Kesempatan Kerja Bagi Disabilitas & OYMPK

Kesempatan Kerja Bagi Disabilitas & OYMPK

Bertahun-tahun lalu, tepatnya ketika saya masih
duduk di bangku SMP, saya pernah mengalami cerita yang cukup membekas di ingatan tentang OYMPK (Orang Yang Pernah Menderita Kusta).

Waktu itu, pernah beredar kabar burung (hoaks kalau sekarang) bahwa ada sekelompok penderita kusta yang kabur dari rumah rehabilitasi dan meneror warga di Kab. Bandung dengan cara berjalan-jalan keliling area publik untuk dengan sengaja menularkan penyakitnya. 

Sebagai anak usia 13 tahun, saya tentu percaya kabar itu dan ikut merasa terteror, apalagi digambarkan kalau mereka 'bergentayangan' dengan menggunakan baju serba hitam dan memakai cadar. Kemudian menempelkan bekas lukanya ke benda-benda yang ada sebagai fasilitas publik, misalnya tiang listrik.

Ya, zaman dulu berita bohong menyebar dari mulut ke mulut. Tidak tahu siapa yang memulai duluan. Dan sulit juga untuk mengonfirmasi benar atau tidaknya. Namun, bertahun-tahun kemudian, saya paham bahwa penyakit kusta memang memiliki stigma buruk di masyarakat bahkan dianggap sebagai kutukan. 

Lalu Bagaimana Kondisi Penyakit Kusta di Indonesia Saat Ini? 

Dulu, penderitanya dianggap monster, dan penyakitnya adalah kutukan. Tetapi masihkah pendapat itu bertahan hingga di masa sekarang ini? Ketika era informasi lebih mudah diakses. Masihkan orang-orang berpendapat sama?

Kondisi saat ini, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan penderita kusta terbanyak di dunia setelah India dan Brazil. Setiap tahun, sekitar 15 ribu-17 ribu orang terdeteksi menderita penyakit kusta setiap tahun di Indonesia. 

Wow, melihat jumlahnya yang cukup besar rasanya miris juga ya, karena penyakit kusta tergolong penyakit kuno, namun belum bisa hilang dari negara kita. Tentunya ii menjadi hal yang perlu diperhatikan.

Penyebaran penyakit kusta di Indonesia ada di 9 provinsi, diantaranya Papua, Sulsel, Jawa Timur, Sumbar, NTT. Kementerian Kesehatan RI dan banyak pihak terkait masih berusaha bahu-membahu memberantas penyakit ini. Pasalnya penyakit ini juga dapat menimbulkan disabilitas bagi peyandangnya. 

Penyakit kusta termasuk ke dalam penyakit kulit, ditandai dengan bercak putih atau merah pada kulit yang terasa mati rasa. Kenapa penderitanya bisa mengalami disabilitas dikarenakan penyakit ini juga menyerang sistem syaraf tepi. 

Lalu apa isu terkini yang dihadapi terkait penderita kusta ini? 

Mungkin bukan lagi dengan isu hoaks seperti di masa lalu, ya. Bahwa dengan isu tersebut di masa lalu para penderitanya jadi dijauhi dan dikucilkan, namun isu itu ternyata juga sudah menciptakan stigma buruk yang lekat hingga saat ini. 

Kalau dipikir-pikir, jahat banget yang menciptakan kabar burung demikian, bisa jadi itulah yang makin memperkuat stigma buruknya sampai di masa kini. Hiks, sekali bulu-bulu diterbangkan, sulit untuk mengumpulkannya kembali. Makanya hati-hati menyebarkan informasi ya, saring sebelum sharing.

Demi mendapatkan informasi yang lebih berimbang, saya mengikuti acara Ruang Publik KBR yang dipersembahkan KBR dan NLR Indonesia dan disiarkan di Youtube KBR serta 100 radio jaringan KBR pada hari Selasa 15 Juni 2021. Pembawa acaranya adalah Mas Rizal Wijaya, seorang penyiar KBR. Suara renyahnya membuat topik yang awalna terdengar seram jadi mudah diterima.

Ruang Publik KBR yang dipersembahkan KBR dan NLR Indonesia dan disiarkan di Youtube KBR


Stigma OYPMK di masa kini. 

Diskusi dibuka oleh pembicara pertama, yaitu Mas Angga Yanuar, Manajer Proyek Inklusi Disabilitas NLR Indonesia. Menurut Mas Angga, stigma penyakit kusta selama ini adalah penyakit kutukan, itulah yang membuat penderita dan orang yang pernah menderita kusta atau OYPMK kerap dijauhi dan dirundung oleh lingkungan. 

Dan ternyata itu masih terjadi sampai saat ini!

Padahal, penderita kusta yang mendapat pengobatan dan dinyatakan sudah sembuh tidak akan menularkan penyakit lagi. OYPMK juga anggota masyarakat yang punya hak untuk hidup dengan layak. Mereka berhak mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak. 

Saya sendiri mungkin kalau dihadapkan pada situasi begitu hanya berpikir untuk menjauhi OYPMK karena tidak pernah terlintas bagaimana selanjutnya mereka hidup selepas sakit, ini yang membuat saya sendiri merasa kurang peka. Bagaimana jika di sekitar saya ada yang bernasib seperti itu. Apa yang harus saya lakukan. Bagaimana sikap saya kepada mereka?

Zukirah Ilmiana, pemilik PT. Anugerah Frozen Food di Bulukumba, Sulawesi Selatan


Melalui Zukirah Ilmiana, pemilik PT. Anugerah Frozen Food di Bulukumba, Sulawesi Selatan yang juga menjadi pembicara di acara tersebut, saya mendapatkan sebuah wawasan baru bagaimana seorang OYPMK dapat terjun ke dunia kerja. Intinya, Mba Zukira memberikan adanya kesempatan yang setara yang diberikan kepada pelamar erja yang normal. Tidak ada diskriminasi dan rasa enggan.

Zukira awalnya menerima lamaran pekerjaan dari OYPMK. Titik awal itu yang membuat beberapa penyandang disabilitas tak ragu melamar ke perusahaannya, setelah ditolak di beberapa perusahan lain. Semoga langkah Zukira ini bisa menginspirasi perusahaan lainnya agar mau memberikan kesempatan bagi OYPMK untuk bisa bekerja. 

Bagi disabilitas, perusahaan bisa menyesuaikan kebutuhan fisik mereka, misalnya dengan menyediakan lantai yang bidangnya lebih miring, atau handel-handel khusus yang disesuaikan dengan kondisi fisik karena biasanya OYPMK ini mengalami perubahan bentuk pada fisiknya, misalnya jari-jari tangan. 

Pengalaman lain, yang juga membuka wawasan soal penyakit kusta saya dapatkan dari Muhammad Arfa. Ia pernah menderita kusta saat SMP dan mengalami masa cukup pahit karena selalu dirundung oleh teman-teman sekolahnya. Tapi, ia bersemangat dan kuat menjalani pengobatan karena ada dukungan diri sendiri dan keluarga. Dukungan keluarga dan orang-orang di sekitar kita sangat penting bagi penderita kusta ya. Ini jadi pelajaran penting yang harus dipetik dan dibagikan kepada orang lain, bahwa jika ada OYPMK, jangan malah dikucilkan. 

Dari Arfa, saya ingin menegaskan kepada pembaca atau orang-orang yang memang masih melekat stigma buruknya soal kusta, bahwa penyakit ini bisa disembuhkan dan tidak akan menular jika penderitanya sudah sembuh. Berikan mereka kesempatan untuk hidup yang layak. Seperti halnya Arfa yang saat ini juga ikut program magang Satpol PP Kota Makassar sebagai Staf Administrasi. 

Program Magang OYPMK oleh NLR (No Leprosy Remains) Indonesia di Sulawesi Selatan. 

Menurut Mas Angga, Kebanyakan OYPMK memasuki bidang pekerjaan yang tidak membutuhkan latar belakang pendidikan khusus, tanpa seleksi dan biasanya pekerjaan individual, bukan dalam tim misalnya juru parkir, menjual makanan dll. 

NLR Indonesia kemudian mencoba meningkatkan penerimaan diri dan kepercayaan diri OYPMK dan mencoba mempersiapkan kehidupan mereka dengan membekali mereka keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup. Salah satunya dengan membantu meningkatkan kualitas komunikasi dan interpersonal bagi mereka.

Program magang untuk disabilitas dan OYPMK ini dimulai Juli-Agustus 2021 untuk tiga orang dan yang melamar 21 orang, tetapi karena keterbatasan tempat, untuk sementara hanya memilih tiga orang. 

Tiga peserta ini akan dibekali ilmu manjemen perencanaan dan pengelolaan proyek, administrasi dan pengelolaan keuangan serta mobilisasi sumber daya dan dana. Diharapkan dengan ilmu yang dimiliki, mereka bisa mandiri dan taraf kehidupannya lebih baik.

Nah, bukankah kita pun bisa menjadi salah satu agen perubahan di lingkungan masyarakat dengan menyebarkan kabar positif ini, sehingga makin banyak perusahaan yang mau mengupayakan untuk menyesuaikan jenis pekerjaan yang tepat bagi OYPMK. Selain itu, kita juga bisa membantu menghapus stigma buruk bagi orang yang pernah menderita penyakit kusta. 

Sehingga diharapkan lembaga-lembaga pelatihan kerja bagi OYPMK bisa tersebar merata di seluruh pelosok negeri. 

Kamu mau juga jadi agen perubahan untuk hal ini? 

Komen dan share artikel ini ke banyak teman lain, ya. Biar semakin banyak orang tercerahkan dan bisa menghapus stigma negatif terhadap orang yang pernah menderita penyakit kusta. Terima kasih. 

No comments

Powered by Blogger.