What You Seek Is Seeking You




Akhir tahun kemarin Yang Maha Baik menitipkan beberapa pertanyaanNya untuk saya melalui beberapa orang yang melintas dan berbaur di jalan yang sedang saya lewati.

Bertepatan dengan habisnya analisis GROW lima tahunan saya. Pertanyaan-pertanyaan itu menyusupi pertimbangan untuk menyusun GROW lima tahun ke depan dan membuat hari-hari awal tahun 2017 ini diwarnai kontemplasi.

Menengok ke belakang sedikit--hal yang sebenarnya tidak suka saya lakukan karena saya tidak akan kembali lagi ke sana--tahun 2012 sampai 2013 adalah tahun di mana saya mengambil sebuah belokan tajam dari rancangan perjalanan yang awalnya lurus-lurus saja. Banyak yang hilang dari pengambilan keputusan tersebut, tetapi hidup harus terus berjalan. Saat itu saya harus mengurangi barang bawaan agar kendaraan tetap melaju, dan saya memutuskan hanya akan ada tiga hal penting yang akan dibawa dalam perjalanan.

Tentu tidak mudah memutuskan tiga hal terpenting apa yang harus saya bawa kala itu, tetapi Allah SWT yang Maha Baik sembari menitipkan satu lagi amanah di rahim saya-- sekaligus sebuah senyuman dan penawar rasa sakit-- membisiki sesuatu.

Setelah badai proses yang rumit untuk dijelaskan, saya memutuskan hanya ada tiga tas yang akan saya bawa dalam perjalanan.

Tahun-tahun selanjutnya--sampai sekarang, adalah tahun proses untuk melepaskan kemelekatan saya dengan barang-barang bawaan yang lainnya.

Namun, meski barang-barang bawaan yang lainnya itu sudah tidak ada di dalam bagasi kendaraan saya, tetapi mereka masih ada dalam pikiran saya.

Disadari atau tidak tahun-tahun berikutnya saya berjalan sambil memanggul beban yang tidak kelihatan.

Karena merasa diganduli saya sering merasa tidak bergerak kemana-mana. Saya masih dalam status mental yang sama. Semesta saya tidak berkembang.

Dua pekan yang lalu seorang rekan yang amat mengerti panggilan hati saya, bertanya sudah sampai mana perjalananmu? Apakah kamu sudah memenuhi panggilan jiwamu?

Saya belum bisa menjawabnya. Bersamaan dengan itu ada sebuah tawaran menarik dari seorang kolega untuk melanjutkan riset saya tentang dilema peran ibu bekerja. Riset berskala internasional yang mungkin akan menuntut saya untuk memulai lagi dari nol dan meninggalkan rumah, suami, serta anak-anak.

Lagi? Pikir saya. Terbayang malam-malam yang harus saya lalui sambil mendengar tangisan Ezra diseberang telepon, atau rengekan dan 'pura-pura' kuatnya dia saat saya berpamitan untuk pergi. Dan sekarang sudah ada Si Adek juga.

"Jangan terburu-buru menolak, ujar teman saya itu. Berdoalah agar Allah membukakan jalan yang terbaik. Mungkin saja kalian malah bisa hijrah sekeluarga."

Sama sekali nggak terpikirkan wacana pindah bersama keluarga, tapi saya meng-aamiin-kan. Allah Maha Tahu apa yang paling dibutuhkan. Mungkin sesuatu yang kita inginkan bukanlah yang kita butuhkan dan sebaliknya.

Sambil menarik napas dalam, saya mencoba menyamankan hati ini: Apa yang kamu cari juga tengah mencarimu. Saat kamu bergerak tenang layaknya air, yang mencarimu pun bergerak senada. Saat kamu bergerak berputar-putar seperti angin topan, yang mencarimu pun bergerak dengan cara yang sama, saat itu keduanya mungkin tidak akan bertemu karena jalan yang menghubungkan keduanya telah berserakan.

Yang perlu kamu lakukan hanyalah berserah. Sesuatu yang kamu inginkan mungkin hanya sebuah permainan pikiran, namun mungkin juga karena Allah menghendakiNya demikian. Ini tentang sikap. Apa yang kamu inginkan dan yang menginginkanmu bisa saja bertemu, perbedaannya terletak pada bagaimana pertemuan tersebut akan berlangsung. Apakah kalian akan bertemu dalam dua aliran air yang seirama ataukah dalam keadaan topan nan badai.

4 comments:

  1. Suka suka banget sama paragaraf kedua yang terakhir. Maknanya dalam banget, Mbak. Semoga Mbak Nia segera dapat jawaban yang terbaik tanpa meninggalkan keluarga.

    ReplyDelete
  2. Betul mba, berserah plus ihtiar. Jajaki berbagai kemungkinan yg bakal terjadi. Kadang ada resiko tertentu yg harus kita pikul. Sudah bagian dari jalan yg ditawarkan olehNya utk kita pilih mana yang sekiranya kita sanggup jalani.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mba Uniek, setiap pilihan punya konsekuensi 😊😊 terima kasih sdh mampir ke sini ya

      Delete

Powered by Blogger.