31 Mei 2020 : Hari Tanpa Tembakau Sedunia Di Tengah Pandemi Covid-19

31 Mei 2020 : Hari Anti Tembakau Sedunia Di Tengah Pandemi Covid-19

Kalau ngobrolin soal Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang akan jatuh pada tanggal 31 Mei 2020 nanti, saya jadi ingat pernah mengalami sakit kronis yang berhubungan dengan paru-paru, yaitu bronkitis. Saat itu, saya masih duduk di bangku SMP, dan nyaris dua bulan tidak masuk sekolah karena harus perawatan di RS sekaligus lanjut untuk pemulihan di rumah. Sejak itu, saya benci sekali asap rokok karena dengan memiliki bronkitis, asap rokok jadi mudah banget masuk ke paru-paru dan sering sekali membuat saya sesak, pusing, dan batuk-batuk.


Untungnya sampai hari ini penyakit itu tidak kambuh lagi karena saya berusaha  menerapkan pola hidup sehat dan berusaha untuk menghindari asap rokok.

Meski sesekali ada lah bersinggungan dengan teman atau orang yang merokok, tapi tidak sampai membuat saya sesak. Biasanya saya yang menghindar kalau bertemu perokok. Untungnya suami bukan seorang perokok, jadi sehari-hari bisa bernapas lega.

Sering nggak habis pikir, kenapa sih, orang merokok? Meski bagi mereka itu untuk tujuan pleasure, tapi kan sebenarnya nggak sepenuhnya begitu. Merokok juga merugikan para perokok pasif yang kebagian asapnya.

Hingga saat SMA pernah iseng-iseng mencoba ternyata sama sekali nggak ada enak-enaknya buat saya. Hisapan pertama langsung membuat paru-paru terasa sesak dan tenggorokan panas. Lalu kenapa orang merokok?

World No Tobacco Day 2020

Saya kemudian berpikir kalau itu mungkin bagian dari pembentukan kebiasaan yang mengaitkan rokok dengan perasaan relaks. Kebiasaan yang tanpa sadar merusak diri sendiri dan orang lain sebagai perokok pasif.

Kalau tembakau terus dikonsumsi, diperkirakan pada tahun 2030 nanti, tembakau akan membunuh lebih dari delapan juta orang per tahunnya. Serem ya, tapi kok masih banyak yang bandel tetap mempertahankan kebiasaan tersebut.

Padahal ada banyak dampak negatif rokok terhadap kesehatan paru-paru, antara lain :


1. Kanker paru,
2. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), 3. Asma,
4.Penyakit infeksi paru, seperti tuberkulosis, pneumonia dan penyakit paru lainnya.

Kebiasaan merokok juga bisa  meningkatkan risiko terinfeksi penyakit tuberkulosis dan kematian akibat kegagalan di sistem pernapasan.

Di masa pandemi seperti sekarang, seharusnya makin banyak dong, yang sadar untuk berhenti merokok.

Masih ingat kan, saat dr. Tirta, seorang influencer, pebisnis, juga dokter yang aktif mengkampanyekan stop merokok lantaran dia sendiri sudah merasakan sendiri bagaimana akibat kebodohannya paru-parunya jadi rusak.

Ia sempat mengunggah foto hasil rontgen paru-parunya pada Senin, 30 Maret 2020 lalu.

dr. Tirta dan kampanye anti rokok


“Ini gambaran x ray paru saya, 28 tahun, ditemukan gambaran emfisematous, udara menumpuk diparu, dan menggeser diafragma saya sampe ke bawah ke SIC 6.” (Dikutip dari Tempo)

Di masa pandemi ini, dr. Tirta menyarankan orang-orang untuk berhenti merokok dan menggunakan vape. Selain itu, pola hidup sehat seperti berolahraga dan makan sehat juga harus dilakukan untuk menjaga imunitas tubuh.

Bersama Sembutopia, mari mengingatkan diri sendiri dan orang lain akan dampak merokok serta asapnya. 


Bergerak sendiri mengingatkan orang lain atas bahaya asap rokok pasti tidak mudah. Wong, kalau kita berada di satu ruangan dengan orang yang merokok lalu kita tegur orang yang merokok saja belum tentu dia bakal ngeh sudah membuat kita nggak nyaman, kok.

Oleh karena itu, selain bergerak sendiri kita juga perlu mengedukasi masyarakat melalui media sosial dan blog. Sepertinya halnya Sembutopia, platform yang peduli akan kesehatan masyarakat Indonesia yang diprakarsai oleh pakar marketing, Kafi Kurnia, selalu aktif mengkampanyekan isu-isu kesehatan.

Kalau hanya satu suara, biasanya orang yang nekat merokok di area bebas rokok mungkin bergeming, tapi kalau kita berkumpul dan menentang secara bersama-sama, pasti perokok akan merasa nggak enak.

Untuk itu memang perlu ada gerakan massa yang bersifat global agar perokok maupun yang masih awam sadar akan bahaya asap rokok.

31 Mei tentang HTTS


Untuk itu perlu kegiatan berskala besar dan global agar perokok sadar bahwa ia telah merugikan orang lain.

Rokok menjadi penyumbang terbesar penyebab meningkatnya angka kematian dan kesakitan akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) di seluruh dunia.



Tren di dunia memperlihatkan rokok akan menyebabkan kematian 8,4 juta penduduk akibat PTM di tahun 2020. Angka ini meningkat 180% di banding tahun 1999. Tentunya dengan adanya pandemi Covid-19 ini angka kematian penduduk dunia menjadi semakin tinggi.

Sudah semestinya kita semakin menyadari betapa berharganya nikmat hidup,  juga nikmat kesehatan paru-paru yang kita miliki hingga sampai saat ini masih bisa menghirup udara segar tanpa gangguan.

Pandemi ini mengingatkan kita bahwa meski diberikan secara gratis, namun kita memiliki kewajiban untuk menjaga organ tubuh yang sudah dipinjami oleh Sang Pencipta. Tidak merokok juga menjadi bukti kita peduli pada teman, rekan, keluarga, juga bumi ini.

Jika pada diri sendiri saja sudah sebegitu acuhnya, bagaimana hendak peduli manusia lain dan lingkungan sekitar?

Tanggal 31 Mei nanti, mari kita ingatkan orang-orang yang masih mengisap rokok untuk berhenti, untuk sehari berintrospeksi tentang perilakunya, dan menghargai orang lain yang tidak merokok, juga untuk menghargai bumi.





8 comments:

  1. Padahal banyak banget ketidak manfaatanya yaah teh dari rokok itu, dan semakin tahun tinggak perokok semakin naik termasuk Indonesia yang akhir-akhir ini didominasi oleh anak usia muda. Semoga semakin banyak orang yang aware dan mengurangi merokok. aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Pul, semoga makin banyak yg aware yaa untuk berenti merokok di era pandemi kayak gini

      Delete
  2. Dulu, aku juga pernah kena flek paru-paru semasa kuliah. Badan sering demam, naik tangga di kampus pun lelahnya setengah mati. Makanya sejak saat itu rasanya kesaaal banget sama para perokok. Sebenarnya terserah mereka sih mau merokok atau nggak, tapi jangan di fasilitas publik. Mengganggu sekali, huhuhu ...

    ReplyDelete
  3. Aku paling sebel sama perokok yang semau gue.. haha udah jelas2 dilarang merokok eh santai aja ngerokok. Tapi. perokok umumnya begitu sih ya.. haha semoga kita dilindungi dan dijauhkan dari perokok

    ReplyDelete
  4. Keren tulisannya, Mbak.

    Urusan rokok ini juga saya gak abis pikir. Alhamdulillah suami, bapak, adik laki dan suami adik bukan perokok tapi ipar dan suaminya ipar yg perokok dan kalo ke rumah mesti ngerokok di teras. Berasa gak nyaman tapi gak enak negurnya. Semoga saja pada panjang umur sementara paru2 sudah pada bermasalah. Sebenarnya sudah pernah disinggung-singgung tapi gak ngaruh, mungin belum merasa parah kali.

    ReplyDelete
  5. Beneran, efek rokok cukup ngeri bagi kesehatan. Sekarang aja katanya banyak pasien Korona meninggal karena efek rokok ini mbak. Aku jadi ngeri mbayangin jadi perokok pasif.

    ReplyDelete
  6. IMO, merokok dan vape sama aja mbak. Sama² merusak tubuh, dan sama² sebuah kebiasaan untuk pleasure.

    Apalagi buat saya yang asthma, asap rokok itu musuh besar. Bisa loh batuk sk brenti² selama 1 jam pas nyium asap rokok dalam ruangan....

    ReplyDelete
  7. Sedihnya, mereka bilang berhenti merokok tapi beralih ke vape.
    Dan di daerah Bandung, banyak sekali cafe-cafe anak muda yang melayani persewaan vape sekaligus.

    ReplyDelete

Powered by Blogger.