Dosis Harian Zat Kimiawi Kebahagiaan

Dosis Harian Zat Kimiawi Kebahagiaan

Tahu nggak teman-teman, 37 % dari penduduk dunia merasa dirinya tidak bahagia. Setidaknya 1 dari 3 orang yang kita kenal tidak bahagia dengan hidupnya. Apakah teman-teman salah satunya? Kalau iya, apa ya, penyebabnya. Jangan-jangan, di otaknya kekurangan zat kimiawi yang bisa menimbulkan perasaan bahagia. Kalau iya, memangnya berapa sih, dosis harian zat kimiawi kebahagiaan yang harus kita miliki setiap harinya?

Sebelum membaca lebih lanjut, teman-teman terlintas nggak hal ini : 'Lhaa, memangnya perasaan bahagia itu ada hubungannya dengan zat kimiawi yang ada di tubuh atau otak? 

Jadi, bahagia itu bukan karena kita berhasil dalam karir atau bisnis, ketiban rezeki besar, bisa traveling ke tempat impian, it's my dream, Mas, not hers!

Apakah orang yang bergelimang materi dan mendapatkan semua hal berarti sudah bahagia? 

Nyatanya, beberapa waktu lalu kita mendapati berita bahwa ada seseartis, yang nggak tahu buah salak ngupasnya gimana itu, terjerat kasus narkoba. Yang bersangkutan melarikan diri ke narkoba karena merasa tertekan dengan hidupnya. Dia aja yang sudah punya segalanya bisa merasa nggak bahagia, apalagi kita, hmmm.

Tapi kita juga melihat orang-orang yang semeleh di desa atau mungkin beberapa di sudut kota, tampak bahagia-bahagia saja meski tidak memiliki hal-hal yang menurut kita bisa membuatnya bahagia. 

Benar bahwa letak kebahagian ada dalam penerimaan dan kebersyukuran, namun bagaimana sebenarnya peran zat-zat kimiawi kebahagian ini menyumbang perasaan bahagia? 

Lalu, zat-zat kimiawi apa saja yang bisa menimbulkan perasaan bahagia itu? 

Faktanya, secara saintifik, otak melepaskan zat-zat kimiawi kebahagiaan yang membuat kita merasa bahagia.

Ketika kita merasa senang, fulfilling, content, otak melepaskan zat kimiawi kebahagiaan atau hormon kebahagian. 

Ada empat hormon kebahagiaan yang dihasilkan:

1. Dopamin 

Dopamin adalah zat yang bisa memunculkan motivasi, semangat belajar, dan kesenangan. Zat ini memberi kita tekad untuk mencapai tujuan, keinginan, dan pemenuhan kebutuhan.

Rasa yang timbul adalah penerimaan dan perasaan dimengerti, ketika kita berhasil mencapai suatu tujuan, mendapatkan apa yang diinginkan atau dibutuhkan, dopamin mengalir, memberikan sensasi gelombang kesenangan yang makin menguatkan.

Namun, overstimulasi dopamin juga dapat menjadi masalah karena sifatnya yang adiktif. Ini terkait erat dengan bagaimana kita kemudian justru mengembangkan kebiasaan buruk atau kecanduan terhadap sesuatu. 

Misalnya, obsesi berlebihan akan kemenangan membuat kita kecanduan mengikuti perlombaan dan harus menang, lalu menganggap hanya kita yang pantas memenangkan permainan.

Efek dopamin cepat berlalu karena perasaan kepuasannya juga instan, ini membuat kita selalu menginginkan lebih.

2. Oksitosin.

Oksitosin memberikan rasa percaya, memotivasi kita untuk membangun hubungan intim dan mempertahankannya. Ini juga dikenal sebagai "hormon pelukan" atau "hormon cinta" karena berperan dalam ikatan sebuah hubungan.

Hormon ini memberi kita keinginan untuk tetap bersama dengan orang-orang yang masuk lingkaran "bisa dipercaya", yang jika berada di dekatnya atau di dalamnya, menimbulkan perasaan aman atau nyaman. Ini membantu tubuh kita beradaptasi dengan beberapa situasi emosional dan sosial yang berbeda.

Oksitosin dapat meningkatkan sistem kekebalan yang membuat kita lebih tahan terhadap kualitas adiktif dopamin. Tidak seperti dopamin, oksitosin memberi kita perasaan tenang dan aman yang bertahan lebih lama.

Situasi ini dapat membantu kita melawan stres, meningkatkan hubungan, dan meningkatkan emosi positif yang bertahan lama.

3. Serotonin

Serotonin memberi kita sensasi 'feeling good' ketika diri ini merasa penting atau menjadi sesuatu yang penting bagi orang lain, atau sesuatu hal. Ini jenis kesenangan yang kita dapatkan ketika merasa memiliki kekuatan sosial, kesetiaan, atau status.

Situasi ini muncul ketika kita menemukan peluang menang atau berhasil dalam suatu hal, namun tidak dengan dorongan yang terlalu agresif, melainkan merupakan bentuk kepercayaan diri yang tenang dan menerima diri sendiri di tengah lingkungan kita.

Serotonin inilah yang memotivasi seorang pemimpin untuk berprestasi dan berkembang. Serotonin tidak hanya memotivasi diri sendiri, tetapi rekan-rekan kita pun mau melakukan hal yang sama. Perasaan tidak mau mengecewakan pemimpin, orang tua, atau guru serta 'significant person' yang menyebabkan motivasi tersebut bisa muncul.

4. Endorfin.

Endorfin melepaskan euforia singkat yang menutupi rasa sakit fisik. Ini adalah respons terhadap rasa sakit dan stres yang juga membantu mengurangi kecemasan dan depresi. Segala jenis tekanan fisik dapat memicu endorfin.

Contohnya, siapa yang kalau habis olahraga agak berat, ngeluh badan pegel-pegel, sakit semua, tapi ketagihan untuk olahraga lagi? Endorfinlah yang berperan bikin kita kecanduan olahraga. 

Namun, kita hanya bisa mengeluarkan endorfin saat melampaui self limiting belief kita, misalnya kita baru akan merasakan banjir endorfin saat Coach olahraga kita berkata, ayook dua puluh kali lagi! 

Sementara diri kita mengatakan sudah menyerah di hitungan kelima, tetapi tubuh tetap memaksakan diri untuk menyelesaikan hitungan yang Coach kita teriakan hingga selesai. 

Pelepasan endorfin bertindak sebagai pembunuh rasa sakit alami dan mengurangi persepsi kita tentang rasa sakit itu sendiri. 

Cara Meningkatkan Zat Kimiawi Kebahagiaan. 

Cara Meningkatkan Zat Kimiawi Kebahagiaan.


Kebanyakan dari kita tidak mendapatkan dosis yang cukup dari masing-masing zat kimiawi kebahagiaan. 

Kurangnya dosis tersebut bisa mengarah pada beberapa kondisi, misalnya kita jadi mudah merasa cemas, sedih, tertekan atau putus asa. 

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum kita melakukan cara alami untuk meningkatkan dosis zat kebahagiaan : 

1. Kita tidak bisa merasa bahagia terus-menerus. Hormon kebahagiaan hanya akan menimbulkan periode perasaan bahagia dalam jangka pendek dan nggak terus-terusan. 

2. Terlalu banyak kemudahan-kemudahan tidak selalu mengarahkan kepada kebahagiaan. Ada efek desensitisasi untuk hal-hal terkait kebahagiaan yang overstimulasi. 

3. Konsisten melakukan hal-hal yang membuat kita bahagia melatih otak untuk mengenali dan mengarahkan kita untuk berbuat hal positif. 

4. Jika satu aktivitas yang katanya bisa menimbulkan rasa bahagia tapi ternyata tidak menimbulkan efek pada diri kita, coba jenis aktivitas yang lain. 

Well, apa saja aktivitasnya, bisa dilihat pada gambar-gambar dari jurnal yang saya buat di bawah ya. 

Di tulisan selanjutnya, kita akan bahas apa yang terjadi kalau kita kekurangan hormon-hormon kebahagiaan atau empat zat kimiawi kebahagiaan di atas. 

Dopamin dan hal-hal yang membuat bahagia

Daily Dose of Happiness

Hormon-hormon kebahagiaan



No comments

Powered by Blogger.