Super Chef Battle Alana Angkat Singkong Jalak Towo Jadi Kuliner Nasional

Super Chef Battle Alana Angkat Singkong Jalak Towo Jadi Kuliner Nasional

Ballroom Arcadia, Hotel Alana Solo, di Sabtu (22/01/22) sore itu terdengar riuh dengan suara berkeleneng, panci dan wajan yang beradu. Di udara menguar aroma khas tumisan bumbu yang menggelitik hidung. Rupanya sore itu The Alana Solo sedang menggelar Super Chef Battle, kompetisi bagi sejumlah chef hotel di bawah naungan Archipelago Internasional. Singkong jalak towo dan ubi ungu menjadi bahan pangan lokal utama yang harus diolah oleh peserta. Penasaran dengan kompetisi tersebut, saya pun ikut menyaksikan dari awal. 

Sebanyak 18 Executive Chef dari berbagai hotel di Indonesia yang berada di bawah naungan Archipelago Internasional, sore itu tampak harap-harap cemas ketika menunggu giliran untuk menerima black box berisi bahan masakan rahasia yang harus mereka olah. 

18 Executive Chef dari berbagai hotel di Indonesia yang berada di bawah naungan Archipelago Internasional



Saat itu, kebetulan saya berdiri di dekat Chef Gelar Adhi Wibowo, peserta nomer 17 yang merupakan Executive Chef Banyuwangi Hotel, sehingga bisa mengintip isi black box yang sudah diterimanya. Wajahnya tampak antisipatif menunggu aba-aba untuk bisa membuka dan memeriksa isi black box-nya. 

Bahan Pangan Lokal Khas Kabupaten Karanganyar



Tak lama kemudian, di mejanya, saya bisa melihat beberapa lonjor singkong jalak towo dan juga ubi ungu. Keduanya merupakan bahan pangan lokal khas Kabupaten Karanganyar yang dipilih sebagai bahan utama dalam gelaran Archipelago Food Festival. Pemilihan bahan tersebut sejalan dengan misi Archipelago untuk membantu mengangkat dan mempromosikan produk serta pangan lokal.

Di samping kedua bahan lokal yang harus dikreasikan tersebut, ada juga bahan utama rahasia lainnya, yaitu daging sapi. Masing-masing executive chef rupanya mendapatkan bagian daging sapi yang berbeda-beda, sehingga di sinilah letak tantangan untuk mengkreasikan masakannya. 

Ajang Kreativitas Para Executive Chef



Setelah semua peserta menerima black box, Chef Denny memberikan aba-aba agar semua peserta bersiap untuk 'berbelanja' bahan tambahan lainnya, baik yang berupa sayuran pelengkap, telur, rimpang, rempah, maupun bumbu-bumbu yang semuanya sudah disiapkan di tengah-tengah area kompetisi. 

Keriuhan kembali terdengar, derap langkah sepatu boot bergantian mendekati area di mana kontainer-kontainer berwarna kuning berada. Aneka bahan masakan yang terlihat segar dan berwarna-warni mulai dirubungi oleh para executive chef

Setelah mendapatkan bahan tambahan yang dibutuhkan, para chef kembali ke meja kerjanya masing-masing. Tak lama suara gong pun menggema, penanda ajang super chef battle sudah dimulai. 

Keriuhan derap langkah berganti dengan suara gemericik air, suara pisau beradu dengan talenan, dan berlanjut dengan suara desisan minyak panas di wajan, serta letupan air mendidih di panci. Berbagai aroma mulai terendus di udara; uap kaldu daging dari panci yang mengepul, berbagai aroma bumbu dapur, seperti tumisan bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan lain-lain. 

Tampak para executive chef mulai mengerahkan segenap energi kreatifnya untuk mengolah singkong jalak towo yang merupakan bahan pangan lokal khas Kabupaten Karanganyar. Ada yang mulai memarut singkongnya, ada yang masih mengupas kulitnya, ada juga yang sudah mulai mengukusnya. 

Saya sendiri makin penasaran dengan cita rasa singkong jalak towo yang merupakan singkong lokal unggulan di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar tersebut. Singkong jalak
towo sendiri merupakan bahan pangan lokal yang biasanya diolah sebagai bahan baku untuk pembuatan getuk dan singkong keju.

Tidak berbeda jauh dengan singkong jalak towo, ubi ungu yang ada di meja kerja para chef ini juga sudah beralih rupa menjadi aneka bentuk, ada yang sudah menjadi bubur lembut, ada yang sudah menjadi campuran untuk bahan membuat mie, pasta, atau kulit untuk dumpling. Ada juga yang menjadi bahan isian yang dimasukkan ke dalam gulungan daging. 

Melihat tangan-tangan terampil para executive chef tersebut membuat saya makin penasaran akan hasil akhir masakannya, apalagi karena tidak semua chef tahu dengan pasti nama masakan yang akan dibuat. Beberapa proses tampaknya mengalir saja. Membayangkan akan ada 18 jenis masakan yang berbeda dari bahan lokal yang sama, membuat saya ikutan bersemangat mengikuti ajang kompetisi ini hingga selesai. 

Waktu pun berlalu hingga tiba saatnya suara gong kembali terdengar. Para chef melambaikan tangannya ke atas, tanda bahwa mereka tidak lagi boleh melakukan pekerjaan apapun. Piring demi piring berisi hasil masakan mereka kemudian diberi angka sesuai nomor peserta dan diantarkan ke meja para juri untuk diberikan penilaian. 

Menurut Chef Denny Frederick, Archipelago Food Festival merupakan sebuah langkah nyata untuk mengangkat potensi makanan lokal di berbagai daerah di Indonesia. Archipelago Food Festival sendiri sebelumnya telah sukses diselenggarakan di beberapa kota lain seperti Gresik, Batu, Jogja, dan saat ini di Kota Solo.

Malam harinya, gala dinner menjadi salah satu acara yang saya tunggu-tunggu lantaran ingin segera mengetahui siapakah yang akan membawa pulang piala dari Bupati Karanganyar tersebut. Selain itu, gelaran gala dinner menjadi semakin terasa menggoda dengan sajian buffet yang begitu spesial.  

Waktu melihat beberapa hasil masakan para executive chef dari berbagai hotel di Indonesia, dari mulai Jateng, Jawa Timur, Denpasar, hingga Makassar dan Samarinda, saya sampai berdecak kagum melihat kreativitas hidangannya. Begitu pun dengan nama-nama yang disematkan pada hidangan tersebut, beberapa diantaranya mengusung nama tempat wisata lokal, misal Gunung Lawu. 

Singkong dan ubi yang biasanya hanya saya nikmati dengan cara digoreng atau dikukus, kini tampil cantik dalam aneka bentuk masakan. Belum lagi padu padannya dengan olahan daging, sayuran, dan juga sausnya. Penilaian yang dilakukan oleh para juri juga tidak main-main, karena bukan hanya tampilan saja, tetapi juga komposisi penggunaan bahan makanan karbohidrat dan proteinnya. Salah satu juri, Chef Adzan Tri Budiman mengemukakan bahwa komposisi penyajian antara bahan karbohidrat, protein, sayur, dan saus juga harus tepat. 

Setelah menunggu dengan  rasa penasaran, akhirnya diumumkan juga siapa saja pemenang gelaran Archipelago Food Festival Super Chef Battle Season 2 tersebut. 

Ketika salah satu dari tiga jagoan saya, Chef Komang dari Aston Denpasar Hotel & Convention Center disebutkan namanya sebagai pemenang ketiga, langsung saya ikut bersorak gembira, lantaran saat kompetisi berlangsung, ikut menyaksikan proses kreatif Chef Komang dalam mengolah hidangan, salah satunya ketika ia dengan telaten mengulung daun singkong yang diisi dengan potongan singkong. 

Chef Komang dari Aston Denpasar Hotel & Convention Center

Masakan Juara 3 Super Chef Battle Alana
Hasil kreasi hidangan oleh Chef Komang ini menyabet juara ketiga 



Selanjutnya, sedikit keluar dari radar perkiraan saya, ternyata juara kedua diraih oleh Chef Suherman dari Fave Hotel Sidoarjo. Masakan Chef Suherman ini tampil apik dengan menyajikan daging gulung yang diisi dengan ubi ungu. 

Chef Suherman dari Fave Hotel Sidoarjo

Tumis daging bakar bumbu jumapolo
Tumis Daging Jumapolo ala Chef Suherman berhasil menjadi juara kedua



Sementara itu, yang proses memasaknya juga lumayan saya ikuti sejak awal, terutama ketika mengolah ubi ungu menjadi mie, yaitu Chef Firmansyah dari Neo Hotel Malioboro Yogyakarta dinobatkan sebagai Juara Pertama. 

Chef Firmansyah dari Neo Hotel Malioboro

Hasil Masakan Chef Firmansyah Juara 1 Super Chef Battle Alana
Stuffing Casava Noodle Sweet Potato



Masih ada dua kategori pemenang lainnya, yaitu Favorit Dish yang berhasil diraih oleh Chef Agus dari Aston Solo Hotel dan Favorit Chef diraih oleh Chef Haris Zestya W. dari Aston Samarinda Hotel & Convention Center.

Pemenang Super Chef Battle Alana Season 2



Secara keseluruhan, menurut saya ajang Archipelago Food Festival Super Chef Battle ini sangat menarik untuk dikembangkan menjadi agenda rutin yang bisa menarik wisawatan yang sedang berkunjung ke Solo, khususnya Kabupaten Karanganyar. 

Selain memiliki potensi wisata, tema yang dipilih juga dapat membantu mengangkat potensi kuliner lokal, sehingga singkong jalak towo dan ubi ungu bisa masuk menjadi khasanah menu nasional. 

No comments

Powered by Blogger.