Mencicipi Hidangan Khas Solo di Barelo Swiss Bellin Saripetojo



Siang yang lumayan terik di Solo. Kami baru saja selesai memotret aktivitas sehari-hari penduduk lokal dan berburu kuliner di Pasar Gede. Tidak semua dari kami berhasil menemukan atau mencicipi kuliner legendaris di sana, seperti Dawet Telasih, Nasi Liwet Bu Sri, Tahok, atau pun Timlo Sastro. Namun, hampir semua peserta Familirization Trip yang hari itu diundang oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Solo mencicipi manis-legit dan dinginnya Es Potong yang ada di dekat pintu masuk Pasar Gede. Hmmm, rasa alpukatnya juara! Rasa lapar mulai merayapi perut kami sesaat setelah kami berjalan dari Pasar Gede menuju ke Benteng Vastenburg. Ketika pemandu wisata mengatakan bahwa setelah ini adalah satnya untuk mencicipi hidangan khas Solo di Barelo Swiss Bellin Hotel Saripetojo, perut kami pun kembali ayem. Yeayy, saatnya makan siang sudah tiba. 
pasar gede solo
Suasana Pasar Gede yang meriah

es potong pasar gede
Mencicipi segarnya es potong rasa alpukat


Memasuki pelataran Hotel Swiss Bellin Saripetojo, rombongan peserta yang berasal dari Malasyia, Thailand, Singapura, dan juga Indonesia langsung disambut oleh para prajurit yang membawa pedang. Layaknya tradisi Pedang Pora, kami dipersilakan masuk ketika para prajurit sudah mengangkat pedangnya. Wow, benar-benar sambutan yang sangat luar biasa. 


Ketika melangkah masuk ke dalam lobby hotel, staf Hotel Swiss Bellin Saripetojo dengan ramah mempersilakan kami untuk membersihkan diri dengan gulungan handuk dingin, kemudian mengangsurkan kepada kami segelas minuman selamat datang yang warnanya menerbitkan rasa haus.

Benar-benar merasa jadi tamu istimewa. Saya yang sejak siang belum minum, kecuali mengigit Es Potong rasa Alpukat di Pasar Gede tadi, langsung sumringah menyambut minuman yang berwarna kuning lembayung itu. Rasanya sangat segar. Waktu saya tanyakan kepada staf hotel, minuman ini terbuat sari kunyit dan fruit punch yang terdiri dari jeruk dan buah mangga. Luar biasa segar dan menghapus kering di kerongkongan.

tarian jawa


Seolah sambutan yang tadi masih kurang meriah, kami kembali disambut alunan musik gamelan dan dua orang penari yang begitu gemulai menarikan sebuah Tarian Jawa. Setelah itu kami pun diajak menuju ke lantai lima untuk menuju ke BaReLo. BaReLo merupakan sebuah restoran yang memiliki konsep mengombinasikan antara suasana bar yang kasual, restoran dengan set meja-kursi makan, dan lounge dengan sofa-sofa dan kursi yang nyaman untuk bersantai.

Perhatikan saja suasananya dari gambar-gambar di bawah ini. 

barelo

barelo swiis bellin saripetojo
Konsep meja makan yang memanjang dengan lampu-lampu gantung bergaya industrial. 

bar di barelo swiis bellin saripetojo
Di bagian belakang tampak bar dengan desain yang menyatu dengan konsep yang lain. 

Menurut pengamatan saya, BaReLo menjadi salah satu daya tarik bagi para pengunjung hotel karena mereka yang tidak menginap pun bisa menikmati makan, minum, dan bersantai di BaReLo. Apalagi lokasi hotelnya tidak jauh dari Stasiun Purwosari. Lokasi BaReLo yang berada di lantai lima, memungkinkan pengunjung untuk makan sambil bersantai dab melihat geliat kota Solo dari atas. Sesekali, deru suara kereta api yang melintas di stasiun terdengar samar-samar. 



lantai lima barelo swiis bellin saripetojo


Lokasi hotel yang berada di ruas Jalan Slamet Riyadi juga sangat strategis bagi wisatawan atau pengunjung yang akan menginap di hotel ini. Jalan Slamet Riyadi adalah ruas jalan utama terpanjang--konon di Asia Tenggara, dan di sepanjang ruas Jalan Slamet Riyadi banyak sekali titik-titik pusat keramaian atau hiburan yang sangat mudah diakses. Alternatif kendaraannya pun banyak, dari becak sampai bis trans Solo. 





Melihat konsep interior BaReLo yang ringan, namun tetap classy, tempat ini memang dirancang sebagai tempat makan yang tidak terlalu formal. Interiornya bergaya Jawa Modern, memberi kesan elegan sekaligus tidak melepaskan unsur budaya Jawanya. Pengunjung bisa makan di area luar yang terbuka, atau pun di area dalam. 



Hidangan pertama yang saya lirik dari deretan hidangan yang disajikan di restoran adalah Selat Solo. Sudah lama ngidam pingin makan Selat Solo, saya pun langsung memberikan piring kepada staf restoran. Beberapa potong kentang, wortel, buncis, dan bola-bola daging yang kemudian diguyur dengan saus yang agak kental pun berpindah ke piring saya. Rasanya nikmat. Meski kesan utama yang tertinggal di lidah dari Selat Solo ini cenderung manis, dan tidak ada saus mayonaise serta mustard seperti yang pernah saya jajal di sini, namun secara keseluruhan rasanya tetap enak dan mengobati rasa kangen akan masakan a la Jawa.




Bukan cuma Selat Solo, masih banyak Masakan a la Jawa lainnya yang mengundang selera makan, ada Opor Ayam, Baceman Tahu dan Tempe, kemudian pecel yang ditata sedemikian rupa sehingga terlihat lebih modern. Jangan lupakan juga deretan pencuci mulutnya; ada surabi yang ditata sedemikian cantik dan memiliki rasa yang legit. 


Penasaran, saya pun ngobrol-ngobrol dengan Chef-nya. Menurutnya, salah satu masakan khas yang dicari di BaReLo, terutama pada saat sarapan pagi adalah Bubur Ayam Saripetojo. Duh, sayang banget kali itu saya belum berkesempatan menginap di hotel dan merasakan sarapan paginya.


Saya jadi semakin penasaran dengan hotel yang konon katanya, di tahun 1919 air tanah di sini dianggap yang paling bagus dan paling layak dikonsumsi. Bangunan yang digunakan, menurut sejarah merupakan bangunan bekas pabrik es milik kolonial.

Selesai makan, saya pun berkeliling area hotel. Kalau dicermati, meski labelnya bintang tiga, namun fasilitas yang ditawarkan hotel ini sekelas dengan hotel bintang empat. Interiornya sedikit banyak mengadopsi beberapa deetail khas keraton, antara Keraton Mangkunegaran yang megah dan elegan, juga Keraton Kasunanan yang memiliki ornamen-ornamen klasik.

Fasilitas yang ditawarkan pun lengkap: ada Ballroom yang daya tampungnya seribuan lebih, kolam renang, fitness center, spa, kids center, dan delapan meeting room. Jumlah kamar di sini sebanyak 137 kamar.  Mulai dari kamar superior, deluxe, grand deluxe, dan suite. Semoga suatu saat nanti berkesempatan untuk membuat ulasan tentang kamar-kamarnya. Untuk saat ini, mencicipi kuliner khas Solo lewat restonya, juga merasakan keramahan para stafnya sudah cukup membekas di hati dan ingatan. Suatu saat saya bakal kembali ke tempat ini.





10 comments:

  1. Pas banget, lebaran insya Allah jalan2 ke Solo, makasih infonya mbak

    ReplyDelete
  2. Hotelnya asik dan makanannya kelihatan enak-enak ya mbaaa...

    ReplyDelete
  3. Nama pabrik es masih disematkan ya, Saripetojo itu kan?

    Restonya tempat yang cocok juga buat ngobrol kayaknya. Semoga satu hari nanti bisa nginep di hotelnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kayaknya Mba, saripetojo itu nama daerah atau nama pabriknya aku kurang ngeh juga hihihi

      Delete
  4. Wah kangen Solo, dan itu es potong alpukat kujuga suka :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayook main Ke Solo Teh. Iya, es alpukatnya enak

      Delete
  5. Haduh...minuman selamat datangnya menggiurkan sekaleeee..������

    ReplyDelete
  6. Hooh, kmrn itu diminum sambil pas haus2 pula

    ReplyDelete

Powered by Blogger.