Kiat Menemani Proses Tumbuh Kembang Anak Dengan Kecerdasan Kinestetik

KIAT MENEMANI PROSES TUMBUH KEMBANG ANAK DENGAN KECERDASAN KINESTETIK


"Kamu kok, nakal banget sih, sukanya lari-larian terus!". Pernah dengar seseorang melabeli anaknya nakal karena aktif bergerak? Atau malah mengalami sendiri, ketika anak kita aktif. kemudian dikomentari : "Anaknya nggak mau diem ya, Bu," dengan nada kurang enak didengar. Padahal, anak yang aktif bergerak itu tandanya sehat, dan otaknya sedang mengalami perkembangan. Tapi masih banyak yang belum paham soal itu. Di tulisan ini, saya bakal berbagi cerita dan kiat tentang menemani proses tumbuh kembang anak yang memiliki kecerdasan kinestetik. 

Bergerak Itu Kodrat Alami Seorang Anak.

Di usia delapan bulan, Kak Ezra, anak sulung saya, mengalami luka pertamanya. Tepatnya di bagian atas kelopak mata. Waktu itu, sebagai ibu baru, rasa hati tak keruan melihat lebamnya. Lebam itu timbul saat kepalanya terhuyung membentur sandaran tempat tidur yang terbuat dari kayu.

Waktu itu, ia sedang belajar berdiri dengan berpegangan ke sandaran tempat tidur, kemudian karena pijakan kakinya belum begitu kokoh, tubuhnya goyah, dan kepalanya membentur sandaran kayu. Setelah kejadian itu, saya jadi menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa menjaganya dengan baik.

Untuk pertolongan pertama, alias meredakan tangisnya, saya mengusap-usap sejumput rambut ke bagian lebamnya. Setelah tangisnya reda, saya seka lebamnya dengan kain lembut yang sudah dicelupkan ke air hangat.

Selanjutnya, saya meluncur ke dapur membuat ramuan tradisional yang resepnya pernah dibisiki Mama, terdiri dari beras dan kencur ditumbuk. Sambil menumbuk, saya mengingat-ingat kembali teori Psikologi Perkembangan yang dulu saya pelajari saat kuliah.

Samar-samar, terngiang beberapa baris kalimat ini :

apakah ada hubungan antara gerakan bayi dengan perkembangan otak


Kalimat itu mulai mengurangi rasa bersalah karena merasa tidak dapat menjaga Kak Ezra dengan baik. Tetapi ada juga pikiran lain yang melintas. 

Bukankah kita sebagai orangtua juga tidak boleh terlalu protektif dan membatasi anak karena sebenarnya bergerak itu adalah kodrat seorang anak yang sedang tumbuh dan berkembang? Begitu tanya saya kepada diri sendiri.

Untuk memastikan kebenaran kalimat itu, sehabis dari dapur saya langsung menuju rak, mengambil salah satu buku Psikologi Perkembangan dan catatan kuliah yang masih tersimpan rapi.


hubungan stimulasi gerak dengan perkembangan otak

Rasa bersalah mulai terurai. Ada perasaan tenang sebab memahami bahwa ternyata gerakan yang dilakukan anak-anak berhubungan dengan perkembangan otaknya. Jadi, tidak perlu cemas berlebihan saat anak merangkak; kemudian belajar berdiri; melompat dan berguling-guling. Gerakan-gerakan itulah yang menstimulasi perkembangan otaknya.

Sakit, luka, lebam adalah bagian dari belajar.

Selanjutnya, kisah semacam "Bun, dahiku kejeduk besi ring basket nih." atau "Celanaku robek dan tulang keringku memar pas main futsal di sekolah" terjadi sepanjang saya menemani perjalanan tumbuh-kembang Kak Ezra. Tidak hanya berhenti di masa bayinya saja, tetapi juga berlanjut hingga ia duduk di bangku sekolah dasar.

Ketika memberikan kebebasan 'gerak' kepada Kak Ezra, saya mulai memahami bahwa kecerdasan gerak atau kinestetiknya ternyata cukup dominan. Di usia 4,5 tahun ia meminta ikut berlatih Wushu, dan beberapa kali mengikuti kompetisi. Ketika memasuki usia tujuh tahun, ia mulai menekuni olahraga memanah hingga saat ini.

Sebenarnya, kesukaan Kak Ezra pada aktivitas olahraga yang melibatkan banyak gerakan fisik terkadang membuat saya jantungan. Ditambah lagi, kini dia juga sudah memiliki adik yang sama-sama bertipe kinestetik, aktif bergerak dan suka olahraga, serta menjadikan kakaknya sebagai panutan. Apa-apa yang dilakukan kakaknya harus diikuti, termasuk aktivitas fisik yang dilakukan kakaknya.

Pengawasan dan rasa khawatirnya pun jadi dobel.

Tips aktivitas harian anak dengan kecerdasan kinestetik
Saat kakaknya menjajal sebuah aktivitas fisik, Adek juga ngga mau kalah pengin ikutan juga. Gimana Bun? Kita fasilitasi atau larang? 


Mendukung Anak Yang Aktif Bergerak dengan kegiatan positif

Setiap kali keduanya melakukan aktivitas fisik, misalnya main perang-perangan, atau mempraktekkan keterampilan ketangkasan, saya harus berulang kali mengingatkan diri sendiri untuk tidak mengomentari keduanya dengan kalimat-kalimat yang bisa menurunkan semangat, misalnya : "Kalian bisa diem nggak, baca buku kek, nonton apa kek, pokoknya yang anteng gitu?" 

Terus kemudian menyesal kalau mereka jadi lebih banyak menunduk melihat gawai.

Untuk mengimbangi kelincahan keduanya, saya dorong mereka untuk bermain dan menjelajah ke alam terbuka sehingga energi mereka pun dapat tersalurkan. Salah satu contohnya, seperti video di bawah ini.



Alasan Mengapa Anak-Anak Suka Bergerak

Salah satu resep untuk bisa sabar menghadapi anak-anak yang aktif bergerak adalah menambah wawasan tentang apa manfaat 'bergerak' atau olahraga bagi anak-anak.

Apa sebenarnya alasan mendasar seorang anak bergerak?

Pada dasarnya, gerakan yang dilakukan seorang anak selalu melibatkan otak, sistem otot, dan panca indera. Sistem otot menjadi sarana untuk membantu anak berinteraksi dengan dunia luar.

Melalui sistem otot, seseorang dapat mengekspresikan keinginan dan pikirannya. Misalnya saat anak kehausan dan ingin minum, maka otot tangannya akan memberikan sinyal kepada orangtuanya dengan menunjuk sumber penghilang rasa haus, kemudian ia akan bergerak untuk memuaskan dorongan atas rasa hausnya.

Gerakan fisik juga bisa memperlancar peredaran darah ke otak. Itulah kenapa anak yang bergerak aktif, otaknya akan mendapatkan lebih banyak pasokan oksigen dari darah.

jurnal Brain Research.


Bekali Diri Dengan Ilmu Untuk Memahami Anak Yang Aktif Bergerak. 


Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2010, ditemukan bahwa anak yang berusia 9 dan 10 tahun dengan tingkat kebugaran lebih tinggi, memiliki hippocampi, area otak yang berhubungan dengan ingatan jangka panjang (kemampuan untuk belajar dan mengingat hubungan antara hal yang tidak terkait) yang lebih besar dan dapat melakukan tugas-tugas kognitif, khususnya yang berhubungan dengan ingatan, dengan lebih baik. Hasil penelitian tersebut dimuat dalam jurnal Brain Research. 

Ketika mengetahui bahwa aktivitas fisik yang dilakukan anak-anak menjadi pertanda bahwa mereka sehat, bahkan dapat membuatnya berpikir dan mencerna informasi lebih cepat daripada anak-anak yang keadaan fisiknya kurang bugar maka kita akan lebih sabar dan bisa memfasilitasi dorongan-dorongan anak-anak untuk bergerak dengan lebih positif.

Apa Saja Yang Harus Dilakukan Selama Menemani Proses Tumbuh Kembang Anak? 


Untuk menjadi seorang ibu yang tanggap sehingga bisa melakukan hal-hal yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak, saya belajar untuk melakukan hal-hal ini :

Langkah-langkah menemani anak-anak berkecerdasan kinestetik



Tanggap & Waspada Terhadap Potensi Bahaya Bagi Anak-Anak Yang Aktif Bergerak


Dua dari enam langkah tersebut sudah dibahas di atas. Selanjutnya adalah bagaimana agar kita bisa tanggap dan waspada terhadap potensi bahaya di lingkungan tempat anak beraktivitas. Caranya adalah dengan memeriksa kondisi lingkungan sekitar sebelum memberikan anak kebebasan untuk bermain.

Periksa kondisi lokasinya, apakah dekat dengan jalan raya? Apakah ada banyak kendaraan yang lalu-lalang di tempat anak bermain. Bagaimana dengan kondisi geografisnya? Apakah permukaan tanahnya datar, apakah di sekitar ada jurang, lubang, atau sungai?

Jika kegiatan dilakukan di dalam ruangan, periksa apakah di sekitar tempat bermain ada barang-barang yang letakknya tinggi dan berpotensi jatuh jika tersenggol? Apakah ada sudut-sudut perabotan yang lancip? Apakah lantainya licin, dan sebagainya.

Kesalahan saya ketika menemani Kak Ezra belajar berdiri di usianya yang delapan bulan adalah tidak menyadari bahwa sandaran tempat tidur yang berbahan kayu bisa berpotensi untuk membuat kelopak matanya terluka.

Ciptakan Lingkungan Bermain & Belajar Yang Aman Untuk Anak.

Jika sekiranya lingkungan tempat anak-anak bermain, belajar, dan beraktivitas kurang kondusif maka sebagai orangtua kita harus kreatif menciptakan lingkungan yang aman bagi mereka. Saat ini sudah banyak sekali alat dan sarana penunjang untuk mewujudkan rumah yang ramah anak.

Misalnya dengan memasang penutup ujung meja yang lancip, pembatas tangga untuk bayi, penutup colokan listrik, dan keset anti slip untuk di kamar mandi.

Semua alat tersebut digunakan untuk mencegah bahaya atau kecelakaan kecil yang dapat terjadi di lingkungan rumah.

Ciptakan Lingkungan Bermain & Belajar Yang Aman Untuk Anak.

Upgrade keterampilan dan wawasan diri mengenai P3K.

Duh, trik yang saya lakukan untuk mengusap-usapkan rambut ke bagian tubuh anak yang lebam atau memar itu kayaknya mitos, deh. Ya, buat ngayem-ayemin hati anak dan diri kita sendiri bolehlah dilakukan. Tapi sebagai seorang ibu yang selalu mendampingi tumbuh kembang anak-anak, wajib tahu P3K sederhana itu seperti apa.

Contoh sederhananya, seenggaknya sebagai ibu kita mesti tahu lho, jenis luka itu seperti apa saja, dan bagaimana mengobatinya. Nggak mungkin kan, luka terbuka diobati dengan cara yang sama dengan memar atau luka terbakar.

Tahu nggak apa itu luka dalam, lebam, dan memar?

Tahu nggak apa itu luka dalam, lebam, dan memar?

Terus gimana cara membedakan luka memar sudah sembuh atau belum, atau gimana sih, tahapan perubahan warna luka memar itu? Cepat lambatnya penyembuhan luka memar tergantung dari seberapa parah benturan yang terjadi dan di mana letak luka berada.

Berikut adalah tahapan perubahan warna luka memar, yang bisa menandakan proses penyembuhannya :

tahapan perubahan warna luka memar

Merah.
Sesaat setelah terbentur, kulit akan terlihat memerah. Kita akan menyadari bagian tubuh yang terbentur menjadi sedikit bengkak dan terasa nyeri ketika disentuh.

Kebiruan hingga ungu gelap. 
Biasanya, satu atau dua hari setelah benturan, warna memar akan menjadi kebiruan atau ungu gelap. Perubahan warna ini disebabkan karena minimnya asupan oksigen dan juga pembengkakkan di area sekitar memar. Akibatnya, hemoglobin yang berwarna merah akan berubah menjadi biru.

Hijau pucat. 
Memasuki hari keenam, warna memar akan berubah menjadi kehijauan. Hal ini menandakan bahwa hemoglobin yang terdapat dalam darah mulai terurai dan proses penyembuhan sedang berlangsung.

Kuning kecokelatan.
Setelah seminggu, luka memar akan berubah warna menjadi lebih terang, yaitu kuning pucat atau cokelat muda. Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses penyembuhan memar. Memar tidak akan berubah warna lagi, melainkan menghilang secara perlahan dan kembali ke warna asli kulit.

Sediakan Obat Sahabat Keluarga Untuk Saat Darurat.

Nah, jika ternyata semua langkah tersebut sudah dilakukan, tetapi di saat-saat tertentu anak kita mengalami memar atau lebam akibat kecelakaan kecil saat bermain atau olahraga maka sebagai ibu kita juga harus siap dengan obat yang menjadi andalan dan sahabat keluarga. 

Pakai ramuan tradisional sih, boleh-boleh saja, tetapi terkadang sebagai seorang ibu kita harus melakukan pertolongan pertama dengan cepat dan tanggap. Bayangkan ketika anak merasa kesakitan kita justru sibuk menumbuk beras dan kencur. Belum lagi nanti pakai kebingungan dulu nggak bisa membedakan mana kencur, kunyit, dan kunci. Bukannya jadi obat, malah jadi bumbu, hihihi. 

Salah satu sahabat keluarga yang menjadi andalan di rumah adalah Thromboflash. Sejak ada obat yang satu ini, saya jadi  gak takut lembam lagi. Obat ini jadi andalan dan mesti selalu ada di kotak P3K. Apa sih Thromboflash itu?

Salah satu sahabat keluarga yang menjadi andalan di rumah adalah Thromboflash

Nah, kalau Heparin itu sendiri apaan? Kita mesti tahu juga dong, asal dari sebuah bahan yang dipakai obat. Ada 2 sumber heparin :

bahan heparin

Nah, untuk Thromboflash ini Heparinnya menggunakan Bovine yang berasal dari mucosa sapi. Jadi sebagai ibu saya bisa merasa tenang dan nyaman menggunakannya. Apalagi obatnya sudah mendapatkan sertifikat Halal MUI.

Kenapa Thromboflash Jadi Obat Sahabat Keluarga? 

Kelebihan Thromboflash

Thromboflash Pereda Memar & Lebam ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu :

1. HEPARIN berasal dari Bovine (mucosa sapi)
2. HALAL dan sudah disetujui oleh MUI.
3. Praktis. Thromboflash ini ada 2 ukuran yaitu 10 gram dan 20 gram.
4. Teksturnya berupa gel dan tidak lengket saat dioleskan memberikan sensasi rasa dingin di kulit sehingga anak-anak tidak ragu memakainya.


Thromboflash bisa diaplikasikan pada kulit yang terluka dalam, lebam dan memar. Cara memakaiannya cukup dengan mengoleskan tipis-tipis sebanyak 2-3 kali sehari pada lebam. Atau bisa juga dioleskan di kain kasa, lalu kain kasanya ditempelkan pada luka lebam.

Untuk proses penyembuhannya tergantung pada besar kecilnya luka. Pada umumnya, dalam waktu seminggu luka lebam sudah membaik.

Jangan mengosok-gosok memarnya, dan kalau ada luka yang terbuka tidak boleh diolesi Thromboflash. Oh ya, untuk memakaikan pada anak-anak, juga harus dengan pengawasan. Kemudian berikan pengertian untuk tidak memakan atau mencicipi salepnya.

Cara menyimpan obat ini adalah dengan menaruhnya di ruangan dengan suhu di bawah 30 derajat celcius, dan jika kemasannya sudah dibuka, maka hanya boleh dipakai tidak lebih dari 24 bulan.

Thromboflash Menjaga Anak Tetap Aktif & Gak Takut Lebam. 

Agar anak aktif bergerak dan pertumbuhan otaknya optimal, selalu dukung mereka dengan memenuhi nutrisi tubuh yang sehat dan sesuai dengan kebutuhan asupan gizi serta kalorinya. Kemudian berikan mereka waktu serta sarana untuk bermain di luar serta berolahraga. Membangun gaya hidup yang baik dengan mengajarinya mengelola waktu dan jadwal kegiatan juga menjadi sebuah langkah agar anak terus aktif, tumbuh dan berkembang.

Biar gak takut lebam lagi, sediakan selalu Thromboflash di kotak obat. Jangan panik ketika terjadi kecelakaan kecil pada anak. Ajarkan untuk menangani luka lebam dengan mengenalkan jenis obat yang tepat. Sehingga saat mereka jatuh atau terluka mereka sudah familiar dengan obat yang harus digunakan untuk menyembuhkan.
Kiat aktif bergerak buat anak-anak yang bebas bahaya


Aktivitas di alam terbuka membantu anak belajar koordinasi otot

Nah itu tadi beberapa kiat yang saya coba terapkan selama menemani proses tumbuh kembang anak-anak yang memiliki kecerdasan kinestetik yang dominan. 



No comments

Powered by Blogger.