Belajar Surfing Di Pantai Citepus Palabuhan Ratu


Ombak setinggi tiga meter bergulung menuju bibir pantai yang berbatu. Suara bergemuruh dari ombak dan bebatuan yang bergeser karena hempasan air laut menjadi salah satu latar suara yang mengiringi pembukaan acara Amazing Geopark Adventure Tourism 2017, di Pantai Cimaja kawasan Geopark Ciletuh Palabuhan Ratu, Sabtu 14 Oktober 2017. 
Menpar Arief Yahya Di Pembukaan AGAT 2017. Photo by : Agus Rustiawandi 

Photo by : Agus Rustiawandi

Salah satu atraksi yang menarik perhatian pada acara tersebut adalah International Surfing Exhibition 2017 yang dihadiri oleh 14 surfer pro internasional dari Amerika Serikat, Australia, Italia, Inggris, Jepang, Kanada, Maladewa, Maroko, Philipina, Singapura, Selandia Baru, Thailand dan Taiwan. 

Ada juga 14 surfer nasional dari Bali, Banten, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Sumatera Selatan, Yogyakarta dan Jawa Barat. 

Ini merupakan pengalaman pertama saya menyaksikan olahraga surfing secara langsung. Selama ini hanya menonton di layar kaca bagaimana atraksi surfing berlangsung. Kemarin selain bisa menyaksikan langsung bagaimana perselancar asal Jawa Barat, Dede Suryana, yang telah mendunia lewat keahliannya menaklukkan ombak, saya juga menjajal sendiri bagaimana, sebenarnya olahraga surfing itu.


Tapi sebelum bercerita soal pengalaman tersebut, saya bakal menceritakan sedikit tentang pantai yang menjadi tempat dilangsungkannya acara Amazing Geopark Adventure Tourism 2017, yaitu Pantai Cimaja.




Pantai Cimaja tergolong unik karena sepanjang bibir pantainya merupakan hamparan aluvial dengan batuan alam berbentuk bulat-bulat lonjong. Saat ombak bergulung mendekat, saya memerhatikan bagaimana formasi bebatuan tersebut bergerak-gerak ketika dihempas ombak yang memang cukup sering dan deburannya lumayan besar. Suaranya sangat khas, sehingga keberadaan saya untuk pertama kalinya di Pantai Cimaja cukup berkesan di ingatan. 

Menurut salah satu panitia acara tersebut, Pantai Cimaja dipilih sebagai arena surfing karena memiliki ombak point break dengan kontinuitas ombak sepanjang tahun. Kondisi itulah yang sangat didamba-dambakan para surfer. 

Pantai Cimaja juga sudah menjadi salah satu incaran para wisatawan domestik maupun mancanegara yang menyukai olahraga surfing, selain Pantai Ombak Tujuh. 

Daya tarik lainnya adalah karena prestasi Dede Suryana, peselancar putra daerah yang  prestasinya telah bergaung sampai ke tingkat internasional. 

Ketika melihat Mang Dede, panggilan akrab Dede Suryana berlaga di atas papan selancarnya, saya langsung terperangah, takjub dengan keseimbangan tubuhnya juga bagaimana gerakannya begitu menyatu dengan irama ombak. Sampai-sampai rasanya jadi nggak sabar untuk segera mencoba olahraga tersebut. 

Rasa penasaran terhadap sosok peselancar asal Cimaja tersebut membuat saya ikut mengerumuni Dede Suryana yang saat itu sedang diwawancarai oleh para pewarta berita selesai berlaga di atas ombak Cimaja.

Dengan papan selancarnya yang berwarna hijau, Mang Dede berujar bahwa ia ingin menepis mitos masyarakat setempat tentang penggunaan warna hijau, baik untuk pakaian maupun peralatan yang dikenakan ketika berada di kawasan Laut Selatan.


"Saya percaya pada Legenda Nyai Roro Kidul, tetapi penggunaan warna hijau itu cuma mitos. Yang penting adalah kewaspadaan saat berada di laut dan selalu mengetahui kondisi laut." 

Ia menambahkan bahwa penggunaan warna hijau dilakukannya sebagai bentuk kampanye Go Green yang juga ingin ia tularkan kepada masyarakat dalam kegiatan AGAT 2107.


Apa yang diungkapkan Dede Suryana memang sejalan dengan kegiatan yang sedang berlangsung kemarin. Saya melihat panitia telah menyiapkan tempat sampah dengan konsep pemilahan di beberapa titik. Juga adanya aksi penanaman pohon oleh Menpar Arief Yahya serta adanya aksi bersih-bersih pantai yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan AGAT 2017.

Surfing School Di Pantai Citepus

Keesokan harinya, rasa penasaran saya untuk menjajal langsung bagaimana olahraga surfing segera terealisasi.

Setelah bersiap dengan kaus dan pakaian renang, saya beserta beberapa rekan travel blogger dan rekan media berjalan kaki menuju Pantai Citepus yang tidak jauh dari lokasi kami menginap. 

Pantai Citepus jauh terlihat lebih ramah bagi kami para penjajal pemula olahraga surfing. Bibir pantainya cukup luas dan landai, ditutupi oleh pasir hitam yang halus. Ombaknya pun tidak terlalu besar meskipun cukup kontinu bergulung ke arah bibir pantai. 

Pemandangan sekitar pantai cukup indah. Dari kejauhan tampak latar pegunungan yang seolah berlapis-lapis dan siluet bangunan PLTU dengan cerobongnya yang khas.

Pagi itu, beberapa ekor kuda yang biasa membawa pengunjung jalan-jalan menyusuri pantai sedang berjemur menikmati kehangatan sinar matahari di pinggir pantai. 

Setelah para peserta 'sekolah surfing' berkumpul, kami pun diarahkan untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Tampak beberapa instruktur berkulit kecoklatan sudah bersiap dengan pakaian surfingnya. Di wajah mereka juga sudah diolesi sunblock. Mereka tampak sigap untuk menjadi pemandu dan pembimbing kami yang masih pemula.

Photo by : Agus Rustiawandi

Photo by : Raiyanim

Mereka adalah instruktur berpengalaman yang memang bertugas untuk melatih para pemula seperti kami.

Pemanasan dilakukan selama kurang lebih dua puluh menit, yang kemudian dilanjutkan dengan latihan dasar teknik-teknik surfing.

Dari mulai bagaimana harus menggunakan papan selancar, cara telungkup yang tepat di atas papan surfing, cara mendayung dengan tangan, sampai cara berdiri yang benar. 

Tidak lupa pula mereka mengarahkan cara jatuh yang tepat, yaitu ke bagian samping papan surfing. Juga posisi yang aman apabila berhadapan dengan ombak dan papan selancar harus berada di posisi samping, bukan di depan karena hantaman ombak yang mengenai papan selancar dapat membahayakan diri kita apabila posisinya tepat di depan wajah atau kepala. 

Rasanya tak sabar untuk segera mempraktekkan secara langsung arahan dari para couch surfer ini, tetapi sebelumnya kami harus mempraktekkan semua gerakan tadi saat masih di daratan. 

Tak lama berselang, pelatih pun mempersilakan kami untuk mengangkat papan selancar masing-masing dan menuju ke laut.

Rasa cemas dan gelisah tiba-tiba saja menghampiri. Saya mulai berpikir kalau latihan surfing ini adalah ide buruk, bagaimana kalau saya terbawa ombak, dll. 

Rasa tegang semakin memuncak mana kala, pelatih menautkan tali yang menghubungkan papan selancar ke kaki. Rasanya mau mundur saja, tetapi melihat teman-teman yang lain tampak antusias saya pun meneguhkan hati. 

Saya pun menelungkup di atas papan selancar, dengan posisi tidak terlalu maju, tetapi pas di bagian sepertiga ke belakang. Setelah posisinya pas, papan didorong masuk ke air, dengan bantuan tangan, saya mendayung papan agar sampai ke tengah laut.

Ombak pertama setinggi dua meter menerjang papan selancar saya, dan saya berusaha menyeimbangkan tubuh agar papan tidak oleng dan terbalik. 

Ternyata kalau posisi tubuh pas, saat ombak menerjang, papan selancar akan ikut naik sehingga kita seperti meluncur di atasnya.


Photo by : Gigien Arief

Setelah sampai di bagian ombak yang cukup tinggi, papan selancar diputar balik arahnya. Nah, di sinilah saatnya melatih kemahiran menyeimbangkan tubuh dan mencoba berdiri di atas papan surfing. 

Sambil membayangkan bagaimana Gemala Hanafiah atau Mang Dede beraksi, saya mencoba menyelaraskan posisi tubuh agar bisa mengangkat posisi badan dari telungkup ke berdiri, dan ternyata tidak mudah saudara-saudara. 

Beberapa kali papan selancar dihempaskan oleh ombak, dan saya pun harus kembali mengulang ke posisi awal. Atau beberapa kali justru bertabrakan dengan rekan lain.

Kalau sudah jatuh maka harus berenang dengan papan selancar dan menunggu momen untuk bisa berselancar di atas ombak. Saat mencoba, beberapa kali ombak masuk dan tertelan. Rasa asin yang pekat tertinggal di kerongkongan.


Photo By : Agus Rustiawandi

Setelah beberapa kali mencoba, namun hanya berhasil menyeimbangkan tubuh dalam posisi duduk, atau setengah jongkok, saya pun memutuskan untuk beristirahat lebih dulu. 

Ternyata rasa tegang yang sempat dirasakan di awal sudah menguap digantikan rasa lelah dan penasaran mengapa saya belum berhasil berdiri, sementara teman-teman yang lain beberapa sudah ada yang berhasil. 

Saya pun beristirahat di pinggir pantai sambil meneguk air mineral untuk menghilangkan rasa asin yang cukup pekat di kerongkongan. Saya juga menyiramkan air mineral tersebut untuk membasuh kulit wajah dan mata yang terasa pedih karena terkena air laut. 

Setelah istirahat beberapa menit, sesi kedua pun dilanjutkan kembali. Masih dengan cara yang sama, saya mencoba untuk bisa berdiri dan menyeimbangkan diri, namun sayangnya di sesi itu saya belum berhasil berdiri juga. 

Meskipun belum berhasil, saya tetap merasa puas dengan sesi latihan surfing ini karena menjadi pengalaman baru yang tak terlupakan.

Kalau kalian kebetulan berkunjung ke area Ciletuh Palabuhan Ratu, jangan lewatkan sesi latihan surfing di Pantai Citepus ini. Cukup dengan membayar sebesar idr 300.000 kalian akan mendapatkan pelatihan selama kurang lebih dua jam. Untuk info mengenai sekolah surfing ini, kalian bisa datang ke Daun Daun hotel di kawasan Pantai Cimaja. Di sanalah semua aktivitas surfing berpusat.

Tertarik untuk mencoba bermain surfing juga? Awas jatuh hati, ya. Karena pengalaman menyeimbangkan tubuh di atas ombak ini memang sangat menyenangkan. 

11 comments:

  1. Jadi ikutan berdebar-debar, manalagi saya ya nggak bisa berenang..
    Tapi galau, kayaknya seru ya main air dg ngapung & berpelukan dg papan selancarnya
    *eh ^^

    ReplyDelete
  2. Wah seru bangeet mb nia..
    Pantai nya jg bagus

    ReplyDelete
  3. Satu kata... kereeeeeenn buat teh nia. Adududuuu..liat ombak aja uda takut aku. Wkwkwk. Soalnya renang aja gakbisa. Hahahaa. Sukses terus y teh nia. Semoga lain wktu kalo ada kesempatan blajar surfing lg, uda bs seimbang buat berdiri yaaa

    ReplyDelete
  4. Waaah seru ya belajar surfing langsung di laut selatan..ombaknya kan gede salut buat mbak nia yang sukses bikin aku mupeng pengen belajar juga :D

    ReplyDelete
  5. Aish keren mbak Nia. Bacanya ikut deg-degan. Kalau saya mending mundur lah. Renangnya masih kelas pemula..hihihi..

    ReplyDelete
  6. Wah surfing, pengen belajar juga jadinya, tapi renang juga belum bisa aku mah heuheu, bagus ya cimaja 😀

    ReplyDelete
  7. Jadi pengin niyobain surfing euy... Kalau bisa surfing kyknya bakalan ketagihan tuh..

    ReplyDelete
  8. Waah... Seru! Keren banget Mba Nia.. Aku takut ombak krn pas SMA pernah hampir tenggelam sama tmn2. Tapi jadi penasaran buat nyoba surfing

    ReplyDelete
  9. Waktu di Bali dulu, si sulung udah nyobain Surfing. Nggak mau mentas dari air saking excited nya dia, hahahaa. Baca Nia ikutan Surfing, bikin ingat dengan si sulung dulu. Asal mgerti trik nya, semua pasti bisa ya Nia. Tapi aku gak berani nyoba, mending arung jeram aja deh ��

    ReplyDelete
  10. duh harusnya aku ikut nih,
    dari dulu selalu ingin bisa surfing,
    btw, nanti selanjutnya teh NIa bakal aktif belajar surfing dong yaaa :v

    ReplyDelete
  11. Bisa tolong info no telpnya ? Trims.

    ReplyDelete

Powered by Blogger.