Seberapa Bangga Kamu Dengan Indonesia?

Seberapa Bangga Kamu Dengan Indonesia?

Seberapa bangga kamu dengan Indonesia? Setelah hampir dua tahun menjalani hari-hari di masa pandemi? Apakah rasa banggamu pada Indonesia meluntur, biasa-biasa saja, atau justru meluntur? Yuk, kita jujur sama diri sendiri yaah. Kalau saya, memilih untuk memperbaiki titik berdiri hingga bisa memaknai banyak hal baik tentang Indonesia di masa pandemi ini. 


Salah satu hal yang bikin saya bangga dengan Indonesia adalah meski secara sekilas kalau kita menyimak ujaran di media sosial, banyak nada miring dan sumbang soal Indonesia, tapi di kehidupan nyata saya menemukan banyak sekali orang yang tetap optimistisoptimistis dengan situasi pandemi. 

Lepas dari kondisi pandemi, kita memang sudah seharusnya bangga pada Indonesia. Lucu aja sih, ada orang yang nenek moyangnya orang Indonesia, lahir dan besar di Indonesia, tapi lebih suka nyinyir tentang bangsanya. Bisa dibilang sama nggak sih, dengan meludahi sumur yang airnya jadi sumber air minumnya. 

Menanamkan rasa cinta dan bangga pada negara sendiri, memang bukan hal mudah, terlebih lagi di era global seperti saat ini. Setiap generasi yang ada di Indonesia mendapatkan tantangannya masing-masing untuk tetap bisa menjaga rasa cintanya kepada Indonesia. 

Bagi generasi baby boomers hingga generasi milenial awal, mungkin masih mudah menghayati empat pilar kebangsaan dalam kehidupan keseharian. 

Generasi tersebut punya latar belakang, dimana pendidikan Pancasila dan Sejarahnya dari masa kuliah dan saat masa orientasi sebagai mahasiswa masih cukup melekat. 

Seperti halnya saya sendiri, yang masuk ke generasi milenial. Dari sejak SD hingga kuliah, secara teori masih paham apa itu empat pilar kebangsaan. Dalam prakteknya pun, 

Tapi bagaimana dengan anak-anak generasi digital native, atau anak-anak generasi Z dan post gen Z, yang pendidikan terkait kewarganegaraan dan sosialisasi empat pilar kebangsaannya tidak se-intens generasi sebelumnya? 

Mereka ini adalah penghuni kampung digital yang tidak lagi membaca koran dan jarang menonton televisi. 

Informasi tentang kewarganegaraan, juga empat pilar kebangsaan lebih banyak mereka dapatkan dari kanal-kanal daring, itu pun kalau mereka memiliki ketertarikan dan mau memberikan atensi pada informasi tersebut. 

Lha, kalau tidak bagaimana? 

Mirisnya, saya masih sering mendapati anak-anak generasi Z yang tidak hapal isi sila-sila dalam Pancasila, apalagi paham dan mengamalkan isinya. 

Mereka lebih menaruh perhatian pada hal-hal yang umumnya diidolakan oleh kebanyakan, seperti artis K-Pop atau hal-hal di luar budaya negeri ini. Gelombang Hallyu, lebih kuat menerpa, sehingga mereka mungkin lebih hapal lirik lagu BTS, ketimbang sejarah negeri ini. 

Meski pengamatan saya itu pun masih belum bisa ditarik kesimpulannya karena baru sebatas pengamatan dari media sosial saja, namun bisa jadi itu merupakan sekeping puzzle dari seluruh gambaran mengenai generasi Z. 

Dominasi Pengguna Internet di Indonesia
Salah satu slide materi yang saya susun dan bawakan dalam acara Indonesia Makin Cakap Digital bersama Siberkreasi


Padahal di masa depan, Indonesia akan menyongsong masa bonus demografi, dimana anak-anak generasi Z saat inilah yang akan menjadi salah satu bagian dari generasi produktif penerus bangsa. 

Lalu apa jadinya jika wawasan kebangsaan mereka tidak kuat mengakar, dan rasa cinta tanah airnya tipis? 

Kondisi itulah yang kemudian menggerakkan berbagai pihak untuk bekerjasama membenahi keadaan dan mempersiapkan generasi Z agar siap memegang tongkat estafet untuk melanjutkan kedaulatan dan kesejahteraan NKRI. 

Salah satu lembaga negara yang tergerak untuk melakukan sosialisasi empat pilar kebangsaan adalah MPR RI. Dengan strateginya, yaitu mengandeng para penggiat sosial media, baik itu blogger, content creators, dan mahasiswa untuk bersama-sama menciptakan iklim bermedia sosial yang bijak dan tetap menjaga marwah NKRI. 

Salah satu agenda yang dilakukan adalah dengan melakukan netizens gathering. Dengan turun langsung, Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi Sekretariat Jenderal MPR Siti Fauziah bisa melakukan himbauan kepada masyarakat di berbagai daerah untuk bermedia sosial secara bijak. Caranya adalah dengan menggunakan medsos untuk memperkuat kerukunan, persatuan, dan kesatuan.

Salah satu netizens gathering bersama MPR RI juga digelar di Semarang, Jawa Tengah, melibatkan penggiat media sosial, blogger, content creators dan juga mahasiswa. 

Diadakan di Hotel Ibis Simpang Lima, (9/10/2021) acara ini diadakan agar Biro Humas Setjen MPR RI bisa melakukan diskusi dengan para penggiat sosial media sehingga bisa membuat rumusan yang tepat bagi konten media sosial mereka. 




Selain Ibu Siti Fauziah, hadir pula Bapak Budi Muliawan, Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga,Setjen MPR RI, beliau membuka acara dengan sebuah paparan yang mengingatkan kepada para peserta tentang karakter bangsa Indonesia, yaitu sebagai bangsa pejuang. 

Mengangkat tema 'Proud To Be Indonesian' para peserta kompak mengenakan kain batik sebagai kostum bawahan masing-masing. Para peserta juga diminta memberikan masukan terkait konten Instagram milik MPR RI, yaitu @mprgoid 

Kebetulan, saya hari itu diminta menjadi moderatornya hingga bisa merangkumkan beberapa hal terkait masukan yang diberikan, yaitu sebagai berikut : 

Hampir sebagian besar netizen baik dari generasi boomers sampai ke generasi z, melakukan filter ketika akan memberikan atensinya kepada sebuah akun media sosial. 

Filter itu berupa rasa ketertarikan, perasaan relate atau terhubung dengan akun tersebut. Selain keinginan untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat, netizen menginginkan agar ada keterlibatan dengan akun terkait, misalnya dengan bisa menyalurkan opini di kolom komentar hingga bisa mengikuti kuis, giveaway atau mendapatkan sesuatu yang dapat menjadi bagian mereka, misalnya merchandise

Tidak memandang perbedaan generasi, hampir semuanya tertarik dengan akun sosial media yang dapat memanfaatkan fitur teknologi dari sosial media yang memberikan mereka kemudahan untuk mengakses informasi, mulai dari fitur story, swipe up link, highlight, reels, dan video. 

‌Pengikut akun media sosial MPR bukan tidak tertarik kepada 4 pilar kebangsaan, namun mereka menginginkan sebuah informasi yang dapat mengugah ghiroh mereka untuk mengingatkan kembali kepada diri mereka sendiri, tentang Indonesia sebagai bangsa pejuang, dengan melihat bagaimana sisi kekeluargaan, gotong royong dapat menyentuh hati mereka, juga ketika sebuah informasi dikemas dalam cerita-cerita sejarah tentang bangsa sehingga mampu membangkitkan rasa bangga menjadi Indonesia yang tangguh, bahwa perjuangan belum berakhir dan mereka menjadi bagian darinya dan harus terus melanjutkan perjuangan dengan turut membagikan hal positif tentang bangsanya, keanekaragamannya, serta kekayaan Indonesia yang menjadikan mereka Proud to be Indonesian. 

Jadi mungkin, rumusan terbaik untuk sebuah konten tentang negeri ini, bagaimana pun harus berhasil memetik dawai hati para audiens. Mungkin, peer kita sebagai generasi yang memberikan kontribusi bagi isi media sosial, mulailah bijak menciptakan konten di media sosial, mari kita buat konten media sosial yang juga akan mendapatkan atensi dari generasi Z. 

Semarang, 9-10-2021

No comments

Powered by Blogger.