Perjalanan MengASIhi 3 Anak Di 3 Masa Yang Berbeda

Perjalanan MengASIhi 3 Anak Di  3 Masa Yang Berbeda

Setelah meng-ASI-hi tiga anak di tiga masa yang berbeda, saya bisa menyimpulkan bahwa perjalanan menyusui anak-anak bukanlah perjalanan yang mudah, namun sangat layak untuk diperjuangkan. Memberikan ASI merupakan tantangan yang tak mudah, tetapi ganjarannya setimpal : anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang istimewa, ikatan ibu dan anak begitu kuat, serta tentunya mendapat ganjaran dari langit yang spesial. Penasaran dengan perjalanan saya, yuk ikuti kisahnya.


Perjalanan Meng-ASI-hi Ketiga anak ini membuat saya belajar banyak tentang bagaimana menjadi seorang ibu yang kuat dan harus memberdayakan diri. 

Perjalanan Memberikan ASI Untuk Anak Pertama, 


Bisa diumpamakan seperti mendaki bukit terjal yang berbatu, saya beberapa kali jatuh dan terluka karenanya. Memang benar, selalu ada yang pertama di dalam hidup, tetapi saya tidak mengira bahwa pengalaman menyusui anak pertama akan diwarnai derai air mata.

Dua puluh enam Desember 2007. Bayi mungil berkulit merah muda, garis matanya panjang menyipit, rambut hitam lebat menutupi kepalanya yang membulat sempurna. Segurat senyum tipis di bibir merah mudanya, terlihat seperti berucap: terima kasih Ibu, telah berjuang melahirkanku ke dunia.

Perjuangan melahirkannya, bukan yang mudah pula. Dua hari saya terbaring dengan selang infus yang dialiri obat untuk menginduksi kelahiran, namun pembukaan tidak kunjung naik. Ditambah lagi kondisi ketuban pecah dini, akhirnya membuat saya harus terbaring di meja operasi untuk melahirkan Si Sulung.

Selepas operasi, sembari proses pemulihan, saya kembali harus berjuang untuk belajar menyusui. Sangat tidak mudah melakukan pelekatan (latch-on) di kala kondisi jahitan masih perih dan berdiri pun masih susah. Kondisi diperberat dengan tantangan harus pisah kamar dengan si bayi karena ia harus diterapi sinar karena kadar bilirubinnya.

Kala itu, sehabis operasi, IMD (Inisiasi Menyusui Dini) yang dilakukan sekenanya saja karena saya belum tahu ilmu IMD yang benar seperti apa. Saya juga tidak bisa menyusui langsung karena pisah kamar dengan si bayi, dan meski payudara mulai membengkak serta ASI sudah menetes-netes, beberapa orang justru merasa aneh ketika saya kekeuh ingin memompa ASI dan memberikan kolostrumnya untuk si bayi.

"Udah, Ibu istirahat saja biar cepet pulih, kalau bayinya haus dan belum bisa menyusui bisa dipilihkan mau diberi susu formula juga, kok," kalimat itu terlontar dari nakes, lho.

Di tahun-tahun itu, susu formula tampaknya memang lebih tren ketimbang menyusui bayi dengan ASI. Edukasi tentang ASI bernutrisi untuk ibu dan bayi yang istimewa masih minim.

Tapi untungnya ada ibu saya, yang sama-sama kekeuh kolostrum atau ASI pertama harus diberikan pada si bayi karena manfaatnya sangat banyak.

Saya pun keras kepala, meski awalnya rasanya nggak mungkin terus-terusan memaksa agar ASI perah saya diberikan untuk si bayi. Bermodalkan pompa elektrik milik rumah sakit yang ukurannya besar dan berisik, saya rela mengurangi waktu tidur untuk terus memompa ASI. Pagi-paginya, saya bangun dan belajar berjalan, sambil menahan nyeri jaitan, menuju lift kemudian ke lantai dua untuk mengantarkan ASI perah untuk bayi mungil saya.

Drama tersebut masih berlanjut ketika saya dan bayi akhirnya pulang ke rumah. Di sisi lain, saya bersyukur karena payudara penuh terus terisi ASI. Namun, masalah selanjutnya adalah frekuensi menyusu Si Bayi yang masih minim karena ia lebih sering tidur dan sulit untuk dibangunkan. Dampaknya, di minggu-minggu pertama saya mengalami masitis, payudara bengkak, dan mengalami demam serta menggigil setiap pagi hari.

Perasaan saya campur aduk waktu itu; cemas karena bayi belum pintar menyusu dan beratnya susut; saya jadi tiba-tiba sering menangis tanpa sebab lantaran mengalami baby blues; merasa tertekan dan tidak ada dukungan karena kerabat dekat justru menyuruh untuk berganti dari ASI ke susu formula. Waktu itu, benar-benar rasanya ingin menyerah saja.

Di saat mau menyerah, saya mencoba mengingat-ingat cerita dan pengalaman ibu saya, rasanya beliau kok, mudah-mudah saja ya, proses menyusui ketiga anaknya.

Di masa memiliki anak pertama itu, ilmu saya masih sangat minim sehingga sulit untuk memberdayakan diri sendiri. Sementara itu, dukungan dari luar (karena ibu saya hanya menemani di awal-awal saya melahirkan) hanya Pak Suami saja, yang juga masih sama-sama minim ilmunya.

Di masa itu, juga belum ada AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia), konselor laktasi, atau komunitas Ayah-ASI.

Modal kekuatan saya untuk terus memberikan ASI hanya keras kepala. Ibu saya saja bisa kok, full ASI untuk anak-anaknya, kenapa saya tidak?

Meski kemudian keras kepala harus kalah dengan masalah anak bayi yang mengalami bingung puting sehingga akhirnya masa menyusui harus selesai di usianya yang 11 bulan.

Kecewa? Sedikit. Setelah itu saya sadar kalau saya jadi termotivasi untuk belajar banyak dari pengalaman meng-ASI-hi anak pertama. Bahwa ternyata keras kepala saja tidak cukup.

Terima kasih Kak, kamulah yang mengajariku jadi seorang ibu. 


Untuk semua pengalaman membersamai Si Sulung, saya ingin memeluknya dengan banyak doa sebagai ucapan terima kasih karena darinya saya belajar banyak, sehingga berhasil menaiki satu pijakan tangga yang lebih tinggi.

Saya lupa kapan tepatnya, saya mulai mengambil kursus ini dan itu, terkait perawatan bayi. Saya belajar pijat bayi ke ahli fisioterapis anak. Saya membaca begitu banyak buku dan berkonsultasi dengan dokter anak. Hingga semua hasil belajar itu saya tuangkan dalam sebuah buku dengan tujuan berbagi dengan ibu baru lainnya.



Saya ingin berbagi, bahwa keras kepala saja tidak cukup, dan kita perlu kekuatan lain.


Perjalanan Menyusui Anak Kedua : Keras Kepala Saja Nggak Cukup, Saya Upgrade Diri Dengan Ilmu Dan Mulai Memberdayakan Diri Sendiri. 


Masuklah di masa kehamilan kedua. Sebelum melahirkan, saya banyak mengikuti kelas-kelas. Dari mulai kelas yoga prenatal, persiapan persalinan gentle birth, hypnobirthing, hingga kelas persiapan menyusui.

Kelas-kelas yang saya ikuti itu berbuah hasil yang cukup memuaskan karena saya berhasil memberdayakan diri sehingga bisa melahirkan secara normal, minim trauma dan rasa sakit.

Perjalanan menyusui anak kedua juga berjalan mulus. Dimulai dengan awal yang baik, lahir secara gentle, melakukan IMD, penundaan pemotongan tali pusat, dan tidur bersama bayi.

Masalah terjadi ketika memasuki bulan kedua. Saat itu bidan dan dokter anak berpikir ada sesuatu yang kurang pas karena grafik kenaikan BB bayi tidak terlalu baik.

Saya pun mulai cemas dan kembali berkonsultasi untuk mencari sumber masalahnya. Rupanya, anak kedua mengalami tongue tie dan lip tie, hingga proses menyusui kurang optimal. Bayi jarang mendapatkan hind milk, atau susu kedua yang kental dan lebih banyak mengandung lemak serta protein.

Dengan berat hati, kami pun melakukan penanganan, yaitu insisi tali lidah dan mulut Si Bayi. Meski dianggap sudah agak terlambat, tapi hanya itu solusinya agar ia bisa menyusu lebih baik, berat badannya bisa terkejar, dan ia bisa tumbuh-kembang optimal.

Setelah insisi atau pemotongan tali lidah dan tali bibir bagian atas, Tazka, anak kedua saya bisa menyusu dengan lebih baik. Kurva berat badannya kembali ke garis hijau tua.

Perjuangan tidak berhenti sampai di situ saja. Saya tetap harus terus belajar menata hati agar proses menyusui berjalan lancar.

Jika ada pepatah yang bilang, need a village to raise a kid, saya bisa mengamininya.

Selain pasangan kita yang juga harus membekali diri dengan ilmu sebagai ayah yang mendukung ibu menyusui, kita juga perlu berada di lingkungan yang suportif.

Selain karena dukungan suami, saya berterima kasih kepada bidan yang membantu saya melahirkan, Bu Naning, yang juga selalu keep-up dengan pertumbuhan dan perkembangan anak kedua saya, hingga beliau juga bisa mendeteksi adanya kelainan tali lidah di anak kedua.

Selain itu, saya juga berterima kasih kepada teman-teman komunitas ibu-ibu menyusui yang banyak membantu; dari mulai mencarikan baju menyusui yang nyaman dikenakan sehari-hari, mengajari bagaimana menyimpan ASI perah, dan juga cerita serta canda-tawanya, termasuk berbagi informasi drama Korea, yang membuat Busui selalu happy.

Masalah-masalah menyusui yang saya alami di anak kedua bisa dibilang termasuk ringan, misalnya puting lecet dan berdarah karena digigit Si Bayi yang gusinya gatal.

Menyusui sambil meringis, menangis menahan perih karena luka yang belum sembuh pernah saya alami. Semua itu tidak menghentikan saya untuk terus mengASIhi.

Tanpa terasa, Tazka pun lulus S3 ASI, dan saya menyapihnya dengan lancar di usia dua tahun lebih sekian bulan.

Apa yang saya dapat dari keberhasilan menyusuinya hingga dua tahun?

Kebahagiaan yang mungkin tidak bisa saya lukiskan dengan kata-kata. Namun, jika ada orang yang bertanya apakah bayi yang disusui ASI itu istimewa? Saya akan menjawab iya dengan mantap.

Tazka, dengan riwayat tongue dan lip tie, sempat didiagnosa akan mengalami kesulitan makan di masa MPASI oleh DSA, dan itu memang benar sempat terjadi selama kurang lebih empat bulanan.

Bayangkan saja, bayi makan sejak usia enam bulan, tapi selama empat bulan Tazka kesulitan beradaptasi dengan tekstur makanan, kemudian mengalami GTM (Gerakan Tutup Mulut). Kemudian di usia hampir dua tahun, ia juga didiagnosa mengalami speech delay karena belum bisa mengeluarkan kata-kata sepatah pun.

Terima kasih, karenamu Ibu berusaha upgrade diri dan ilmu. (Anak kedua yang lulus S3 ASI) 


Dengan semua kejadian itu, saya tetap keras kepala berusaha memenuhi nutrisinya dengan ASI. Karena saya yakin, ASI yang terbaik, dan bahwa anak saya pun istimewa.

Benar saja, hal-hal yang awalnya saya khawatirkan saat itu perlahan memudar. Pada akhirnya Tazka mengalami ledakan bahasa di usia dua tahun lebih beberapa bulan. Ia bicara banyak sekali kosa kata baru.

Pola dan nafsu makannya juga semakin baik dari hari ke hari. Berkat ASI yang kaya rasa, ia terbiasa mengonsumsi aneka makanan sehat tanpa pilih-pilih.

Berkat nutrisi di dalam ASI, Tazka saat ini justru memiliki kecerdasan verbal, terbukti, ia bisa menangkap pembicaraan orang dewasa meski bicara dengan bahasa yang rumit secara emosional.

Saya sering ingin mengabadikan celotehan-celotehan Tazka yang cukup istimewa, padahal sebelumnya ia sempat didiagnosa akan mengalami speech delay.

Kini, jika saya memandangnya ketika sedang lelap tertidur sehabis mengerjakan peer-peer berhitungnya, saya merasa bersyukur karena tetap keras kepala mengASIhinya.

Keras kepala dan bertekad kuat, tapi dengan kekuatan ilmu pengetahuan dan dukungan orang-orang baik di luar sana, saya berhasil melewati masa-masa yang sulit.

Tips Agar Lancar Menyusui, ASI Berkualitas dan Bernutrisi.

Tips Agar Lancar Menyusui, ASI Berkualitas dan Bernutrisi.




Untuk dunia yang selalu tersenyum ketika melihat seorang ibu berjuang untuk menyusui, saya ingin berterima kasih, dengan karya-karya sederhana, dan sikap yang lebih sayang pada lingkungan.

Saya ingat, menutup wisuda S3 (lulus ASI dua tahun) Tazka dengan menanam pohon di halaman rumah, sebagai penanda bahwa berkat ASI dan Sang Maha Pencipta kelak anak-anak akan tumbuh tinggi mampu menggapai cita-citanya, akarnya menghujam bumi menandakan karakter yang kuat, dan daunnya menjadi peneduh artinya dapat menjadi manfaat.

Masa Menyusui Anak Ketiga : ASI Bernutrisi Untuk Ibu dan Bayi yang Istimewa


Botol-botol Blackmores yang menemani sejak masa hamil hingga menyusui.  Ada berbagai pilihan kemasan yang biasa dipilih, mulai dari yang isi 60, 120, atau 180 kapsul. 

Kehamilan ketiga. Tidak menyangka saya akan menjalaninya lagi. Tapi saya bersyukur, Tuhan memberikan kembali kesempatan tersebut. Hamil ketiga, bisa dibilang sebagai hamil di masa veteran karena usia saya sudah tidak muda. Si Sulung saja sudah berusia 12 tahun.   

Di usia kehamilan yang sudah tidak muda, saya sadar bahwa di tengah aktivitas harian yang padat, saya sering kelupaan memberikan tubuh asupan yang bernutrisi. Padahal, saya sadar akan mengalami masa-masa menyusui lagi, dan nutrisinya harus sudah dipersiapkan sejak masa kehamilan. 


Di tentang aktivitas mengajar, saya tidak lupa konsumsi Blackmores dan banyak minum air putih


Oleh karena itu, saya kembali mengencangkan kontrol diri dengan mengubah pola makan yang asal-asalan dan mulai mengonsumsi Blackmores Pregnancy And Breast-Feeding Gold untuk suplemen harian.

Saya perlu suplemen tambahan karena khawatir mengalami anemia dan preeklampsia (di mana ini sering terjadi pada kehamilan di usia 30 tahun ke atas).

Di kehamilan ketiga, aktivitas saya cukup padat, saya juga sempat mengalami pendarahan. Ketika sudah bisa melewati itu, saya sering mengalami pusing ketika baru bangun dari tidur, atau berubah posisi dari jongkok/duduk ke berdiri.

Blackmores Pregnancy And Breast-Feeding Gold saya pilih karena memiliki 17 nutrisi esensial yang juga bisa mencukupi kebutuhan nutrisi sejak hamil hingga masa menyusui.



Yang paling penting dan harus ada dalam suplemen kehamilan dan menyusui adalah Asam Folat dan Zat Besi. Kekurangan kedua zat tersebut bisa meningkatkan resiko anemia, preeklampsia, bahkan bisa juga menyebabkan persalinan prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah.

Selain itu, karena merasa sudah tidak muda, saya juga khawatir dengan jumlah kalsium di tubuh yang bisa berkurang saat proses menyusui nanti.

Dokter pernah berkata bahwa zat yang harus ada dalam ASI adalah kalsium. Kalau makanan yang kita makan tidak mengandung kalsium, maka akan mengambil kalsium dari tubuh ibu, misalnya dari tulang dan gigi, dan itu beresiko menyebabkan ibu terkena osteoporosis.

Untuk persiapan masa menyusui, Blackmores Pregnancy And Breast-Feeding Gold juga sudah mengandung kalsium yang kelak akan mendukung pertumbuhan tulang dan gigi bayi.

Kandungan yang juga nggak boleh diabaikan dan harus ada dalam suplemen kehamilan dan menyusui adalah Omega 3/DHA karena zat tersebut penting untuk perkembangan otak buah hati kita.

Sementara itu, kedua zat tersebut di masa kehamilan berguna untuk metabolisme lemak, vitamin, dan mineral agar dapat diserap oleh tubuh ibu hamil.  

Alhamdulillah, saya merasa dipertemukan dengan suplemen yan tepat sejak masa kehamilan karena kandungan zat besi di Blackmores direspon dengan baik oleh tubuh saya. Tanda-tandanya, tidak terjadi kesulitan BAB, kemudian aroma kapsulnya juga tidak membuat saya merasa mual meski mengandung Omega 3/DHA.

Setiap hari, selain menjaga pola makan yang sehat, saya juga mengonsumsi 2 kapsul Blackmores untuk mencukupi AKG (Angka Kecukupan Gizi) ibu hamil dan menyusui.

Karena setiap tetes ASI itu penting dan merupakan wujud kasih sayang ibu untuk buah hati, maka sampai saat ini, di masa menyusui hingga bayi saya sudah berusia 11 bulan, saya masih terus mengonsumsi Blackmores Pregnancy And Breast-Feeding Gold. 


Bersama anak Ketiga yang sebentar lagi lulus S2 ASI 


Saat ini, buah hati saya yang ketiga, yang kebetulan perempuan, sudah berusia 11 bulan. Menurut saya, ada hubungan dan ikatan yang istimewa antara ibu dengan bayi perempuan. Seorang bayi perempuan jauh lebih halus dan peka perasaannya, hingga dalam proses menyusui saya selalu berusaha menata pikiran agar vibrasinya selalu positif. 




Kelak, ia pun akan menjadi seorang ibu yang akan menyusui anak-anaknya, sehingga saya ingin menanamkan ingatan positif tentang masa-masa menyusui kepadanya, yang meski mungkin tidak akan ia ingat secara langsung, namun pasti tertanam dalam hatinya, bahwa masa-masa menyusui adalah masa-masa yang indah; masa yang saling menguatkan antara ruh seorang perempuan. 

Meski tidak saling berdekatan, kita sesama perempuan sebenarnya saling terikat secara batiniah, untuk saling mendukung dalam membesarkan anak. 

Buktinya, meski ilmu menyusui saya masih minim di masa mengASIhi anak pertama, tapi saya masih bisa kekeuh memperjuangkan momen itu hingga anak pertama bisa lulus ASI Eksklusif, pastinya itu juga berkat doa dan pengalaman ibu saya ketika masa menyusui saya. 

Ikatan dan dukungan sesama ibu menyusui memang terbukti berperan menyukseskan proses meng-ASI-hi. Seperti ketika World Breastfeeding Week yang jatuh pada 1-7 Agustus kemarin, Kalbe Blackmores Nutrition turut mengandeng para ibu hamil dan menyusui untuk menyebarkan semangat meng-ASI-hi di media sosial.

Program tersebut diharapkan dapat menginspirasi para ibu lainnya agar terus memberdayakan diri dan berusaha maksimal memberikan ASI bernutrisi bagi buah hati.

Semangat dan vibrasi positif yang ingin disebarluaskan dari program tersebut benar-benar membuat saya terinspirasi dan terus bersemangat menularkan kisah-kisah pembangkit semangat. Saya ingin ibu-ibu di luar sana tahu bahwa :


Pikiran positif dan hati yang bahagia, juga adalah kunci keberhasilan menyusui.

Selama 11 bulan meng-ASI-hi putri saya, tidak ada kendala yang berarti, mungkin karena sudah cukup banyak asam-garam yang saya konsumsi, hehehe.

Saya juga belajar banyak dari teman-teman sesama ibu di luar sana. Kisah-kisah mereka ketika meng-ASI-hi dan membersamai anak-anaknya juga menjadi penyemangat bagi saya.

Menularkan semangat positif memang perlu dilakukan oleh sesama ibu, seperti halnya semangat Kalbe Blackmores Nutrition dalam mendukung ibu-ibu lainnya untuk memberikan ASI kepada putra-putrinya.

Semangat positif itu juga diwujudkan dalam bentuk kerjasama Kalbe Blackmores Nutrition dengan Bumi Sehat Foundation, yaitu sebuah organisasi non profit yang fokusnya pada layanan kesehatan yang berkualitas, higienis, serta mendukung kelahiran bayi secara layak.

Dukungan Kalbe Blackmores Nutrition terhadap pemberian ASI di 1000 hari pertama kehidupan anak ini diwujudkan dalam bentuk pemberian 12.000 botol Blackmores Pregnancy And Breast-Feeding Gold setiap tahunnya di  Klinik Bumi Sehat Foundation yang tersebar di Denpasar, Aceh, dan Papua sehingga dapat membantu mencukupi kebutuhan nutrisi dari pasien klinik yang membutuhkan.

Menurut akun media sosial Yayasan Bumi Sehat, Blackmores juga sangat memedulikan  kesehatan ibu hamil di daerah terdampak bencana, terlihat dari dukungannya dengan mengirimkan paket suplemen kesehatan ibu hamil yag terkena bencana gempa di Lombok beberapa waktu lalu.

Mengapa Blackmores? 






Mengetahui fakta-fakta positif tentang komitmen Kalbe Blackmores Nutrition dalam menyediakan produk berkualitas juga kontribusinya dalam mendukung pemberian ASI di Indonesia, membuat saya semakin jatuh hati dengan produk ini dan akan merekomendasikannya untuk teman-teman saya, para ibu hamil dan menyusui di luar sana.

Produk Blackmores sendiri bisa didapatkan di E-commerce Tokopedia, Blibli, Lazada dan Shopee yang bertuliskan Official Store

Agar teman-teman bisa ikut termotivasi juga, silakan follow Blackmores Pregnancy & Brestfeeding-Gold di Instagram @blackmoresid, siapa tahu kalian juga sedang butuh info-info seputar kesehatan ibu hamil dan menyusui, plus juga berbagai promo dan program menarik dari Kalbe Blackmores Nutrition.

Kalian juga bisa berkunjung ke website Blackmores Indonesia dengan mengklik tautan berwarna kuning tersebut.

Itu tadi cerita perjalanan saya mengASIhi tiga anak di tiga masa yang berbeda.

Berikut video singkat untuk menutup cerita ini.



Salam bahagia dari saya, Ibu beranak tiga, yang InsyaAllah akan mewisuda putri kecilnya karena sebentar lagi lulus S2 ASI. Salam Meng-ASI-hi.








No comments

Powered by Blogger.