Pieces of Motherhood



Until you're broken, you don't know what you're made of. It gives you the ability to build yourself all over again, but stronger than ever. (Michael Jordan)

Untuk memulai tulisan ini saya meminjam kutipan dari seorang pemain basket terkenal MJ. Kutipannya tersebut, menurut saya punya kaitan dengan motherhood lyfe.

Hmmm, memang pemain basket tahu apa sih, soal motherhood hahahaha. Kalau kalian baca baik-baik kalimat tersebut, pasti bisa merasakan kalau seorang ibu suatu saat pernah merasakan, setidaknya satu kali dalam hidupnya, hancur berkeping-keping dan nggak punya pilihan selain menjadi lebih kuat setelahnya.

Ada banyak momen yang kalau dipikir-pikir saat masih lajang kayaknya horor banget. 

Misalnya nih, saat Adek masih bayi banget waktu itu. Imunisasinya aja belum lengkap, dan harus berhadapan dengan virus dari Kakak yang kena cacar air. Otomatis mereka berdua harus pisah kamar. Waktu itu rumah lagi renovasi dan saya single fighter karena ayahnya anak-anak lagi kerja dinas luar kota. 

Akhirnya, Kakak mesti 'diisolasi' di kamar lantai atas, dan Adek tidur berdua sama saya di kamar lantai bawah. Posisinya, di rumah lagi ada tujuh tukang, laki-laki semua, yang meskipun tinggal di bagian samping rumah tetep aja rasanya serem karena pernah suatu hari saya mergokin salah satu tukang 'main fisik' sama Si Sulung dengan memegang salah satu bagian tubuh yang nggak seharusnya disentuh orang asing. Untung banget kejadian itu kepergok langsung sama saya. Jadi pelakunya langsung saya tegur. Kakak juga langsung saya beritahu semua hal berkaitan dengan cara menjaga dan melindungi diri. 

FYI, lokasi kamar yang ditempati Kakak berbatasan dengan bagian rumah yang direnovasi dan ditinggali tukang. Jadi saat Kakak sakit itu, hampir tiap hari rasanya paranoid karena ngga bisa setiap saat menjaga dia karena harus mengurus bayi yang masih kecil. Dalam sehari bisa bolak-balik sepuluh kali lebih mengecek kondisi Kakak, sementara Adek di kamar bawah. 

Rasanya kayak tinggal sama predator di dalam rumah, sementara salah satu anggotanya ada yang sakit, dan ada bayi kecil yang harus dilindungi dari virus. 


Momen horor lainnya adalah saat, Kakak masuk rumah sakit dan Adek juga ikutan sakit. Sebagai ibu, kalian pasti pernah merasakan atau mengucapkan kalimat, "coba sakitnya bisa digantikan sama saya,..." tapi seringnya saya memilih jadi sehat supaya tetep bakoh mengurus keduanya. 

Being mom bikin seseorang nggak bisa lagi cengeng menghadapi keadaan karena pilihannya ya, cuma jadi kuat. 

Momen yang suka bikin hati Emak pecah berkeping-keping sebenarnya nggak cuma karena kondisi dari dalam, banyak juga hal-hal yang berasal dari faktor luar. 

Misalnya nyinyiran sesama Emak lain, atau yang populer disebut Mom Wars. Kalau ngikutin isu ini, kepala suka jadi ngebul sendiri ngga sih, hahahah. Makanya saya memilih untuk melipir dari isu begituan. Saya lebih suka being ordinary Mom kayak zaman old Ibu saya yang saling damai hidup berdampingan antara Ibu bekerja dan Ibu di rumah. 

Ibu saya seorang pekerja kantoran, tetapi beliaulah yang mengajari saya membaca untuk pertama kalinya. Beliau selalu meluangkan waktu untuk mengantar saya ke dokter gigi, dan kami sering jalan-jalan berdua kapanpun ada kesempatan untuk itu. Sampai duduk di bangku kuliah, bahkan saat sudah punya anak, beliau masih sering memaksa saya makan dengan cara menyuapi saya. Di matanya, apa yang saya makan selalu terlihat terlalu sedikit dan nggak bergizi. Padahal mungkin itu karena pandangan beliau terhadap pola makan saya sejak masih kecil yang masih melekat di matanya. Di matanya, saya tetap anaknya yang picky eater. 

Waktu saya memutuskan lebih suka kerja di rumah dan bukan ngantor seperti beliau, ada rasa kecewa di sorot matanya, namun beliau akhirnya menyadari pilihan karena zaman yang sudah berbeda. Ibu saya menyadari bahwa di zaman now, anak-anak butuh pendampingan lebih. 

Ketika pada akhirnya saya sempat merasakan ngantor pun, saya menyadari bahwa pilihan semacam ini bukan untuk diperdebatkan apalagi dipergunjingkan di medsos. Pilihan ini bukan sekadar iya dan tidak. Banyak faktor in between

Pilihan lain soal melahirkan normal atau cesarean, ASI atau sufor, homeschooling atau sekolah formal, menurut saya juga bukan untuk dijadikan bahan peperangan sesama ibu. 

Tantangan jadi seorang ibu itu sudah banyak, nggak perlu ditambahi dengan hal-hal kurang penting macam memperdebatkan pilihan hidup. Ada banyak hal yang seriously nggak bisa kita kontrol sepenuhnya saat menjadi ibu. 

Ibu sekelas Kate Middleton aja akhirnya buka-bukaan sama co-foundernya Mush lho. Mush itu aplikasi yang bisa menghubungkan satu ibu dengan ibu lainnya. 

Kate yang selama ini selalu mencoba menjaga privasinya bersama anak-anak bercerita bahwa sejak kehadiran Pangeran George dan Putrinya Charlotte, dia merasakan kesepian : "it is lonely at times and you do feel quite isolated, but actually so many others mothers are going through exactly what you are going through." 

Sebenernya yang paling bikin seorang ibu merasa sendirian itu adalah karena kurangnya empati antara sesama, padahal sebenarnya kita menjalani hal yang serupa, tetapi kita sering membuat ilusi bahwa apa yang kita lakukan lebih baik dari mereka.

Ibu sekelas Kate aja masih merasa ada judgements dari sesama ibu kalau ia bukan ibu yang baik, hmmm....sebenarnya yang tahu kita itu ibu yang baik, anak kita atau anak orang lain sih? Diri kita sendiri atau orang lain?

Being mom artinya fokus untuk berkompetisi menjadi lebih baik dengan diri sendiri, karena kita yang paling tahu hal apa dan hal mana yang bisa membuat kita lebih kuat.

Selamat hari ibu buat setrong Mom Blogger sekaligus Ibu Guru Cheila dan Mba Norma, Ibu Dosen sekaligus Ibu yang kece buat kedua anaknya. Terima kasih untuk tema arisan blog periode ke-17 bareng Gandjel Rel.

8 comments:

  1. Aku serem yg bagian sama tukang itu mbak. Mana ga ada laki2 dewasa di rumah pula. Alhamdulilah, masih dilindungi-Nya.

    Mom wars ternyata kejadian bener ya :(. Aira kalo bobok siang sukanya digendong, jd suka dibandingin sm anak lain yg mau ditaruh di kasur.

    Jd sedih seolah udah gagal jd ibu yg melatih anaknya mandiri ;( T.T, dipandang sblh mata, dibandingin pula sama ibu lain.

    ReplyDelete
  2. Bener ya mamahku juga gitu kalau gak kerja kantoran milih di rumah suka agak kecewa beliaunya walau tak diungkapin, Alhamdulillah ya masa si tukang yang seram itu udah terlewati, aku pernah tukang nginep di rumah di belakang pas bangun belakang 2014, ada bapakku ama suamiku tapi asa karagok ya 😀

    ReplyDelete
  3. Kita adalah orangtua versi terbaik untuk anak-anak Kita. Jadi ya nggak bisa dibandingkan dan diperangkan ya mbak. Tantangannya beda.. tiap rumah, tiap keluarga, tiap anak, tiap rumah tangga punya PR nya masing2.

    Anyway itu serem banget tukangnya... Huhuhu

    ReplyDelete
  4. Iya mesti waspada bangeet sama orang sekeliling kita walaupun keluarga sendiri, pedofil mengintai :(

    ReplyDelete
  5. Smoga semakin banyak ibu2 yg saling mendukung & menguatkan drpd saling nyinyir ya.. Selamat Hari Ibu..

    ReplyDelete
  6. Being a .om artinya fokus berkompetisi dgn diri sendiri sip setuju bgt. Instead of nyinyir sana sini belajar tra tanpa henti demi anak-anak

    ReplyDelete
  7. Setuju, yang tahu kita ibu yang baik atau bukan itu, hanya diri sendiri dan keluarga

    ReplyDelete
  8. Orang boleh menilai tp hanya dengan apa yg mereka lihat. Tp diri kita lah yg harus terus2 menerus berbuat baik. Untuk kita dan keluarga.
    Hanya diri kita yg ngerti bagaimana kita.

    ReplyDelete

Powered by Blogger.