Sejarah Pangan Sayuran Di Indonesia, Benarkah Bikin Sehat?


Mengonsumsi sayuran sudah dikenal sejak zaman kuna. Fakta tersebut terbukti dari beberapa naskah kuna yang ada di Nusantara. Namun, benarkah sejak dulu bangsa Indonesia sudah suka mengonsumsi sayuran. Benarkah mengonsumsi sayur dipercaya dapat membuat tubuh lebih sehat. Yuk, simak sejarah pangan sayuran di Indonesia di bawah ini.



Berdasarkan catatan tertulis di prastati, naskah kuno, dan relief-relief candi, jejak kisah masyarakat Indonesia yang mengonsumsi sayur sudah terekam sejak masa lampau.

Rumwah-rumwah, kuluban, dudutan, kacambah, adalah beberapa kosa kata yang mengacu pada bagaimana orang zaman dahulu mengonsumsi sayuran.

Apalagi Indonesia memiliki megabiodiversiti di bidang pangan sayuran. Tercatat ada 765 jenis sayuran di Indonesia.

Selain berbagai jenis sayuran yang ada di Indonesia, ada pula sayuran yang dibawa oleh masyarakat dari Tiongkok yang kemudian dibudidayakan di Indonesia, misalnya lokio, kucai, lobak, caisim, dan kailan.

Belum lagi sayuran yang dibawa oleh bangsa Eropa ke Indonesia, juga berbagai bibir tanaman yang dibawa oleh orang-orang Portugis dan Spanyol. Seperti jagung, buncis, dan terung.

Nasi dengan porsi sayuran yang lebih banyak merupakan salah satunya cara saya menjaga pola makan agar tetap sehat. 

Jika sulitnya konsumsi sayur mentah, bisa diakali dengan penggunaan salad dressing atau memadukan dengan sayuran rebus. 

Dalam buku-buku panduan memasak di zaman dahulu, ada juga berbagai jenisnya olahan sayur yang sering disebutkan, misalnya bothok, djanganan, petjal, dan lelawar. Meski begitu, sayuran yang dikonsumsi masyarakat pribumi kala itu masih belum beragam. Biasanya hanya kol dan kacang panjang saja.

Petjcal atau pecel menjadi salah satu masakan berbahan sayuran yang terkenal dan masih lestari hingga kini. 


Ada juga kecenderungan yang melekat hingga sekarang yang menganggap bahwa makanan dengan kandungan protein hewani lebih baik daripada sayuran. Sehingga yang dianggap makanan sehat kala itu justru daging, telur, dan ikan-ikanan.

Sayuran selalu menjadi salah satu menu andalan bagi yang menganut pola makan sehat. Sebab kandungan serat, vitamin dan mineralnya sangat baik untuk tubuh.

Namun mengonsumsi sayuran menjadi tidak bermanfaat apabila tidak tahu bagaimana cara mengolahnya. Misalnya, sayuran yang tidak berbatang, berdaun hijau muda sangat baik jika dimakan mentah. Sebaliknya, sayur berbatang keras dan berdaun hijau tua sebaiknya dimasak dengan cara diblansir atau direbus.

Minimnya pengetahuan cara mengolah sayur membuat saat ini kita enggan mengonsumsinya. Apalagi jika sayuran harus dimakan mentah. Rasa langu dan pahitnya sering tidak disukai.

Ada beberapa tips sehat dalam mengonsumsi sayuran, yaitu :

1. Pilih sayuran organik yang tidak memakai pestisida kimiawi.

2. Cuci sayuran dengan air mengalir, atau jika khawatir dengan kandungan pestisidanya,rendam dengan air yang dicampur dengan cuka apel atau garam.

3. Sayuran baik dikonsumsi dalam keadaan mentah, terutama untuk yang berdaun hijau muda dan tidak berbatang. Fungsinya adalah agar enzim tidak mati karena pemasakan.

4. Suhu memblansir yang ideal adalah 60 derajat. Sayuran yang dimasukkan ke dalam air mendidih adalah sayuran dengan warna daun hijau gelap dan berbatang keras. Cukup masukkan selama 5 menit kemudian matikan apinya.

Mengonsumsi bahan pangan sayuran menjadi salah satu tren pola hidup sehat belakangan ini, tetapi jangan sampai salah dalam mengolahnya, ya. Karena jika salah mengolah, sayuran yang diasup ke tubuh hanya akan menjadi serat tanpa enzim hidup yang bermanfaat bagi tubuh.


1 comment:

  1. Rutin mengkonsumsi sayuran memang saat ini sedang aku usahakan banget mbak. Dulu sebelum menikah aku picky dalam makan sayur. Sekarang demi memberikan contoh ke Intan, aku mencoba semua jenis sayuran yg aku temui saat belanja.

    Susahnya memang pengetahuan ttg memasak sayur ini masih minim. Jadi ya itu tadi seringnya malas karena alibi nggak bisa masak ��

    ReplyDelete

Powered by Blogger.