Drakor Start-Up Episode 1-6

Ulasan Drakor Start-up episode 1-6


Yeaay drakor baru lagi nih. Bisa memetik apa saja sih, dari enam episode drama Korea yang berjudul Start-Up ini. Dari judulnya, kebayangnya ini bakal bahas tentang perusahaan rintisan dan dunia bisnis, tapi nggak cuma itu doang kok ternyata, banyak hal menarik yang bisa dibahas dari enam episodenya. Yuk, kita ulik satu-satu. 

Drakor Start-Up Episode 1-6 Sedikit Ulasan Dan Hal Yang Bisa Dipetik


Siapa yang baru episode satu udah dibikin nangis haru sama drakor ini? Adegan mana yang paling bikin makjleb buat kalian? 

Buat yang belum nonton pasti agak meraba-raba ya, tapi kalau dikasih tau ceritanya, nanti jadi spoiler. Jadi mungkin langsung aja ke beberapa hal menarik untuk direnungi di 6 episode Start-Up ini. 

1. Berhenti Membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain, meski itu saudara kandung sekalipun. 




Seo Dal-mi dan Won-injae adalah kakak-beradik yang harus terpisah karena perceraian ortunya. Dal-mi memilih ikut ayahnya, sementara Injae memilih ikut ibunya yang pada akhirnya menikah lagi sehingga status sosial ekonominya terangkat. Hidupnya pun tampak lebih baik ketimbang Dal-mi. 

Injae bisa menjadi CEO sebuah perusahaan dengan privilege dari ayah tirinya. Sementara Dal-mi sudah bekerja keras pun masih saja diinjak dan dimanfaatkan oleh perusahaan tempatnya bekerja. 

Awalnya, Dal-mi tampak baik-baik saja dengan pilihan hidupnya, sampai kemudian ia dikomentari oleh Injae kalau ia sudah salah membuat pilihan. Dengan memilih ikut ayahnya, hidup Dal-mi tampak menyedihkan jika dibandingkan dengan Injae. 


Mungkin seseorang tidak benar-benar berubah, tetapi prioritasnya lah yang berubah. 



"Terima kasih sudah memperlihatkan kepadaku pilihan hidup lainnya, aku jadi tahu kalau pilihanku tidak salah, " begitu ujar Injae kepada Dal-mi. 

Dalam hidup kita pernah gitu juga kan, at least sekali kita pernah merasa salah mengambil pilihan atau merasa sudah melewatkan kesempatan besar. Mungkin kita juga pernah di titik ngebego-begoin diri sendiri karena ambil langkah yang salah. Coba dulu gini, coba dulu gitu. 

Sebenarnya, jika sudah memilih kita nggak perlu menyesal, karena yang penting adalah menjalani nya dengan sungguh-sungguh pilihan hidup kita. Tapi yang sering terjadi kita sering tergoda untuk membandingkan diri dengan orang lain. 


Sering mendengar excuse di bawah ini : 

Kamu sih, enak ortumu kaya makanya banyak koneksi. 
Kamu sih, enak usaha dimodalin jadi nggak perlu mikir panjang, bisa langsung mulai. 
Kamu sih, enak dan kamu sih, enak lainnya adalah cara kita untuk memalingkan muka dari kelebihan yang sebenarnya kita miliki, dan dibutakan oleh privilege milik orang lain. 

Lagian kita bakal selalu merasa tertinggal kalau membandingkan titik nol kita dengan titik orang lain, yang bisa saja nggak mereka mulai dari nol. 

Di episode satu ini, Seo Dal-mi awalnya terlihat baik-baik saja, sampai di titik dia mulai kepoin kehidupan Injae lewat sosial medianya, kita jadi bisa relate dengan kehidupan sehari-hari, sering liat orang lain tampak lebih sukses dibandingkan kita, lalu menyesali keputusan sendiri. 

Seandainya dulu saya nggak resign dari kantor, seandainya ortuku kasih banyak privilege, dan seandainya-seandainya yang lain. 




Kita sering lupa bahwa yang tampak baik-baik aja dan sukses pun sebenarnya punya ujiannya sendiri-sendiri. Contohnya In-jae yang akhirnya sadar kalau apa yang didapatnya dengan mudah juga bisa dengan mudah hilang. 


2. Kerja keras saja nggak cukup, harus kerja cerdas dan juga memerhatikan kesehatan dan kekuatan tubuh atau diri kita sendiri. 



Ini bagian yang paling makjleb buat saya. 
Adegan ketika ayahnya Dal-mi berjuang mati-matian untuk meluncurkan baedal.com dan kemudian hampir sampai di titik keberhasilan, ia justru terjatuh ke aspal yang keras. 

Kenapa nggak mempersiapkan sand box untuk dirinya sendiri sih? Sampai setelah tertabrak pun dia abaikan rasa sakit di tubuhnya dan terus bekerja. 

Sedih sih, adegan itu. 

Waktu habis nonton bagian tersebut langsung kayak diingetin: kadang suka memaksakan diri sampai titik lelahnya udah di puncak banget, tapi abai sama kesehatan dan kekuatan tubuh, akibat nya malah jadi tumbang atau sakit. 

Terus buat apa kita mati-matian mengejar sesuatu, kalau pada akhirnya kita justru nggak bisa menikmati hasil kerja keras itu. Untung ini cuma drakor ya. Semoga di dunia nyata kita teringat untuk selalu menyeimbangkan diri. Kalau sudah tertabrak, ya introspeksi dulu, 
istirahat sebentar untuk memeriksa apa yang perlu diperbaiki, rasanya nggak apa-apa kok. 

Yang juga menarik soal kerja keras. 
Nggak setiap effort kita bakal dihargai orang lain. Saya pernah di titik yang sama dengan yang dialami oleh Seo Dal-mi, mati-matian memperjuangkan kepentingan orang lain, tapi orang lain nggak memperjuangkan kepentingan kita. Kalau udah kayak gitu gimana? 

Ya tinggalkan lift yang nggak membawamu sampai ke tempat tujuan. 




"Lift ini cuma bisa membawaku sampai ke lantai 16, padahal aku ingin naik ke lantai 32. Aku harus pindah dan menaiki lift lainnya agar sampai tujuan."



3. Nggak semua orang yang punya skill khusus bisa jadi CEO atau leader


Nam Do-San emang jago Matematika, dia juga developer handal yang bisa membuat algoritma untuk beberapa Artificial intelligence, dan mesin pengenalan. Tapi dia belum tentu bisa menjual produknya dengan baik atau membuat investor tertarik untuk memberikan pendanaan. 

Di dunia bisnis rintisan masih banyak yang belum bisa menerima kenyataan kalau bisnis tidak bisa dikerjakan seorang diri, dan harus berkolaborasi. 

Start- up episode 5 kita bakal banyak lihat dinamika team work sebuah tim start up, di sini udah mulai kerasa sih, kita mau jadi timnya Do-San atau Ji-pyeong. 


Meski ada beberapa individu dengan tipe Jack of all trades yang bisa mengerjakan semua, tapi lebih banyak yang kompetensinya terfokus di satu skill aja. Nam Do-San butuh CEO, dari caranya menawarkan diri, kita bisa membaca bahwa Seo Dal-mi adalah seorang leader : "Do-san, maukah kamu merekrutku untuk menjadi CEO Namsan Tech? " 

Bandingkan dengan Won In-Jae yang bilang: "aku mau merekrut kalian sebagai developers... " 

Yang satu memosisikan diri sebagai leader, yang satu sebagai boss. Tentu baik Seo Dal-Mi dan Won In-Jae terbukti memiliki kualitas sebagai CEO dari hasil seleksi di pekan retas Sand Box. 

Keduanya mampu membaca pasar dengan memasukkan berbagai kata kunci terkait tren yang sedang marak di masyarakat. Sense semacam itu tentu sebuah bakat yang sudah terasah baik sadar mau pun tidak.

Serunya drakor Start-Up ini, kita jadi bisa belajar dinamika team work yang kalau dipelajari dari buku bakal grambyang.  

4. Fake it until you make it. 

Baik Seo Dal-Mi maupun Nam Do-San ngga ragu untuk pasang badan terlebih dulu dengan apa yang ingin mereka capai ke depannya. Dal-mi nggak ragu memulai lagi dari nol dan melepaskan pekerjaan yang pada akhirnya tidak membawanya kemana-mana. Do-san mulai meminta lebih, dan ingin apa yang tidak ada di dalam dirinya menjadi kenyataan. 



Motivasi seseorang untuk sukses atau berhasil mencapai sesuatu juga menarik untuk diselami di drama ini. Masing-masing tokoh punya penggerak yang saling berkelindan. Ini yang bikin nggak sabar buat nyimak episode selanjutnya. 


Motivasi yang mana yang paling menarik ceritanya dan kalian tunggu-tunggu? Nggak sabar buat nonton episode selanjutnya. 

No comments

Powered by Blogger.