Tradisi Cang Nyiat Pan Di Singkawang

Tradisi Cang Nyiat Pan Di Singkawang

Sejak dulu saya selalu tertarik dan antusias untuk membaca atau mempelajari budaya Tionghoa. Biasanya, jika ada perayaan-perayaan khusus saya luangkan untuk mengikutinya. Tahun ini, dikarenakan pandemi perayaan tersebut ditiadakan, sebagai gantinya saya mengikuti sebuah rangkaian acara yang diadakan oleh Aksara Pangan, yang membedah seri gastronomi Indonesia dengan menyoroti tradisi Cang Nyiat Pan di Singkawang, Kalimantan Barat. Acara ini sekaligus sebuah tur virtual yang mengobati kerinduan menjelajahi negeri dan mencicipi kulinernya. 

Lontong Cap Go Meh Di Semarang

Berasal dari mana Lontong Cap go meh

Dimana Bisa Makan Cap Go Meh Di Semarang


Ketika tinggal di Semarang, rasa ingin tahu saya terhadap budaya kotanya yang memang merupakan percampuran antara budaya Tionghoa, Arab, dan Jawa, membuat saya semakin ingin mengenal budayanya. Apalagi di Kota Semarang, ada berbagai tradisi bernuansa budaya Tionghoa, dari mulai perayaan Imlek dengan adanya Pasar Semawis dan sajian Tok Panjangnya, perayaan Cap Go Meh, sampai arak-arakan Sam Pek Tay. Setiap tahun, saya selalu menunggu perayaannya, tapi sayang tahun ini karena pandemi, perayaan tersebut ditiadakan. 

Sebagai gantinya, saya mengikuti sebuah rangkaian virtual tur yang diadakan oleh aksara pangan, dengan tajuk Seri Gastronomi Indonesia, saya ikut berjalan-jalan ke Singkawang sambil menikmati kisah-kisah tradisi Cang Nyiat Pang dan kuliner yang dipaparkan oleh para narasumber yang memang sudah banyak berkecimpung dalam menyusun kepingan kisah kuliner nusantara. 

Cang Nyiat Pang, kalau di Jawa dikenal juga sebagai tradisi Cap Go Meh. Biasanya tradisi ini dilakukan pada malam kelima belas bulan pertama dari Tahun Lunar Tionghoa. Yang menarik tentunya ketika menyimak benang merah tradisi ini dengan proses akulturasi kebudayaan di Indonesia. 

Dibawakan secara apik oleh, Chef Wira Hardiyansyah, Dr. Hasan Karman, SH., MM, Chef Meliana Christanty, dan Mba Pepy Nasution sebagai moderatornya saya seperti dibawa jalan-jalan sungguhan ke Kota Singkawang, sambil menikmati kuliner dan cerita-cerita tradisinya. 

Lontong Cap Go Meh, asalnya dari mana? 



Hidangan ini memang khas selalu disajikan saat perayaan Cap Go Meh. Sebenarnya, asalnya dari mana? 

Menurut Chef Wira Hardiyansyah, Lontong Cap Go Meh ini merupakan masakan hasil akulturasi, bukan asli dari Tionghoa. Pasalnya, ciri khas masakan Tionghoa itu justru mempertahankan rasa aslinya, tidak terlalu berbumbu. Sementara Lontong Cap Go Meh sendiri kalau dilihat dari bumbunya sangat kaya. Ada pertemuan bawang merah dari India dan bawang putih dari China. 

Jadi, kapan dong masakan Tionghoa ini masuk ke Nusantara dan kemudian berakulturasi? 

Dari beberapa buku yang dibaca oleh Chef Wira, ada satu catatan yang terkuak dari buku Benny Setiono yang berjudul Tionghoa dalam Pusaran Politik. Ternyata, masyarakat di nusantara sudah berinteraksi dengan Dinasti Han di seputaran Pulau Jawa. 

Mereka menyebut nusantara sebagai "Huang Tse". Catatan tersebut tertera di Dinasti Han pada tahun 131 SM yang artinya interaksi keduanya sudah terjadi sebelum tahun 131 SM. S

Bukti lainnya dapat dilihat pada catatan di Prasasti Watukara I tahun 902 M. Di sana terdapat kata 'tahu' yang menandakan bahwa makanan tersebut sudah dikenal. 

Sementara menurut tulisan Jones Barret, kata 'tahu' dalam prasasti tersebut diserap dari bahasa Hokkian atau dialek Selatan (Hainan), yaitu tau-hu. 

Catatan tersebut membuktikan budaya Tionghoa yang diserap oleh masyarakat nusantara. Yang lainnya, misalnya penggunaan cairan untuk bumbu, misalnya saus atau kecap. Kemudian juga penggunaan bihun, mie, soun, tauco, dan lainnya. (Ishwara Hemen "Peranakan Tionghoa Indonesia, Sebuah Perjalanan Budaya, 2009)

Selain bahan baku, yang diadopsi oleh masyarakat nusantara adalah teknik memasak dengan menggoreng. Kuali dan penggorengan termasuk alat memasak yang dibawa oleh orang-orang Tionghoa. Bahkan menumis (fan chao), menggunakan sedikit minyak (jian), dan menggoreng dalam minyak banyak (zha atau disebut Cah), tak pernah dikenal oleh penduduk nusantara. Dulu, mengonsumsi gorengan itu hanya dilakukan oleh orang dengan kasta tertentu. Jadi ingat salah satu adegan di drama Korea Mr. Queen, saat akan menggunakan minyak yang sangat banyak untuk menggoreng. Sepertinya di masa itu, menggoreng dengan minyak melimpah adalah sebuah kemewahan tersendiri. 

Lalu, tradisi menyajikan Lontong Cap Go Meh sendiri asalnya dari mana? Penjelasan tentang hal ini banyak dikupas oleh Pak Hasan, seorang Budayawan peranakan Singkawang dan pernah menjabat sebagai Walikota Singkawang tahun 2007-2012.




Menurutnya, sejak berabad yang lalu, keturunan Tionghoa telah melakukan migrasi keluar dari Tiongkok Daratan. Sebagai bangsa yang memiliki sejarah lebih dari 5000 tahun, tradisi dan budaya melekat kuat dalam diri mereka. Budaya ini pun turut dibawa saat mereka bermigrasi. Termasuk hari-hari perayaan yang salah satunya adalah Cap Go Meh. Dengan nama asli Yuan Xiao Jie di Tiongkok, masyarakat di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia lebih mengenalnya dengan sebutan Cap Go Meh. 

Tradisi Cang Nyiat Pang Di Singkawang

Perayaan Cang Nyiat Pan di Singkawang mempunyai keunikan tersendiri dan berbeda dengan di Jawa. Biasanya pada hari ke-12, di Kota Singkawang ada hiruk pikuk kelompok Tatung. 




Tatung adalah orang-orang yang kerasukan dan mengenakan baju khas. Tatung-Tatung ini keliling kota dengan diiringi tabuh-tabuhan. Saat berkeliling, Tatung selalu mampir ke klenteng besar untuk sembahyang. Klenteng nomer 2 terbesar di Singkawang ini merupakan klenteng tertua. Ritual sembahyang ini untuk mengusir roh jahat. Mereka tertib masuk satu persatu dan sembahyang bergantian. Tatung ini juga memakai pakaian adat Dayak, untuk menunjukkan akulturasi budaya Tionghoa dan Suku Dayak. 

Pada saat acara berlangsung diadakan pula lelang barang-barang yang beraneka ragam. Awalnya Cang Nyiat Pan dulu yang dilelang adalah makanan dan buah yang ada di meja altar. Bahkan ada pasangan jeruk bali yang biasanya sepasang harganya puluhan ribu bisa menjadi jutaan. Uang ini untuk disumbangkan untuk perayaan upacara Cang Nyiat Pan. 





Untuk hidangannya sendiri, menurut Chef Meliana Christanty yang sudah tinggal di Kalimantan selama 14 tahun di Kalimantan, menuturkan adanya acara makan besar saat perayaan Cang Nyiat Pan. 

Biasanya ada 8 hidangan utama dan hidangan pendamping. Aneka kudapannya seperti kue kering, kue basah, dan kue-kue lainnya.

Jenis Hidangan Yang Tersaji di Acara Cang Nyiat Pan antara lain : 


1. Chiang mie sejenis misua yang dimasak tanpa kecap manis. Penambah warna bisa menggunakan telur, atau dari sayuran yang berwarna orange dan hijau, misalnya wortel dan buncis yg dibentuk korek api. 

2. Masakan Ca, isinya bisa hebiaw, fish maw, bakso ikan atau haisom/teripang. Kemudian ada kiga rebung, haisom dan sam chan. Sam chan ini, terbuat dari daging babi, namun bisa juga diganti ayam kampung. 

3. Hekeng, masakan ini dipadukan dengan saus yang kental dengan rasa asam dan manis. 

4. Hidangan ikan, bisa menggunakan ikan Dorang/Dogang atau bawal jenis putih, ikan jelawat, ikan bodoh (ikan malas/ikan hantu). Nama lainnya banyak, ada bakut, bakutut, balosoh, boso, boboso, gabus bodoh, ketutuk. Biasanya ikan ini diolah dengan digoreng menggunakan bumbu kunyit atau dikukus dengan bumbu jahe. 

5. Tek Sun atau rebung yang ditumis dengan daging. 

6. Udang Galah Asam Garam. 

7. Babi, yang terdiri dari masakan : Phak Lo, yaitu Sam chan dimasak Lo. Bisa diganti ayam atau bebek utuh dimasak Lo. Juga ada tambahan telur rebus dimasak Lo. 
Kemudian ada Te Ka atau kaki babi masak kecap yang kadang dicampur haisom dan ada Cai Kwa yaitu sawi asin kering yang dimasak dengan sam chan serta sate babi. 

8. Sup Bebek Asinan Plum. Untuk Asinan Plum bisa diganti dengan Asinan Jeruk Nipis. 

9. Ayam, yang dimasak ayam arak, ayam serundeng, kari ayam kampung. 

10. Selada atau salad bisa berupa salad buah atau sayuran. 

Dari paparan ketiga narasumber dan foto-foto yang dibagikan rasanya seperti benar-benar sedang berada di Singkawang untuk menonton acara Cang Nyiat Pang. Para peserta juga antusias bertanya, rasanya nggak sabar untuk menunggu sesi seri gastronomi Indonesia yang lainnya bersama Aksara Pangan

Kalau teman-teman berminat ikut, silakan ikuti media sosialnya di @aksarapangan untuk mendapatkan informasi lebih lengkap tentang acara lainnya. 

1 comment:

  1. Dan saya sangat tertarik dengan budaya tionghoa, terutama yang ada di Singkawang,dan Cang Nyiat Pan ini ternyata merupakan salah satu tradisi yang sudah sangat lama berada di nusantara ya

    ReplyDelete

Powered by Blogger.