di kota Semarang yang memiliki fasilitas pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
Pelayanan persalinan yang cukup lengkap, membuat PONED menjadi salah satu layanan unggulan yang terkenal di Puskesmas Halmahera.
2. Semarang punya Ambulans Hebat. Masyarakat dapat menghubungi call center 1500-132
Pemerintah Kota Semarang juga menyediakan Ambulans Hebat. Ambulance Hebat adalah layanan ambulans gratis bagi warga yang membutuhkan pelayanan ambulans atau ketika mengalami keadaan, seperti: Kegawatdaruratan Medis Kegawatdaruratan, Kehamilan dan Kecelakaan.
3. Jaminan Berobat Gratis Bagi Seluruh Warga Kota Semarang.
Sudah pernah dengar UHC atau Universal Health Coverage? Program ini merupakan wujud dari visi Pemerintah Kota Semarang, yaitu Semarang sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang HEBAT menuju masyarakat semakin sejahtera.
Dengan UHC maka semua warga dapat memperoleh pelayanan kesehatan dengan gratis melalui BPJS. Syaratnya cukup mudah. Calon peserta UHC yang merupakan warga kota Semarang, berdomisili di Semarang minimal selama 6 bulan, cukup menunjukkan KTP dan KK Kota Semarang sebagai bukti, dan bersedia ditempatkan di kelas 3.
4. Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
Tahukah kalian bahwa fungsi sebenarnya dari puskesmas sebenarnya adalah untuk aktivitas promotif dan preventif?
Fenomena yang terjadi justru masyarakat yang mengalami sakit berat karena penyakit-penyakit degeneratif berobat ke puskesmas, sementara yang sakitnya batpil malah berobah ke rumah sakit.
Fenomena inilah yang ingin diubah oleh dinas kesehatan. Ilustrasinya begini: Di Indonesia ada 70% penduduk Indonesia yang sehat dan 30% yang sakit.
Dari 30% penduduk yang sakit, permasalahannya ditangani oleh dinas kesehatan, puskesmas, rumah sakit maupun pihak swasta. Sedangkan yang 70% hanya diurusi oleh 37 puskesmas. Jumlahnya menjadi tidak sepadan dengan jumlah penduduk sehingga tindaka edukasi untuk usaha preventif dan promotif belum maksimal. Oleh karena itu, dibuatlah gerakan masyarakat sehat di Indonesia.
Germas di tahun 2017 menitikberatkan pada tiga hal, yaitu melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, konsumsi buah dan sayur, serta melakukan check-up kesehatan secara rutin.
5. 70 persen peserta blogger berada dalam kategori kurang bugar.
Persiapan Test Kebugaran dengan Metode Rockpot |
Pemanasan sebelum test kebugaran berlangsung |
Keesokan harinya, kami juga mendapatkan test kebugaran dengan metode rockpot. Kalau yang belum familiar, test ini dilakukan untuk mengukur kebugaran jantung-paru. Test ini berfungsi untuk panduan dalam menjaga dan meningkatkan kebugaran jantung-paru.
Test ini dapat dilakukan perorangan atau kelompok. Tidak ada alat khusus, hanya membutuhkan lintasan datar sepanjang 1,6 km, alat pencatat waktu dan sepatu untuk berolahraga. Peserta cukup berjalan cepat atau berlari secara konstan, sebelumnya diukur terlebih dahulu denyut nadi sebelum dan sesudah test.
Hasilnya cukup mengejutkan juga, 70 persen peserta Blogger berada dalam kategori kurang bugar. Mungkin ini karena kebiasaan kami kelamaan mager di depan laptop dan gadget kali, ya.
Dari pengalaman ini, banyak lho teman-teman blogger yang mulai menyadari pentingnya aktivitas fisik harian dan berjanji untuk mulai berolahraga lagi.
Jika kerjasama antara pemegang kebijakan kesehatan dan warganet khususnya blogger terjalin dengan baik, diharapkan penyebarluasan informasi kesehatan pun akan semakin merata dan tertarget. Yuk, kita menjadi bagian dari warganet yang sehat, bugar, dan produktif.
Salam Germas!
No comments