Mencicipi Gudeg Lumintu Kuliner Khas Jember Dan Beberapa Destinasi Wisata Pilihan Di Jember

Perpisahan Bani Lumintu Sambil Mencicipi Gudeg Khas Jember Dan Destinasi Wisata Pilihan Saat Ke Jember

Melewatkan beberapa destinasi wisata yang seharusnya dikunjungi dalam Famtrip
Blogger Jember Sueger dan Dinas Pariwisata Kabupaten Jember karena datang paling akhir, rasanya bikin nggak puas karena belum menjelajahi destinasi wisata pilihan di Jember. Kalau bisa, ingin sekali selesai mencicipi Gudeg Lumintu, waktu berputar kembali ke hari saat kunjungan pertama Famtrip, yaitu ke Puslit Koka Indonesia. Sayangnya saat kulineran itu justru jadi momen perpisahan 'Bani Lumintu'

Biar lebih gampang move on, berikut rangkuman destinasi wisata di Kabupaten Jember yang didatangi selama acara Famtrip Blogger 2019 : 

1. Puslit Koka 

Oleh-Oleh Khas Jember
Meski ngga ikut ke Puslit Koka, masih bisa ikut nyicipin coklatnya juga. (Pic credit of : Fevtri)

Puslit Koka atau Pusat Penelitian Kopi dan Kakao yang berada di Kecamatan Rambipuji, tepatnya
di Desa Nogosari, sekitar 20 kilometer ke arah barat daya dari pusat Kota Jember adalah destinasi pertama yang dituju dalam acara Famtrip.

Puslit Koka ini dalah salah satu destinasi yang tidak sempat saya kunjungi. Jadi, cuma mupeng lihat foto-foto dan cerita teman-teman lain tentang destinasi ini. Apalagi sebagai pengemar coklat panas, kok rasanya ada yang kurang karena tidak bisa ikut mendengarkan bagaimana kisah biji kakao kemudian bisa diolah menjadi secangkir cokelat panas atau sebatang coklat.

Jadi, kalau kalian main ke Jember jangan lewatkan berkunjung ke Puslit Koka ini. Rutenya sama seperti kalau mau berkunjung ke kawasan Pantai Payangan, Watu Ulo, dan Tanjung Papuma, tapi kemudian belok ke arah barat di Kecamatan Jenggawah. Tenang, ada petunjuknya kok.

2. Wisata Agro Kebun Kopi dan Villa Koffie Rayap


Total waktu Famtrip ini adalah tiga hari dua malam, dan perjalanan ngetrip yang sesungguhnya di Jember baru dimulai saat saya sampai di Stasiun Rambipuji kemudian meneruskan perjalanan ke Tanjung Papuma. Untungnya, ketidak ikusertaan saya dan beberapa teman blogger dari Semarang ke Puslit Koka sedikit terbayar dengan kunjungan ke Wisata Agro Kebun Kopi Rayap.

Ini merupakan destinasi lain yang nggak boleh dilewatkan jika berkunjung ke Jember. Lokasi wisata agro ini berada di Dusun Darungan, Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa. Sesampainya di lokasi
Wisata Agro Rayap Kebun Renteng di Jember,yang dikelola PTPN XII tersebut, suasananya langsung terasa berbeda. Hawa dingin menyergap tubuh yang siang itu sedikit kelelahan sepulang menyaksikan Waton Parade 2019.

Perubahan dari hawa pantai yang hangat menuju ke hawa perbukitan yang dingin, juga pemandangan hijau yang asri, membuat syaraf-syaraf langsung terasa mengendur. Tidak salah jika orang-orang Belanda menjadikan kawasan ini sebagai tempat untuk berlibur.

Jejak kolonial di kawasan ini juga masih lekat terasa, terutama dengan kehadiran bangunan-bangunan villa bergaya kolonial. Daerahnya memag sejuk dan tenang. Di sepanjang perjalanan menuju kawasan wisata agro, saya melihat cukup banyak tanaman buah naga yang ditanam di perkebunan atau di halaman rumah warga. Ada juga lokasi peternakan sapi, yang hasil perahan susunya banyak disajikan sebagai minuman di kafe-kafe atau warung makan daerah setempat.

Di Agro Wisata Rayap ini juga ada Villa Koffie Rayap peninggalan Belanda. Villanya cukup besar, dan memiliki banyak kamar yang bisa disewakan. Total ada 30 kamar, dan bisa disewa untuk tipe acara dengan peserta yang banyak. Harganya juga sangat terjangkau, hanya sekitar 1.500.000,- rupiah untuk 30 kamar.
Singkong goreng dan pisang rebus di Villa Koffie Rayap
Singkong goreng dan pisang rebus di Villa Koffie Rayap yang bikin galfok (Pic by : Masdito)

Sesampainya di Villa Koffie Rayap, saya langsung gagal fokus dengan pemandangan sekitar. Cantik dan asri sih; ada aliran air di sungai yang membelah bebatuan kali yang besar, pohon-pohon tropis yang lebat; tapi sajian berupa pisang rebus dan singkong goreng terlihat lebih menarik perhatian lantaran perut kami sudah keroncongan sejak di perjalanan. Nggak pakai lama, hidangan tersebut langsung tandas. Apalagi singkong gorengnya ; dibumbu kuning; digoreng garing di luar, tapi lembut di dalam.

Menurut pengelola Villa Koffie Rayap, singkong goreng itu jadi salah satu signature dish. Jadi, nanti kalau pesan paket menginap, juga akan disiapkan paket makanan plus camilan singkong goreng tadi.

3. Menginap di Hotel Puncak Rembangan 


Dari Villa Koffie Rayap kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke Hotel Rembangan. Di sanalah kami akan menghabiskan malam terakhir sekaligus menikmati kesejukan daerah Rembangan. Begitu sampai, kami langsung memilih kamar untuk tempat beristirahat. Kamarnya ada di bagian belakang, menghadap langsung ke pemandangan yang super cantik dan menyegarkan mata.

Hotel Di Puncak Rembangan

Area hotel ini cukup luas, sekitar 13-an hektar dan banyak sekali fasilitas yang pasti bikin senang kalau mengajak anak-anak serta keluarga ke sini. Ada kolam renang, playground, taman, dan area terbuka yang hijau dan asri.

Menjelang malam, selepas mengisi perut yang lapar, kami tidak lanjut tidur melainkan berkumpul di halaman dekat resto sambil berbincang-bincang. Dari kejauhan kerlip lampu-lampu kota terlihat, memberikan percikan kehangatan lantaran hawa malam itu lumayan dingin.

Makan malam serta sarapan pagi di Hotel Rembangan ini juga terhitung lezat. Apa sih, yang nggak enak di hawa dingin? Eh, tapi ini beneran enak kok. Pisang goreng tabur keju dan wedang jahe yang kami konsumsi sambil ngobrol-ngobrol di malam hari saja bikin susah move on. Begitu pun dengan hidangan makan malam dan sarapan paginya.

4. Museum Tembakau & Perpustakaanya Yang Instagramable


Keesokan paginya, kami tak bisa terlalu lama bercengkrama dengan sejuknya Puncak Rembangan karena perjalanan akan dilanjutkan ke Museum Tembakau dan perpustakaannya yang Instagramable, kemudian dilanjutkan ke Bin Cigar Factory. 

Dari depan, tampilan museumnya terlihat kecil dan sederhana, namun begitu masuk kita langsung bisa mengorek banyak sekali informasi perihal industri tembakau. Suasana museumnya adem, plus kalau berkunjung ke sini harus dipandu seseorang yang memang pandai bertutur soal sejarah tembakau dan hal-hal menarik lainnya. Salah satu kunci keberhasilan destinasi wisata edukasi seperti museum adalah pemandunya. Pemandu jadi ruh sebuah museum. Jika pemandunya asyik, bisa bertutur dengan menarik, maka benda-benda pajangan di museum akan terasa hidup.

Museum Tembakau Jember

Minyak Atsiri Tembakau digunakan sebagai bahan untuk parfum dan sabun

Suasana museum menjadi lebih hidup dengan penjelasan dan tutur cerita yang menarik




Selain berisi berbagai benda yang terkait dengan tanaman tembakau serta proses pengolahannya, museum ini juga dilengkapi dengan perpustakaan yang instagramable. Koleksi bukunya bukan cuma tentang tembakau, ada juga tentang berbagai hasil bumi Indonesia, seperti kopi dan teh.



Dari museum tembakau, kami langsung menuju ke Bin Cigar Factory untuk melihat bagaimana proses pembuatan cerutu. Begitu masuk, kami langsung disambut dengan pemandangan para pekerja perempuan dengan kemeja bunga-bunga yang tekun menggarap daun-daun tembakau yang sudah kering.

Bin Cigar Factory Jember

Ada yang membuat gulungan cerutu, memasukkan isinya, membuat lapisan, sampai mengemas. Suasananya cukup rapi. Bagi yang tertarik dengan bagaimana cerutu dibuat, Bin Cigar Factory bisa menjadi pilihan destinasi saat main ke Jember. 

5. Perpisahan 'Bani Lumintu' di Gudeg Lumintu Khas Jember.




Destinasi terakhir: ditunggu-tunggu karena ingin segera mencicipi kuliner khas Jembar, tetapi juga rasanya nggak mau cepat-cepat mengakhiri kebersamaan kami di tempat tersebut.

Begitu datang, rupanya pemilik warung sudah menyiapkan tempat khusus untuk kami. Di meja panjang sudah tersaji aneka masakan yang termasuk ke dalam racikan Gudeg Lumintu tersebut. Kalau yang belum familiar, Gudeg Lumintu ini termasuk kuliner yang perpaduannya sangat unik. Di dalam sepiring gudeg, kita bakal menemukan dua makanan khas: satu gudeg, yang satunya lagi pecel sayuran.

Gudegnya, jangan dibayangkan memiliki cita rasa yang manis seperti halnya Gudeg Jogja, ya. Rasanya cenderung gurih dan pedas. Lalu dipadukan dengan ayam, telur, dan sayuran yang kemudian disiram saus kacang. Terus gimana jadinya? Ngga tubrukan rasanya?

Gudeg Lumintu Khas Jember

Suprisingly, rasanya enak saudara-saudara. Perpaduan dua makanan khas ini lagi-lagi menggambarkan keragaman budaya masyarakat Jember. Dua hal yang berbeda digabungkan tanpa terjadi tabrakan yang tidak menyenangkan. Pokoknya si gudeg sama pecel ini nggak mau pisah, kayak kami, yang siang itu mendapat julukan baru : Bani Lumintu, lantaran berfoto dengan pemilik warung beserta keluarganya.

Begitu satu piring Gudeg Lumintu tandas dan sesi-sesi foto Bani Lumintu berakhir, masing-masing langsung melangkahkan kaki ke tujuannya masing-masing. Dua orang langsung menuju ke Stasiun KA karena harus bertolak ke Jakarta, sisanya masih ada yang akan melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi, Kalisat, dll.

Sebagian yang memiliki arah tujuan yang sama akhirnya memutuskan untuk berkumpul di titik yang sama, dan akhirnya juga menginap bersama lagi untuk menunggu kereta keesokan harinya. Rombongan Bang Eka, Dini, Mba Donna dkk menginap di salah satu hotel capsule di Jember karena mereka akan melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi. Sementara rombongan kami, menuju arah Stasiun Jember dan menunggu waktu di Hararu Kafe.

Perjalanan saya, Mba Uniek, Noorma berlanjut ke Kalisat. Masdito, Vivi, Hanum, dan Melly juga akhirnya ikut bergabung hingga keesokan harinya kami berpisah di Warung Pojok Stasiun Gubeng.
So, see you when I see you, friends. Semoga berjodoh ngetrip bareng lagi, ya.

4 comments:

  1. Gudeg dan pecel Lumintu uenak banget, bumbunya seger dan pedasnya pas. Bisa jadi rujukan kuliner kalau ke Jember nih. Belum lagi oleh-oleh cokelat dan kopi, wah wajib tuh kalau ke Puslit Koka. Tempatnya bagus sih dan cocok dikunjungi coz ada restonya juga. Jember sueger, pengin jalan-jalan ke sana lagi.

    ReplyDelete
  2. Coklat puslit koka dan pecel gudeg lumintu nagih bgt..rasanya makin penasaran bakal ada kuliner jember apalagi yg bisa dicoba kalau berkesempatan ke jember lagi

    ReplyDelete
  3. Baru pertama makan gudeg campur pecel, ternyata enak ya..

    Gudegnya khas lidah jawa timur : gurih, tdk semanis di yogya

    ReplyDelete
  4. kalau saya tetep pilih gudeg sama pecelnya kak :)
    apalagi makannya dilengkapi sama krupuk..
    ke Jember belum pernah sayangnya

    ReplyDelete

Powered by Blogger.