Meniti Tangga Indonesia Maju


Apa yang menjadi indikator majunya sebuah negara? Atau apakah sebenarnya 'negara maju' itu? 

Jika berbicara soal letak geografis, yang terbayang di benak sebagian besar orang sebagai negara maju, bisa jadi itu adalah Jepang atau negara tetangga terdekat, Singapura. 

Atau jika kita meraba secara kasat mata, negara maju identik dengan kota-kota futuristik dengan infrastruktur modern: memiliki banyak rimba beton, jembatan penghubung antar kota, jalur-jalur transportasi yang memuat moda-moda transportasi berkecepatan tinggi.

Indikator Negara Maju. 
Bayangan yang digambarkan di atas memang tidak sepenuhnya salah. Negara maju sendiri adalah sebutan untuk negara yang penduduknya bisa menikmati standar hidup yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. 

Tentu untuk melihat perbedaannya, kita bisa membandingkan dengan negara berkembang, atau tertinggal. Misalnya saja jika kita membandingkan antara China dan Singapura, atau India dengan Jepang. Agar lebih mudah diukur maka diperlukan pula indikator. 

Ada beberapa indikator negara maju, salah satunya adalah pendapatan perkapita per tahun setiap penduduk

Apabila hanya menilik dari salah satu indikator tersebut, bagaimana dengan posisi Indonesia sendiri?



Pendapatan Perkapita Indonesia. 
Dengan jumlah penduduk yang hampir mendekati 250 juta jiwa, menurut publikasi dari Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia di tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp12.406,8 triliun. Sementara pendapatan per kapita mencapai Rp47,96 juta atau 3.605,1 dollar AS (sumber setkab.go.id)

Dengan fakta angka tersebut, Indonesia termasuk ke dalam 'middle income country'. Dan ada sebuah 'jebakan zona nyaman' pada status tersebut.

"Namun, apakah selama kurun waktu 72 tahun Indonesia merdeka ini, Indonesia hanya akan terus menyandang predikat sebagai negara berkembang?" tanya Andoko Darta selaku Tim Komunikasi Presiden pada acara flash blogging bertajuk Menuju Indonesia Maju yang diselenggarakan Jumat, 2 Februari, 2018 di Hotel Santika Semarang, kepada para peserta yang sebagian besar adalah blogger dan penggiat media sosial.

Pertanyaan itu senada dengan fenomena 'middle income trap', yaitu suatu kondisi dimana negara telah berhasil keluar dari zona negara berpenghasilan rendah, namun tidak mampu melangkah ke zona negara berpenghasilan tinggi. Fenomena tersebut tentunya menjadi momok menakutkan bagi Indonesia karena harapannya, dalam satu generasi lagi, kira-kira 28 tahun ke depan, yaitu di tahun 2045, Indonesia sudah berkategori negara maju. Apakah cita-cita itu bisa diwujudkan?

Indikator Pencapaian Mimpi Indonesia Sebagai Negara Maju. 




Ada yang bilang bahwa harapan adalah pengalih perhatian maka yang harus dilakukan untuk mencapai impian adalah fokus pada tujuan. 

Filosofi tersebut setidaknya sudah dilakukan oleh Jokowi dalam menuangkan kebijakan-kebijakan dalam pemerintahannya. Di tahun pertama, yang dilakukan adalah membangun pondasi yang kuat. Di tahun kedua adalah saatnya melakukan percepatan infrastruktur. 

Percepatan infrastruktur ini seolah menjadi kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat kecil, namun sebenarnya ini adalah upaya untuk mengejar ketertinggalan dan memenangkan persaingan. Sebagai ilustrasi, jika infrastruktur jalan menjadi lebih baik maka akan memengaruhi kelancaran distribusi logistik. Imbasnya harga-harga bisa turun. 

Percepatan infrastruktur ini tentunya membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Salah satu cara untuk mengalokasikan dana untuk infrastruktur adalah dengan membuat kebijakan penghapusan subsidi BBM. 

Kalau menengok ke tahun 2015 ketika Jokowi membuat kebijakan untuk menaikkan harga BBM, sebuah keputusan yang bagi sebagian besar masyarakat tidak dapat dipahami dan menimbulkan kekecewaan. 

Pada kesempatan acara flash blogging ini, Pak Andoko Darta menceritakan alasan di balik keputusan menaikkan harga BBM tersebut adalah bahwa ketidakadilan di Indonesia sudah berada di ambang batas kewajaran. Sehingga Pak Jokowi tidak ingin menunda keputusan tersebut. "Rakyat akan segera terbiasa dan lama kelamaan akan tahu alasannya," pungkas Pak Andoko menirukan ucapan Jokowi kala itu. Hal itu jauh lebih baik ketimbang 350 triliun uang 'terbakar' di jalanan.

Pembangunan Infrastruktur Yang Indonesia Sentris.

Ya, Indonesia bukan hanya Pulau Jawa. Pesan ini coba disampaikan kepada peserta oleh Pak Andoko dengan cara mengajak perwakilan peserta dari Aceh dan Papua untuk maju ke depan, menyanyikan lagu daerah dan bercerita tentang dua provinsi tersebut. 

Pembangunan infrastruktur yang dilakukan Jokowi meliputi seluruh pelosok negeri ini. Salah satunya infrastruktur transportasi.

Pembangunan infrastruktur transportasi berguna untuk mendorong pemerataan perekonomian dan kesejahteraan yang berkeadilan, serta membuka kesempatan ekonomi, memudahkan mobilitas masyarakat, dan membangun konektivitas nasional. Ini merupakan modal dasar untuk mengejar ketertinggalan. 

Kebijakan Pemerataan Yang Berkeadilan. 

Indonesia pada dasarnya memiliki potensi yang besar untuk keluar dari zona nyaman negara berkembang. Faktor fundamental seperti Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah, jumlah populasi penduduk yang secara demografis didukung oleh tingginya jumlah kelompok usia kerja di bawah 39 tahun yang dapat berkontribusi bagi perekonomian nasional.

Pada tahap ketiga strategi pembangunan yang dilakukan di era Jokowi ini adalah dengan melakukan pembangunan yang berkeadilan karena tanpa hal itu potensi fundamental perekonomian negara menjadi sia-sia. Hal-hal yang sudah dilakukan berkaitan dengan pemerataan yang berkeadilan salah satunya adalah keberpihakan pada 40% masyarakat di kelas bawah.

Di Kota Semarang, wujud hal tersebut dapat terlihat dari pembangunan yang ramah warga kelas bawah; pedestrian untuk pejalan kaki, taman-taman kota sebagai sarana rekreasi masyarakat. Adanya kartu menuju sehat atau UHC bagi masyarakat di Semarang juga menjadi wujud nyata kebijakan tersebut.

Kaidah utama dari kebijakan tersebut adalah bukan pada adanya kesamaan perlakukan, tetapi pada keadilan. Memperlakukan BBM 1 harga di Papua sehingga bisa merasakan harga yang sama dengan di Pulau Jawa adalah salah satu contohnya.

Menuju Indonesia Maju Yang Segera Nyata. 

Dari beberapa paparan tersebut, rasanya kita tidak boleh merasa pesimis dengan kondisi bangsa ini.

Bapak Sukardi Rinakit selaku staf khusus presiden menyampaikan kutipannya bahwa kita tidak boleh lelah mencintai Indonesia. Banyak wujud nyata yang bisa dilakukan generasi muda untuk menjadikan kalimat tersebut bukan sebagai jargon belaka.

Di era serba digital ini maka kekuatan terbesar sebenarnya terletak pada sumber daya manusianya. Saat ini Indonesia tidak boleh lagi mengandalkan sumber daya alam sebagai penggerak perekonomian.

Daya saing berbasis teknologi dan manusia dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan merata. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan membangkitkan semangat kolaborasi.

Kolaborasi adalah salah satu hal yang pada awal abad 20 menjadi salah satu pencetus munculnya era intelektual pertama di Indonesia. Pada era ini para penulis dan wartawan adalah pejuang yang meningkatkan martabat kaum Bumi Putera. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Anto Prabowo yang membawakan materi tentang menulis kreatif.

Buah pikiran yang dituliskan merupakan salah satu bentuk kekuatan yang dapat menggerakkan perubahan. Seperti ketika Ki Hajar Dewantara menulis "Andaikan Aku Seorang Belanda" yang kemudian membuat pihak Belanda kabakaran jenggot.

Membangsa Dengan Menulis. 
Peran penulis di zaman now yang sangat erat dengan dunia digital juga dapat menjadi penggerak perubahan. Salah satunya adalah dengan menyebarkan kebaikan dan kebenaran sehingga masyarakat semakin optimis berperan serta dalam membangun negara.

Kehancuran sebuah negara justru terjadi ketika orang yang baik dan benar diam, dalam versi saya kehancuran sebuah bangsa terjadi karena orang tidak lagi menulis kebenaran.

Meski terdengar primitif, namun menulis sangat erat dengan kegiatan berbahasa yang artinya adalah berpikir, mewakili pengalaman manusia atas dunia. Hasil tulisan merupakan cara pandang manusia atas dunia baik secara kolektif maupun kultural.

Dengan menulis kita turut serta menggerakkan peradaban. Peradaban yang menuju kepada Indonesia Maju.







No comments

Powered by Blogger.