Kampung Batik Malon : Pelopor Wisata Edukasi Yang Mengangkat Nilai Kearifan Lokal



Problema masyarakat perkotaan yang tinggal di area transit, kota industri atau perdagangan dan jasa adalah minimnya jujugan wisata alam. Sebagai kota yang memiliki topografi yang unik, dengan area perbukitan di daerah atas, namun juga dekat dengan pesisir pantai di area bawah, Semarang nyaris tidak memiliki destinasi wisata alam yang digarap dengan baik. Bukannya tidak memiliki potensi, tetapi destinasi wisata yang melibatkan alam belum digarap secara serius. Namun ternyata, masih di area Kota Semarang, ada sebuah destinasi wisata, yaitu Kampung Batik Malon yang merupakan pelopor wisata edukasi yang mengangkat nilai kearifan lokal. Apa saja aktivitas wisata yang bisa dilakukan di sana?


Untuk bisa menikmati keindahan alam, atau sekadar beraktivitas di alam terbuka dengan pepohonan, gemericik air, dan rumput yang hijau sebelumnya masyarakat Semarang harus berkendara ke arah daerah Semarang atas, atau ke Kabupaten Semarang yang memiliki banyak jujugan wisata alam. 

Sebenarnya, masih di area Kota Semarang, tepatnya di Kecamatan Gunung Pati kita bisa menemukan beberapa tempat wisata alam, misalnya saja Desa Wisata Kandri, Goa Kreo, dan Waduk Jatibarang. Destinasi wisata bagi penyuka swafoto pun sudah tersedia di Kecamatan Gunung Pati, salah satu spot foto yang terbaru ada di Desa Talunkacang. Di sana pengunjung bisa berswafoto dengan balon udara sebagai propertinya.

Jika tidak terlalu menyukai swafoto sebagai salah satu aktivitas wisata maka cobalah berkunjung ke Kampung Batik Malon. Di Kampung Batik Malon ini ada beberapa pilihan aktivitas wisata yang bisa menambah pengetahuan pengunjung soal batik warna alam, harmonisasi lingkungan, serta budaya masyarakat setempat, antara lain :

1. Berbaur Dan Mengenal Budaya Masyarakat Setempat. 

Sebagian besar warga di Kampung Batik Malon memiliki mata pencarian sebagai petani. Meski beberapa di antaranya juga sudah belajar membatik, namun secara umum kultur bertani dan berternaklah yang menjadi jiwa bagi masyarakat setempat. Beberapa warga juga memelihara sapi untuk diperah susunya.

Ketika datang berkunjung ke desa ini dalam rangka Famtrip Semarang Hebat, kami disuguhi minuman khas yang berbahan susu sapi. Baru saja diperah langsung dan dihangatkan, susu ini memiliki cita rasa yang segar. Ada juga susu yang diolah sedikit berbeda karena ditambahkan wedang khas Desa Wisata Malon, yaitu Wedang Malon.

Minuman ini terdiri dari rempah-rempah seperti kapulaga, jahe, pandan, jeruk purut, kayu manis, yang direbus bersama gula aren kemudian ditaburi rajangan kelapa muda. Ketika dicampurkan dengan susu yang hangat, rasa manisnya berpadu dengan rasa gurih susu. Menghasilkan rasa legit yang nagih, apalagi ketika dimakan bersama singkong goreng yang renyah.

Ada juga Padepokan Ilir-Ilir yang menjadi pusat budaya masyarakat setempat. Di padepokan ini pengunjung bisa mengenal berbagai kegiatan agama dan budaya yang menjadi ciri khas dan kebiasaan masyarakat setempat.

kampung batik malon
Gerbang Masuk Menuju Kampung Batik Malon

wedang malon
Wedang Malon 

Wedang Malon Yang Sudah Dicampur Susu Sapi Segar


Menikmati Secangkir Wedang Malon Susu dan Singkong Goreng

2. Belajar Membatik Di Zie Batik. 

Zie Batik bisa dibilang menjadi salah satu pelopor pengrajin batik yang memilih menggunakan pewarna alam di Kota Semarang. Pilihan ini tentunya merupakan sebuah langkah bijak karena keberadaan Zie Batik berada di tengah-tengah masyarakat agraris yang kehidupannya sangat bergantung kepada lingkungan sekitar.

Apa jadinya jika kehadiran  pengrajin batik justru menimbulkan kerusakan lingkungan, seperti mencemari air tanah dan juga sungai yang biasa mengairi kebun dan persawahan di desa ini. Pemilihan penggunaan batik warna alam ini dilakoni oleh Bapak Marheno Jayanto dan Istrinya, Zazilah sebagai jalan tengah yang ramah lingkungan ketika mereka memutuskan untuk membuat Kampung batik di desa Malon.

Meski sudah bergulat dengan batik sejak tahun 2004 yang awalnya dilakukan di tengah perkotaan Semarang, baru pada saat berada di Kampung Batik Malon inilah keduanya merasakan adanya keselarasan antara pengrajin, masyarakat setempat, juga kondisi alamnya. Pelan tapi pasti, warga masyarakat yang awalnya tidak tertarik dengan aktivitas membatik mulai belajar membatik, dan akhirnya terbentuklah sentra-sentra produksi batik skala rumahan.

Pengunjung yang datang ke Kampung Batik Malon bisa belajar membatik di Workshop Zie Batik, sekaligus juga mengenal beberapa jenis pewarna alam yang digunakan. Salah satunya yang diproduksi sendiri adalah pewarna alam dari tanaman Indigofera yang menghasilkan warna biru indigo. 

Pisang yang selalu disediakan bagi pengunjung workshop.

Zie Batik Malon
Zie Batik di Desa Malon 

Berbagai Bahan Pewarna Alam.

Belajar Membatik Di Zie Batik 

3. Berkunjung Ke Kebun Warna. 

Aktivitas lainnya yang bisa dilakukan pengunjung adalah dengan berkunjung ke kebun warna tempat dimana tanaman Indigofera ditanam. Menempati sebuah lahan yang menurun, tidak jauh dari workshop Zie Batik berada, kebun warna ini menjadi salah satu tempat yang bisa dituju ketika kita ingin mempelajari lebih jauh tentang bahan-bahan pewarna alam.

Awal mulanya, penduduk setempat belum mengetahui faedah dari bertanam tanaman yang mirip perdu ini. Namun berkat arahan dari Pak Heno dan juga para penggagas lainnya, masyarakat mulai tertarik untuk menanam Indigofera. Tanaman ini pun tergolong mudah dan murah perawatannya. Selain itu, masa panennya juga relatif cepat.

Setelah dipanen, masyarakat kemudian juga diajarkan cara pengolahan Indigofera menjadi pasta pewarna. Daun-daun dicuci dan direndam dalam air selama 48 jam, kemudian dilakukan proses fermentasi dan penambahan zat kapur untuk proses oksidasi. Zat kapur yang digunakan pun tergolong yang berkualitas, yaitu kapur merek Padalarang.

Harapannya, ke depan Kampung Batik Malon juga menjadi salah satu sentra penghasil pewarna indigo di Jawa Tengah. Kualitas pasta indigo yang dihasilkan di kampung batik ini pun terbilang memiliki kualitas yang bagus sehingga tidak jarang pengrajin batik warna alam dari daerah lain memesan pasta warna dari Kampung Batik Malon. 


Pak Heno sedang menjelaskan aneka tanaman yang ada di Kebun Warna

salah satu tanaman kentang lokal

Buah jeruk di kampung batik malon

4. Mengunjungi Sentra-Sentra Batik di Desa Malon.

Ada setidaknya empat sentra batik yang memproduksi batik pewarna alam dengan motif yang berbeda satu sama lain. Motif-motif khas yang dihasilkan di Kampung Batik Malon ini terinspirasi oleh hasil alam yang ada di Desa malon, misalnya saja Jambu Kristal. 

Daun-daunan dan bebungaan yang banyak ditemukan di desa inilah yang kemudian diangkat menjadi motif batik yang khas. Selain itu juga terdapat motif batik yang mengangkat kisah-kisah legendaris, misalnya saja kisah Tujuh Bidadari dan Jaka Tarub.

batik cap kampung batik malon

batik pewarna alam buah mangrove
Pewarna alam dari buah mangrove

Proses pengecapan kain batik 

motif batik kampung malon
Motif Jambu Air, salah satu motif khas Batik di Desa Malon

5. Mencicipi Hidangan Khas Kampung Batik Malon. 

Salah satu aktivitas mencicipi makanan menjadi salah satu nilai tambah ketika kita mengunjungi sebuah destinasi wisata. Daya tarik suatu destinasi wisata juga berasal dari kekhasan dan keunikan kulinernya.

Kampung Batik Malon sendiri memiliki sebuah makanan khas yang cukup unik. Selain Wedang Malon, ada juga sebuah makanan khas yang lahir karena sebuah peristiwa yang memang muncul secara khas dari perilaku atau kebiasaan masyarakat di desa tersebut.

Makanan yang unik ini bernama Sate Krembi. Sate berbahan dasar ketan ini memiliki cita rasa gurih, dipadukan dengan potongan tempe yang dibakar, dan kemudian dimakan bersama bumbu sambal kacang menjadikan cita rasa khas sate ini sulit dilupakan. 

sate krembi khas malon
Ini dia penampakan Sate Krembi, hidangan khas Desa Wisata Malon

Bakso bakar yang lezat

Sate Krembi disajikan bersama dengan urap sayuran dan perkedel

Beginilah cara menikmati sajian Sate Krembi dkk
Itu tadi lima hal yang bisa dilakukan ketika berkunjung ke Kampung Batik Malon. Sebenarnya masih ada beberapa daya tarik lainnya, misalnya saja mencicipi durian khas Malon, ada Durian Monty atau Montong Gunung Pati yang besar-besar dan sangat manis rasanya, ada juga durian lokal seperti durian mrica, durian manuk, dan MM atau Montong Malon. Namun, untuk mencicipi durian harus menunggu musim yang tepat, karena tidak setiap saat ada. 

8 comments:

  1. ngiler liat foto makanannya😂😂😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha, siang siang gini lagi yah pas puasa postingnya

      Delete
  2. Aku kepengen wedang malon dan bakso bakarnya heuheu, batik malonnya juga mau bagus soalnya ��

    ReplyDelete
  3. Huwwaaa, jadi kangen kampung alami Malon dah.
    Terutama sate krembi, gudangan (urap), plus mbatiknya.

    Salam siang dari Lombok ^^

    ReplyDelete
  4. baru tau kalo di semarang ada tempat kayak gini. noted...bisa jadi referensi pas hari libur nih

    ReplyDelete
  5. Wih keren banget deh tempat ini..! �� Jadi makin pengen ke sana nih..

    ReplyDelete
  6. Ih baru tahu ada kampung batik begini di Semarang. Taunya kampung batik yg di Bubakan

    ReplyDelete
  7. Saat ketemu kalimat batik mencemari lingkungan, itu air hasil cuciannya itu ya, Mbak?

    ReplyDelete

Powered by Blogger.